NovelToon NovelToon
Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:838
Nilai: 5
Nama Author: Erny Su

Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Disinilah Jiwa saat ini berada, ditepi pantai dengan deburan ombak pantai yang tinggi karena cuaca sedang tidak bersahabat.

Jiwa menatap lekat ombak yang berdatangan silih berganti, bayangan menyakitkan itu kembali berputar di ingatannya saat dimana pengkhianatan itu terjadi.

Jiwa kini telah kehilangan semuanya, pria yang sangat ia cintai kini sudah benar-benar tidak ada lagi. Karena dia sudah menjadi milik wanita yang telah menikamnya dari belakang.

Ditambah kepergian kedua orang tuanya yang masih berkaitan dengan peristiwa itu.

Air mata gadis cantik itu menetes semakin deras, dia tidak tau kenapa bisa terasa menyakitkan hingga saat ini.

"Seharusnya kamu tidak mengembalikan ku jika ternyata rasa sakit itu tidak akan pernah bisa disembuhkan."ucap nya lirih.

Jiwa yang sudah berteriak mengeluarkan apa yang ada di dalam benaknya saat ini pun terduduk di pasir putih itu bersamaan dengan ombak pantai yang kini telah surut, tangis kepedihan itu seakan menghentikan deburan ombak tersebut. kini hanya ada ombak kecil dengan semilir angin yang seharusnya menyejukkan hati tapi tangis Jiwa tidak kunjung berhenti.

Dia ingin melupakan pria itu, tapi tidak bisa. Dia juga ingin membenci Alvino tapi juga tidak bisa.

Alvino bahkan tidak kunjung mau melepaskan nya sampai saat ini, tapi dia sudah memiliki orang lain disampingnya.

Pria yang dulu begitu mencintai dirinya hingga berani menentang peraturan perusahaan karena cintanya itu, tidak pernah Jiwa duga bahwa dia bisa menduakan cintanya itu.

Andaikan saja sejak awal Alvino berkata jujur bahwa ia sudah tidak mencintai dirinya lagi. Mungkin dia akan mundur secara perlahan dan tidak akan pernah melakukan kebodohan itu, dan mungkin saat ini dia tidak perlu kehilangan orang tuanya.

Terlalu banyak kemungkinan yang bisa terjadi, tapi saat ini nasi sudah menjadi bubur. dia juga tidak mungkin kembali dengan pria yang jelas-jelas sudah memiliki cinta lainnya.

Dengan langkah gontai dan wajah sembab nya Jiwa berjalan kembali ke rumah yang telah dia sewa, Jiwa bergegas masuk kedalam rumah setelah itu dia pun mengambil air dan meneguknya hingga gelas itu kosong.

Gadis cantik itu pun merebahkan tubuhnya di atas kursi kayu yang ada di dalam rumah sederhana itu, dia menyalakan handphone nya dan melihat ratusan panggilan masuk dari nomor Arjuna dan juga Devan bos nya.

Jiwa pun langsung menghubungi Arjuna tapi tidak aktif lagi dan saat itu panggilan dari Devan masuk.

"Hallo..."lirih Jiwa.

"Kamu dimana Jiwa kakak mu kecelakaan dan kini sedang kritis cepat kembali."ucap Devan yang kini terlihat cemas.

"A apa?! Kecelakaan!"teriak Jiwa yang kini langsung tak sadarkan diri beruntung seseorang masuk kedalam rumah untuk menemui Jiwa dia melihat kejadian itu dan akhirnya ia pun berusaha menyadarkan Jiwa sambil berteriak minta tolong pada orang lain.

Sementara itu di rumah sakit tempat jenazah Arjuna disemayamkan Devan tengah sibuk mengurus semua biaya administrasi, Arjuna yang merupakan korban tabrak lari pun meregang nyawa saat itu juga karena kepala belakang nya pecah sehingga dia kehilangan nyawanya saat itu juga.

Tidak ada pesan atau firasat apapun sebelum kepergiannya kecuali meminta Jiwa untuk menunggu dia menjual rumah milik mereka yang kini telah berhasil terjual namun uang itu lenyap dibawa orang yang telah menabrak nya.

Jiwa yang sudah sadar dari pingsan nya kini tengah menangis menjerit memanggil sang kakak yang kini telah tiada.

Arjuna masih belum dimakamkan karena Devan menunggu Jiwa datang, pria itu hanya membawa Arjuna ke rumah nya untuk disemayamkan.

Devan memang sangat baik, dia tidak pernah perhitungan pada Jiwa seperti saat ini dia bahkan menjadikan rumah nya sebagai rumah duka meskipun keluarganya sempat menolak namun Devan mampu meyakinkan mereka bahwa Arjuna adalah orang baik dan berkat dia perusahaan nya tertolong dari kejahatan yang dilakukan oleh karyawan lamanya di perusahaan.

Padahal Arjuna baru bekerja beberapa hari saja, tapi dia begitu jeli dengan semua itu.

Devan pun memecat pegawai yang ketahuan mencuri uang perusahaan nya.

Sementara Jiwa yang datang didampingi Adi ke tempat yang disebutkan oleh Devan saat ini dia kembali tidak sadarkan diri tepat di hadapan jenazah Arjuna yang kini sudah terbungkus kain kafan.

"Jiwa!"seru Devan yang baru saja datang saat ini karena tadi dia sempat ingin pergi untuk menjemput nya.

Kekasih Devan pun langsung membantu mengurus Jiwa membawa nya ke sofa sementara para pelayan masih melantunkan ayat-ayat suci yang mengiringi kepergian Arjuna saat ini.

"Jiwa sadarlah kasihan Arjuna dia sudah menunggu mu sejak kemarin."ucap Devan.

"Honey tolong ambilkan minyak angin."ucap Devan lembut pada tunangan nya itu.

"Tuan diluar ada tuan Alvino dia memaksa masuk."ucap penjaga rumah tersebut.

"Babe!"panggil Alvino yang membuat semua orang melirik kearah sumber suara.

Alvino langsung masuk menghampiri jiwa yang masih tidak sadarkan diri. "Ada perlu apa anda datang kemari?"tanya Devan saat melihat Alvino menghampiri nya dan juga Jiwa.

"Wanita ku, ada disini dan Arjuna adalah sahabat ku. Tapi kenapa anda tidak mengabari saya tentang semua ini."ucap Alvino.

"Sahabat macam apa yang menyebabkan dia menderita selama ini hingga akhir hidupnya."ucap Devan yang kini tidak terima disalahkan oleh Alvino sementara selama ini Alvino lah yang menjadi penyebab semuanya.

Devan mengetahui semuanya itu dari Jiwa yang akhirnya mau berkata jujur tentang semua yang terjadi pada Devan.

"Mereka salah paham padaku hingga kekasih ku hampir tewas karena itu."ucap Alvino.

"Cukup jangan ada keributan, mommy tidak mau tau sekarang juga pemakaman harus segera dilakukan mommy tidak ingin rumah ini menjadi tempat kericuhan sadar atau tidak sadar dia harus bisa menerima bahwa kakak nya telah tiada."ucap ibunya Devan penuh ketegasan.

"Mom tolong mengertilah dia tidak punya siapa-siapa lagi selain Devan yang ia kenal, asal mommy tau dia adalah penyanyi yang selama ini selalu mommy tanyakan dia Jiwa."ucap Devan yang membuat sang mommy langsung menghampiri Jiwa dan menatap lekat wajah pucat itu.

"Mutiara Di Jiwa."ucap wanita paruh baya yang kini terlihat masih sangat cantik itu.

"Mommy kenal dia?"ujar Devan.

"Dia yang menolong mommy saat mommy hampir di jambret dan hampir kecelakaan di bandara satu tahun yang lalu."ucap nyonya Aira yang kini mengingat gadis cantik itu.

"Tuhan maha baik, saat ini dia sedang sangat menderita jadi sudah seharusnya kita menolongnya."ucap Devan yang akhirnya dibalas anggukan kepala.

"Kakak! Tidak hiks... hiks... kakak."teriak Jiwa yang tiba-tiba saja sadar.

"Hi..nak, Aunty disini kamu yang tabah ya."ucap nya sambil menggenggam tangan Jiwa.

Sementara Jiwa masih terus menangis sesenggukan dia berusaha untuk bangkit dan menghampiri Arjuna yang kini sudah tidak lagi bernyawa itu.

"Kak bangun kenapa kakak tinggalkan aku heh, kakak bilang kakak mau jadi pengusaha sukses dengan membangun toko roti. Kakak bilang ingin menjaga ku sampai akhir hayat ku nanti. Tapi apa kenapa kakak tinggalin Jiwa. Kenapa kakak lakukan ini kak kenapa?... aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini aku hanya punya kakak tapi kakak bahkan tidak mau bertahan bersama ku."ucap nya dengan tangis pilunya.

Kekasih Devan terus mendampinginya dan berusaha untuk menguatkan Jiwa meskipun dia sendiri pun bernasib sama seperti Jiwa.

...*****...

Pemakaman sudah selesai dilakukan, Jiwa masih terduduk di hadapan makam Arjuna dengan dibalas koran, dia tidak kunjung berhenti menangis meskipun air matanya sudah hampir mengering.

Alvin sudah berusaha untuk membawa nya pulang tapi Jiwa tetap menolak, hingga saat Alvin ditelpon oleh keluarga nya yang meminta dia untuk kembali.

Namun Alvin tidak kunjung kembali hingga saat Alvaro menjemput nya dan berkata bahwa ia harus menjauhi Jiwa sebelum kedua orang tua mereka murka.

"Pulanglah kalian semua, terimakasih atas kepedulian kalian semua terhadap almarhum tolong biarkan saya disini untuk menemani kakak saya, bos juga pulanglah terimakasih untuk semua bantuannya aku tidak akan pernah lupa dengan kebaikan mu. Semoga tuhan membalas nya."ucap Jiwa.

"Biar saya yang menemani dia disini."ucap Rudy yang baru datang karena baru pulang dari luar kota.

"Rudy... hiks... hiks... kakak ku Rudy kakak ku pergi."ucap Jiwa yang tangisnya kembali pecah.

"Sabar Jiwa semua ini ujian, tuhan tau kamu mampu melewati semua ini. Jangan takut aku akan selalu ada untuk mu."ucap Rudy yang kini membawa Jiwa kedalam dekapannya disaksikan oleh semua orang yang kini mulai pergi meninggalkan pemakaman satu persatu begitu juga dengan Alvin yang kini langkahnya diseret oleh Alvaro dan juga orang kepercayaannya.

Alvaro pun sempat menoleh dan menatap lekat wajah Jiwa yang kini terlihat sangat menyedihkan itu.

"Jiwa ikut aku pulang ini sudah mendukung mungkin sebentar lagi akan turun hujan."ucap Devan.

"Tidak bos aku masih mau disini. Kasihan kakak tidak ada yang menemani nya."ucap Jiwa yang kini masih terisak pelan.

"Jiwa semua orang akan pulang kehadapan sang pencipta cepat atau pun lambat kita tidak bisa menghentikan itu, jika kamu seperti ini kasihan kakak mu yang akan berat untuk melangkah menghadap nya. Dia adalah kakak yang begitu baik dan sangat menyayangi mu jadi kamu juga harus menyayangi dia dengan mengiklankannya dan mendoakan nya agar dia bahagia di alam sana."ucap Devan dengan lembut.

"Semua itu benar Jiwa, aku pun mengalami hal yang sama dengan mu. Tapi aku tetap berusaha untuk tegar karena semua tidak akan pernah kembali lagi meskipun kita terus larut dalam kesedihan. Ayo kita pulang kamu bisa tinggal bersama ku jika kamu mau."ucap Dila.

"Tidak kak terimakasih, aku akan pulang ke kontrakan ku."ucap Jiwa.

"Jiwa sebaiknya kamu pulang ke rumah ku saja ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan, setelah itu terserah jika kamu ingin pulang kerumah baru mu atau ke kontrakan."ucap Devan yang membuat Jiwa bertanya-tanya.

"Rumah baru?"ujar Jiwa penasaran.

"Hmm... mari kita bicarakan semua di rumah."ucap Devan yang kini berusaha meyakinkan Jiwa.

Akhirnya jiwa pun mengangguk Rudy pun memapahnya hingga ke mobil Devan dan mereka semua pergi meninggalkan pemakaman tersebut.

Sesampainya di rumah utama keluarga Devan pria itu langsung mengajak Jiwa bicara empat mata.

"Begini Jiwa, saat ini handphone milik Arjuna masih berada di pihak berwajib karena saya belum sempat mengambil barang bukti dari tempat kejadian waktu itu dan polisi yang mengamankan semuanya termasuk mobil dan juga barang-barang milik kakak mu."ucap Devan sambil menatap lekat wajah cantik itu.

"Arjuna sudah melakukan transaksi pembelian sebuah rumah di jalan xx, dia membeli itu dengan uang hasil penjualan rumah kedua orang tua kalian, dan sisanya raib entah kemana karena kecelakaan itu terjadi tepat saat dia ingin menyimpan uang ke bank. Arjuna mengalami tabrak lari dan sampai saat ini orang itu masih dalam pencarian karena ternyata plat nomor mobil tersebut adalah plat nomor palsu."ucap Devan lagi.

Jiwa pun mengepalkan tangannya dia bersumpah untuk membalas kematian sang kakak saat dia mengetahui siapa pelakunya itu.

"Rumah itu sudah resmi atas nama mu, dan surat-surat rumah itu juga masih ada di dalam mobil bersama barang bukti lainnya semoga saja bisa secepatnya menemukan pelaku, dan saya berjanji akan membantu mu untuk menghukum nya."ucap Devan yang kini terlihat sangat serius.

Jiwa masih terdiam saat ini hingga akhirnya ia kembali berkata."Dimana barang-barang milik kami berdua jika rumah itu telah dijual?"tanya Jiwa lirih.

"Sepertinya sudah dipindah ke rumah baru sebelum kejadian itu terjadi atau masih dikontrakan aku juga belum bisa memastikan nya."ucap Devan.

"Terimakasih bos, aku akan kembali ke kontrakan terlebih dahulu untuk memastikan semuanya tapi untuk urusan barang bukti saya masih mengandalkan anda."ucap Jiwa.

"Tidak masalah Jiwa tapi setelah ini tolong kembali bekerja."ucap Devan.

"Baiklah."ucap Jiwa yang akhirnya pamit pada Devan untuk kembali ke rumah kontrakan, tapi Devan tidak membiarkan dia pergi sendiri, dia meminta asisten pribadinya untuk mengantar Jiwa.

Sesampainya di rumah kontrakan tersebut seluruh lampu masih menyala tetangga kontrakan bilang bahwa Arjuna pergi bekerja tapi tidak pernah kembali sudah dua hari ini sejak kepergian Jiwa.

Jiwa hanya menitikkan air mata sambil berkata lirih bahwa Arjuna sudah meninggal dunia dan hari ini adalah hari ia dimakamkan. Sontak semua orang yang ada di sana pun terhenyak kaget, mereka tidak menyangka bahwa Arjuna yang saat itu pamit pada mereka ternyata pergi untuk selamanya.

Ucapan bela sungkawa pun datang dari ibu pemilik kontrakan tersebut, dia juga ingin menyampaikan bahwa Arjuna sudah membayar kontrakan tersebut bulan ini karena dia bilang akan pindah ke rumah baru nya bersama Jiwa. Dia juga bilang bahwa barang-barang nya akan diangkut saat Jiwa kembali ke rumah itu.

Ternyata itu adalah pertanda yang tidak pernah disadari oleh siapapun, Jiwa hanya bisa menangis sesenggukan melihat seluruh kenangan yang ada yang ia lewati bersama Arjuna meskipun waktunya begitu singkat.

"Kakak Jiwa sudah kembali aku janji akan menjadi wanita yang tegar."lirih Jiwa yang kini terbaring di kasur yang sempat ditempati oleh sang kakak bahkan bau tubuh dan parfum yang ia kenakan masih tercium disana.

Air mata Jiwa semakin luruh, saat ini tidak ada siapapun yang menjadi sandaran nya disaat ia sedang berduka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!