Cinta sebagai sebuah permainan?
Itulah yang Jenny selalu lakukan, Cinta hanya sepotong permainan dunia bagi gadis yang memiliki segalanya, karenanya dia ingin selalu menang dan memang dia selalu menang, hingga dunianya sedikit kacau karena seorang pria mulai mengacaukan permainan cintanya, dan dia tak akan pernah tinggal diam.
Jonathan, Pria sempurna penakluk semua wanita, semua terjebak hanya dari sorot matanya, dia tertantang untuk masuk pusaran permainan Jenny dan berusaha memenangkannya.
Siapa yang akan menang? atau mereka terjebak dalam permainan yang mereka buat masing-masing?
Benar, Cinta adalah permainan.
Karena itu, Lets The Game Begin!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 - Sedikit kilasan masa lalu 2
Jenny membelalakkan matanya, dia memutar wajahnya ke arah Chintia yang hanya memperhatikan raut wajah Jenny dari cermin.
"Batang korek api, itu dia?" tanya Jenny.
"Ya, itu dia, terkejut bukan? aku juga, dia datang ke sini tiba-tiba, aku juga kaget melihat perubahannya, setelah beberapa hari di sini, dia mengatakan akan melamar ku, kemarin ayah dan ibuku bertemu dengannya dan mereka sungguh setuju padanya, karena itu aku akan menikah," kata Chintia menunjukkan sebuah cincin manis di jari manisnya.
Jenny mengerutkan dahi, pria itu melamar Chintia, tapi baru beberapa hari yang lalu dia bersama wanita lain? apa dia ingin bermain-main dengan Chintia, kalau begitu itu kejam, jika wanita lain yang dipermainkan Jenny bisa marah, apalagi jika yang menjadi permainan Jonathan selanjutnya adalah Sepupunya, tak akan dia biarkan.
"Chintia, kau yakin? aku rasa dia bukan orang yang kau pikirkan, aku rasa sifatnya sudah bukan seperti batang korek api, eh maksudku seperti sahabatmu yang dulu," kata Jenny mencoba menyakinkan Chintia, Chintia menatap Jenny, mengerutkan dahinya dengan tatapan bingung.
"Apa maksudmu? sepertinya kalian sangat mengenal?"kata Chintia.
"Bukan, bukan begitu, begini, aku sebenarnya lebih kenal dengan ayahnya ...." kata Jenny, namun belum selesai Jenny berbicara, Chintia tampak terkejut.
"Jenny?! Jangan-jangan kau punya hubungan dengan paman Liam?" tanya Chintia yang tahu ayah Jonathan adalah High Quality Duda.
"Ha? gila, ya tidak, itu panjang ceritanya, yang pasti aku kenal ayahnya duluan, lalu aku berkenalan dengannya, dan itu hanya terjadi beberapa Minggu yang lalu, kau tahu, dari saat aku bertemu dengannya hingga detik ini, setidaknya ada 3 orang wanita berbeda yang ada di sisinya, itu termasuk dirimu, apa kau tahu itu?" tanya Jenny menggebu, si playboy korek api itu, dia tak boleh main-main dengan keluarganya.
Chintia terlihat sedikit mengerutkan dahinya, namun perlahan wajahnya cukup melunak, senyum manis mengembang, membuat Jenny sedikit kaget, kok malah senyum?
"Jonathan sudah menceritakan semuanya, dia juga hanya main-main dengan mereka, dia mengatakan jika dia ingin menikah, dia akan hanya akan bersama wanita itu selamanya," kata Chintia tersenyum manis, entah kenapa kembali mencuci tangannya.
Jenny mendengar itu kaget, wajahnya tak percaya, dia melipat kedua tangannya ke arah Chintia, memasang wajah begah, benarkan, wanita jika sudah jatuh cinta menjadi bodoh.
"Chintia! jangan bilang kau percaya dengan kata-kata gombal seperti itu, logika saja, selama umurnya itu, dia orang yang suka memainkan perempuan, bagaimana dia bisa berubah hanya karena menikah denganmu? apa kau pikir dia akan puas hanya dengan tubuh kurusmu?" tanya Jenny yang memang tak pernah memikirkan apa yang dia katakan bisa saja membuat orang sakit hati.
Chintia terdiam, gerakan mencuci tangannya berhenti, mendiamkan tangannya ke Air dingin yang mengalir, mencoba memindahkan dinginnya air ke kepala dan hatinya agar tak panas dengan apa yang baru dia dengarkan.
"Jika dia memang seperti itu, aku rasa itu tak masalah, bukannya kau dan Anxel begitu juga, apa kau tahu Anxel sebelumnya seperti apa? apa kau yakin dia akan puas hanya dengan memiliki kecantikanmu?" tanya Chintia lembut, sialnya lebih menohok hati, "aku Kenal Jonathan bahkan sebelum aku dekat denganmu, mungkin kami berpisah 5 tahun, namun aku kenal dia dengan baik dulu, jadi aku rasa, sisinya yang dulu masih ada, dan aku akan menyukainya, kau hanya tak tahu dia siapa, aku hanya sarankan, mulai sekarang, kau mulailah mengenal calon suamimu, jangan sampai kau kaget dengan semuanya," kata Chintia kembali membela calon suaminya, dia memercikkan air untuk mengeringkan air di tangannya sebelum keluar dari toilet itu, meninggalkan Jenny yang terdiam sejenak.
Entah sudah berapa lama Jenny hanya terpaku, kata-kata Chintia kenapa begitu menamparnya, Chintia pasti tahu siapa Anxel, apa yang tak diketahuinya?
Jenny buru-buru memasukkan alat-alat make up-nya ke tas kecilnya, dia lalu ingin melangkah keluar, terlalu lama di kamar mandi tak akan bagus, sebelum melangkah keluar, Jenny memalingkan wajahnya ke arah bilik yang digunakan oleh Chintia tadi, seonggok tisu yang tak jatuh ke tong sampah secara sempurna menarik perhatiannya, noda merah membuat tisu itu tak putih lagi.
Jenny membuka bilik itu lebih lebar, menginjak pedal tong sampah itu, dia kaget melihat beberapa tisu dengan noda darah itu, Jenny ingat dengan bekas merah di bawah hidung Chintia, apakah dia berdarah?
lagi pula seingat Jenny, saat dia masuk ke dalam, bilik itu masih bersih tanpa tisu yang mengotori, jadi ini pasti milik Chintia, pasti, apa sebenarnya yang terjadi?
Jenny kembali sadar, dia segera keluar dari toilet itu, melihat Jonathan dan Chintia sedang bercengkrama dengan riang, begitu dekat, membuat Jenny merasa tak enak diantara keduanya.
Jenny segera duduk di depan mereka, membuat tawa canda antara Jonathan dan Chintia perlahan memudar, Jonathan mengerutkan dahinya memandang wajah Jenny yang sedikit berbeda. Dalam hati dia bertanya ada apa?
"Aku rasanya harus pergi, kalian di sini aja, ehm, sekali lagi selamat akan pernikahan kalian nantinya," kata Jenny, sekilas melirik ke arah Jonathan dengan mata beningnya itu, menunjukkan iris matanya yang indah. Dia tiba-tiba ingat wajah Jonathan yang dulu dia ejek, masih ingatkah pria itu dia wanita yang mengatakannya Batang korek api?
"Yah, kenapa begitu cepat? apa kau bawa mobil?" tanya Chintia seakan tak rela, Jenny mengerutkan dahinya, apa dia tak marah dengan pembicaraan mereka di toilet tadi? Jenny kira Chintia marah.
"Tidak, aku akan naik taksi saja," kata Jenny bingung.
"Bagaimana kalau kami mengantarmu saja, kau bukannya sudah pindah ke rumah paman dan bibi yang di Royal Palace kan? aku belum pernah ke sana, biarkan kami mengantarmu agar aku tahu rumah kalian," kata Chintia terdengar tulus, entahlah memang dia tulus atau hanya karena di depan Jontahan.
Jenny sudah tak nyaman membayangkan kemesraan kedua pasang insan ini nantinya, jadi dia ingin menolaknya.
"Tapi hanya aku yang tinggal di sana, paman dan bibi juga kakakku masih tinggal di istana, jadi ...." kata Jenny menolak secara halus.
"Nah, apalagi itu, sekarang bukannya tak aman jika pergi sendirian, jika kau pulang naik taksi dan supir taksinya tahu kau adalah nona besar yang memiliki rumah di Royal Palace dan dia juga tahu kau hanya tinggal sendirian, apakah tak semakin membuat dirimu bahaya?" kata Chintia, nada khawatir ada di suaranya, Jenny mengerutkan dahinya makin dalam, sepertinya dia salah dengan sikap sepupunya ini.
"Ya, Chintia benar, kami akan mengantarmu," kata Jonathan berdiri, suaranya bukan meminta, namun lebih seperti pernyataan tak terbantahkan.
Jenny berdiri malas, tak ada lagi yang bisa dia lakukan, mau tak mau, walupun sangat terpaksa, dia hanya mengikuti pasangan yang berpaut tangan dengan mesra di depannya, membuatnya ingin berjalan cepat dan memisahkan mereka berdua, bisa-bisanya mereka begitu, degus Jenny kesal.
🏃 🏃 🏃..... otw....
Dari Judulnya kayaknya seru deh...
ah... pasti Seru Karya Quin....
akhirnya....
😍😍😍
Terima Kasih untuk Karya-karya nya....
💕💞💖👍👍
semoga aja Cuma prank ya.....
siapa lagi sie....
Apakah Anxel sudah bebas?
next ke Meadow...
akhirnya JJ bersatu lagi
😂😂😂
biar gak kabur lagi