Gadis cantik berpenampilan culun bernama Diana sarasvati, dia sudah beberapa kali pindah sekolah karena ada sesuatu yang tidak menyenangkan. Banyak sekali siswa laki-laki di sekolah lamanya yang menyukainya karena kecantikannya, dan membuat dia dimusuhi oleh teman wanitanya. Untuk menghindari hal tersebut dia merubah penampilannya menjadi culun, dan menjadi siswa baru di SMA Nusa Bangsa. Ternyata di sekolah baru bukan menyelesaikan masalah justru karena penampilannya yang seperti orang culun, banyak teman yang membullynya.
Ada seseorang teman laki-laki tampan namanya Galen Ray Suhendra. Dia salah satu siswa yang mau berteman dengan Diana, dan membela Diana saat dibully.
Untung saja Diana siswa yang pandai, dan karena kecerdasannya itu mengharumkan nama sekolah. Dan semenjak itu dia mulai mempunyai teman banyak, walaupun masih ada yang tidak suka dan membully.
Mari kita simak bagaimana perjuangan Diana menghadapi teman- temannya, apakah Diana akan merubah penampilannya lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Lagi
Papah Adi langsung meminta Bik Asri untuk duduk di ruang keluarga, baru kali ini Bik Asri membuat makanan tidak bisa dimakan.
Ray tidak bisa makan makanan setengah matang, jadi harus benar-benar matang saat memasak. Bik Asri sudah hafal, karena susah lama bersama keluarga ini. Kesimpulannya bukan Bik Asri yang memasak tadi, tetapi Icha.
"Pasti Tuan sudah tau jawabannya," kata Bik Asri kemudian kembali ke dapur untuk beres-beres.
Icha sengaja memasak untuk mencari simpati Papah Adi dan Ray, tetapi tidak berhasil justru berujung masalah.
Ceritanya tadi waktu Ray pergi dan Papah Adi belum pulang, Bik Asri hendak memasak beliau sudah menyiapkan semua bahan dan memotong sayuran. Saat Bik Asri sedang membuat bumbu, Icha datang dan merebut cobek yang digunakan Bik Asri untuk mengulek bumbu.
Icha memarahi Bik Asri dan menyuruhnya untuk membersihkan kandang ayam di belakang rumah, kebetulan Papah Adi mempunyai beberapa ayam hias.
Bik Asri tidak berani menolak perintah Nyonya mudanya, beliau merasa sudah tua lebih baik mengalah apalagi Icha sedang mengandung. Bik Asri tidak mau membuat keadaan semakin memburuk juga, apalagi kalau Ray mengetahui kejadian ini pasti tidak akan terima dan memarahi Icha.
Ray mengatakan kalau dirinya baik-baik saja, hanya mendapati ayam setengah matang tadi saat makan. Dia juga melarang Papahnya untuk membahas masalah ini, tetapi Papah Adi tetap akan menayangkan semua ini pada Icha.
"Icha, kamu sebenarnya bisa masak gak?" tanya Papah Adi mematung di depan pintu kamar Icha yang kebetulan tidak ditutup. Sedangkan Icha berada di dalam kamar sedang mengoleskan skincare ke wajahnya yang lumayan sedikit cantik, tetapi tetap cantik Mamah Reni. Mamah Reni dengan Icha hanya kalah usia saja.
Belum sempat Icha menjawab pertanyaan Papah Adi, ponsel Papah Adi berbunyi. Panggilan telepon dari Rama sang adik yang sudah sebulan menghilang, kini baru menelponnya. Papah Adi langsung masuk ke ruang kerjanya dan mengangkat panggilan telepon dari Rama, agar tidak terdengar oleh Icha.
Rama menyampaikan kebenaran yang membuat Papah Adi terkejut, dan semakin merasa sangat bersalah kepada Mamah Reni dan Ray. Icha tidak hamil anak Rama, tetapi anak orang lain makanya Rama memilih kabur lebih dulu.
Amarah Papah Adi tersulut mendengarkan kebenarannya, ingin rasanya mengusir Icha dari rumah. Padahal Icha di rumah ini mendapatkan fasilitas seperti mobil pribadi sekaligus sopirnya, dan uang cash untuk memenuhi kebutuhannya dan bayi yang Papah Adi sangka anak Rama.
***
Keesokan harinya Diana bangun pagi-pagi, dia langsung menggosok gigi dan mencuci muka lalu membuka almari dan mengambil baju olahraganya. Tak lupa mengikat rambutnya menjadi dua dan menggunakan kaca mata besarnya, sambil berkaca Diana membenarkan rambutnya.
Keadaan rumah terlihat masih sangat sepi, sepertinya Papah dan Mamahnya belum bangun tidur, Diana mengambil sepatu lalu memakainya.
Udara pagi hari masih sangat sejuk, sehingga sangat cocok untuk berolahraga. Diana berlari-lari kecil mengelilingi komplek, tak terasa dia sudah berlari lumayan jauh hingga membuatnya merasa capek. Diana duduk di bawah pohon sembari meluruskan kakinya, dia merasa begitu santai menikmati udara pagi.
"Dek, kamu sendiri saja?" tanya seorang wanita paruh baya tetapi masih mempunyai wajah yang sangat cantik.
"Tante!" kaget Diana ketika melihat wanita itu. Ternyata kemarin sempat bertemu saat pulang dari sekolah kemarin.
Wanita itu kemudian mengajak Diana untuk mengobrol, menceritakan tentang aktivitas sehari-hari mereka. Kebetulan wanita itu juga sedang berlari pagi, bertemu dengan Diana membuatnya mempunyai teman.
***
Sinar matahari menembus tirai jendela membuat Mamah Airin terbangun dari tidur lelapnya, dia langsung terbangun karena sudah siang juga. Dengan tergesa-gesa Mamah Airin mencuci muka, lalu bergegas menuju dapur dan menyalahkan kompor untuk merebus air.
Papah Edo ternyata sudah siap dengan pakaian kerjanya, beliau berada di ruang makan menikmati secangkir kopi dan sepotong kue. Beliau membuat sendiri, karena melihat istrinya seperti sedang kelelahan jadi tidak membangunkannya.
"Mah, Papah udah buatin teh buat Mamah," ucap Papah Edo tiba-tiba sudah berada dibelakang Mamah Airin, yang kini sedang mencuci piring.
"Papah, kenapa tidak bilang! Mamah udah terlanjur nyalahin kompor tuh," ucapnya mengerucutkan bibir.
Papah Edo lalu mematikan kompor yang dinyalakan oleh Mamah Airin, dan mengajaknya duduk di ruang makan. Papah Edo begitu perhatian dengan istrinya. Mereka berdua tidak menyadari kalau Diana sedang berlari pagi, padahal dari tadi belum kelihatan batang hidungnya.
Selesai sarapan Papah Edo berangkat ke kantor, di jalan melihat Diana sedang duduk dengan seorang wanita yang tidak asing baginya. Papah Edo hendak turun dari mobil dan menemui mereka, tetapi Diana dan wanita itu sudah terlanjur berlari ke jalan yang tidak bisa dilalui mobil.
Papah Edo kemudian kembali lagi ke rumah, beliau langsung menuju ke kamar Diana untuk memastikan Diana atau bukan yang dia lihat tadi.
"Pah, ada apa kok balik lagi," ucap Mamah Airin saat membuka pintu.
"Tadi Papah di jalan melihat Diana, dia bersama teman Papah," kata Papah Edo.
"Papah, ngarang aja! mana mungkin Diana pagi-pagi sudah ada di jalan, paling juga masih tidur di kamarnya," ujar Mamah Airin.
Keduanya lalu bersama-sama pergi ke kamar Diana, untuk melihat apakah benar atau tidak yang dilihat oleh Papah Edo.
Mamah Airin membuka pintu kamar Diana yang ternyata tidak terkunci, beliau menunjukkan pada suaminya kalau putrinya masih tidur.
"Pah, sekarang sudah jelaskan kalau Diana masih tidur! lain kali Papah jangan salah lihat lagi," ucap Mamah Airin.
Padahal di dalam kamar Diana hanya sebuah guling yang tertutup oleh selimut, mereka tidak mendekat karena sudah terlihat dari depan pintu.
Papah Edo kemudian langsung berangkat ke kantor, sedangkan Mamah Airin bersiap-siap hendak membereskan rumah karena mereka tidak memakai asisten rumah tangga.
Tiga puluh menit kemudian Diana pulang ke rumah, dia langsung masuk ke dapur untuk mengambil air minum yang berada di dalam kulkas. Mamah Airin yang sedang memasak melihat dari atas sampai bawah, dia terheran dengan pakaian yang digunakan oleh Diana.
"Bagun tidur pakai sepatu, udah keringetan lagi! mimpi apa tadi," ujar Mamah Airin.
"Siapa bilang Diana bangun tidur, Mah! Orang baru selesai lari pagi," kata Diana sembari mendudukkan diri di kursi.
Mamah Airin terdiam seketika mendengarkan ucapan Diana, padahal tadi dia melihatnya masih tertidur. Beliau jadi berfikir kalau ucapan suaminya tadi ada benarnya juga, mungkin benar yang dilihat tadi adalah Diana.
"Diana, kamu tadi sama siapa?" tanya Mamah Airin.
"Sendiri aja, Mah! Diana hanya keliling kompleks," ujar Diana. Tapi ketemu sama orang juga," kata Diana.
Mamah Airin menanyakan siapa wanita yang duduk disebelahnya tadi, dia penasaran dengan jawaban Diana.
jangan ngancam donk ray
jangan di sembunyikan dan di zholimi mulu ....