Muhasabah Cinta (Arya Dan Arini)

...◦•●◉✿Happy Reading✿◉●•◦...

..._____...

Malam semakin larut namun Luna juga Wiguna juga belum tidur. Mereka berdua masih menunggu Arya pulang namun sepertinya penantian akan sia-sia saja karena Arya sama sekali tak ada kabar kalau mau pulang ke rumah utama.

"Lihat ini, Pa! anakmu itu sangat keterlaluan! orang tuanya tengah menunggunya pulang dengan gelisah sepertinya ini, tapi aku yakin anak itu tengah bersenang-senang dengan teman-temannya," ucap Luna yang berasumsi hal yang seperti itu.

Meskipun Arya tak mengatakannya namun Luna tau sifat Arya. Jika sudah malam begini dia belum pulang pasti tengah berpesta pora dengan teman-temannya. Ya, meskipun nggak begitu juga sih sebenarnya karena bisa jadi Arya tak pulang ke sana karena dia pulang di apartemennya. Tapi Luna saja yang selalu menyimpulkan hal yang demikian.

"Jangan berfikir seperti itu dulu lah, Ma. Arya belum tentu juga tengah bersenang-senang dengan teman-temannya, bisa jadi dia pulang ke apartemen?"

Sebenarnya Wiguna lebih mengerti apa yang di lakukan anak tunggalnya itu hanya saja jika dia sudah berkehendak semua pasti akan kalah padanya, tapi tidak juga sih dengan Arya yang keras kepala.

Wiguna hanya bisa mencoba memberikan pengertian pada Luna, dengan itu Luna tidak akan terus berkomentar miring tentang anaknya. Bagaimanapun Wiguna percaya kalau omongan itu bisa jadi doa dan yang mengatakan ibunya sendiri lagi, takut kalau yang Luna katakan akan menjadi nyata. Ya, meskipun sebenarnya itu memang benar dan sudah terjadi.

Luna menatap kesal Wiguna, dia rasa suaminya ini begitu lemah dalam mengatasi Arya. Luna ingin Wiguna sedikit keras pada Arya supaya dia bisa menurut pada mereka namun sepertinya itu hanya berhenti di keinginan Luna saja.

"Bela saja terus anaknya itu! papa kan memang tak menghargai Mama lagi!" Luna kembali kesal, dia putuskan untuk beranjak dan pergi menuju kamar.

"Salah lagi kan aku. Arya Arya..., kapan kamu akan dewasa," gumam Wiguna.

____

Benar saja, semua seperti yang Luna katakan pada Wiguna. Di sebuah 𝘤𝘭𝘶𝘱 malam Arya baru berpesta dengan beberapa teman-temannya, dan tentunya di layani oleh beberapa wanita bayaran yang selalu ada untuk mereka.

Wanita yang di tunjuk oleh Arya itu terus menerus menuangkan minuman ke dalam gelasnya dan Arya akan meneguknya hingga tuntas dan akan di isi lagi dan seperti itu seterusnya.

Arya sudah sangat terbiasa dengan minum-minuman haram itu yang jelas dia tak akan mudah untuk mabuk.

"Tuan, apakah Tuan hanya puas dengan minuman saja? apakah Tuan akan mengabaikan saya seperti ini?" perempuan bayaran itu terus bergelayut di sebelah Arya, menggodanya dengan memberikan sentuhan-sentuhan di titik-titik yang menjadi tempat ter sensitif milik Arya.

Merasakan sentuhan itu tak akan membuat Arya marah dia malah menikmati semua itu sembari meneguk minumannya. Nikmatnya terasa sangat double dia dapatkan, biarkan perempuan itu membangunkan hal yang menjadi senjatanya setelah itu baru dia akan membalas wanita itu dengan caranya, tapi jika dia benar-benar menginginkan wanita itu.

Ada tiga laki-laki di sana termasuk Arya, dan juga ada tiga perempuan yang menemani mereka. Tempat itu adalah tempat khusus pelanggan VIP jadi tak sembarang orang akan masuk.

Arya masih tenang namun tidak dengan kedua temannya, mereka sama persis seperti Arya sudah kecanduan dengan kenikmatan yang sesaat ini hingga akhirnya mereka berdua sudah mulai dengan mencumbu wanitanya.

"Lebih baik kita pindah sayang," ucap salah satu teman Arya.

"Aku juga sudah tidak tahan, aku akan pindah," ucap satunya lagi.

Dunia mereka benar-benar sudah hitam, dan jika mereka ingin mengubahnya menjadi putih mungkin akan membutuhkan usaha yang sangat tidak mudah, bahkan akan mustahil untuk berhenti dari kebiasaan itu.

Kedua teman Arya juga wanitanya sudah pergi meninggalkannya, mereka begitu lemah tak seperti Arya, yang tak akan mudah terbuai dan dia juga akan pilih-pilih dulu jika ingin menyentuh wanita. Yang jelas harus masuk ke dalam kriterianya, cantik, seksi, dan putih.

"Tuan," bukan Arya yang sudah terbuai tapi wanita itu sepertinya yang sudah tak tahan untuk mendapatkan sentuhan dari Arya. Siapa yang akan tahan berlama-lama hanya di depan Arya begini saja, siapapun pasti akan ingin mendapatkan sentuhan dari Arya. Jangankan mendapatkan belain di atas ranjang mendapatkan ciumannya saja itu benar-benar orang yang beruntung.

Bukannya mengabaikan wanita itu Arya malah beranjak lalu menyingkirkan wanita itu. Arya mengambil lembar cek lalu melemparkan pada wanita itu, "itu bayaran mu," ucapnya dengan dingin.

Sepertinya Arya memang tak berniat untuk menyentuh wanita yang begitu liar itu dan sekarang memilih pergi meninggalkannya.

"Tuan! Tapi Tuan!" teriak wanita itu. Kecewa sudah dia karena tak mendapatkan apa yang dia mau, sentuhan yang sudah ada di depan mata ternyata tetap tak bisa dia dapatkan.

Membayangkan semua sentuhan Arya saja sudah sangat membahagiakan para wanita liar apalagi benar-benar mendapatkannya itu seperti mendapatkan hadiah terbesar.

"Sial, aku gagal lagi," gumannya dengan kesal. Meski kesal namun wanita itu tetap mengambil cek dari Arya. Sayang kan kalau tidak di terima.

Bukannya pulang namun ternyata Arya hanya berpindah tempat, gairah yang sudah muncul harus segera di tuntaskan. Arya pergi ke kamar yang biasa dia sewa dan di sana sudah ada wanita pilihan yang sudah di siapkan.

"Sempurna," kesan Arya saat melihat wanita yang kini sudah menunggu di kamar itu dengan duduk di ranjangnya sembari meminum minuman.

Wanita yang sempurna, yang pasti sangat masuk ke kriterianya kalau tidak tidak akan mungkin Arya akan mendekat dengan senang.

"Anda sudah datang, Tuan? mari kita mulai," ucapnya dengan suara yang menggoda.

"Hem..," Arya mengangguk dia sudah tak sabar dia tak ingin berlama-lama lagi menuntaskan semuanya.

____

"Arini!! " teriak Ratna dengan suara yang sangat keras. Sepertinya Ratna lupa kalau Arini sudah tak tinggal lagi dengannya.

Kebiasaan yang selalu berteriak memanggil Arini saat membutuhkan sesuatu tak akan mudah hilang begitu saja. Malam-malam begini Ratna terus berteriak memanggil Arini karena dia merasa lapar.

"Arini...! " teriaknya lagi, "ish.., di mana sih tuh anak. Akan aku potong telinganya kalau dia sengaja tak mau mendengar panggilanku," kesalnya.

Ratna berjalan menuju kamar Arini yang pasti terus berteriak memanggilnya yang pasti tak akan mendapatkan jawaban kan, "Arini! " teriaknya lagi.

Melisa yang merasa terganggu dengan teriakan itu langsung bangun dari tidurnya, cepat menghampiri Ratna kalau tidak pasti semua penghuni akan bangun karena toaknya.

"Ada apa sih, Bu?" tanya Melisa mengejutkan Ratna.

"Ibu lapar, Me. Ibu ingin panggil Arini untuk siapin makan untuk ibu," jawabnya.

Melisa hanya menyandarkan punggungnya di dinding dengan tangan bersedekap dada dan matanya terus memandangi Ratna yang terlihat kebingungan.

"Ibu lupa ya? Arini kan sudah pergi dari rumah, dia sudah kita usir tadi siang. Kenapa Ibu masih mencarinya? apa Ibu sudah mulai pikun!? " nyinyir Melisa.

Ratna menghembuskan nafas panjangnya sekarang, dia mengingat kejadian tadi siang. Sepertinya dia akan menyesal karena mengusir Arini, tak akan ada lagi babu gratis ya bisa dia suruh-suruh sekarang.

"Kalau begitu kamu saja, Me. Cepat siapkan makan untuk Ibu! " pintanya.

"Kok jadi Melisa sih, Bu!" Melisa menurunkan tangannya cepat, kenapa sekarang malah jadi dia yang harus menyiapkan makan untuk Ratna? dia mana sudi melakukan itu, lebih baik tidur lagi kan.

"Ya jelas kamulah! siapa lagi emang, Ibu? jangan sembarangan kamu ya, kamu itu anak Ibu! Jadi kamu harus nurut sama Ibu! " Kekeh Ratna.

"Tidak bisa gitu dong, Bu! kan Ibu yang mau makan jadi Ibu sendiri yang harus masak! " jawab Melisa.

"Ehh..., ada apa sih, malam-malam ribut? " tanya Fara yang dia bangun juga karena terganggu dengan suara Ratna juga Melisa.

"Nah! Fara saja yang masak, Bu! Melisa harus tidur lagi karena besok harus bangun pagi," ucap Melisa.

Fara melongo, kenapa harus dia? dia nggak tau apa-apa loh.

"Enak saja, tidak tidak! Fara juga ngantuk ingin tidur lagi! jadi kak Melisa saja yang masak," tolak Fara cepat.

"Ogah lah, kamu saja. Kamu yang paling kecil di sini jadi harus nurut! " seru Melisa.

"Tidak bisa gitu juga lah, enak saja!"

"Stop..! tidak usah debat lagi, Ibu sudah sangat lapar, jadi kalian berdua yang harus siapkan untuk Ibu. Kalau tidak mau kalian pasti tau kan? kalian tidak akan mendapatkan apapun dari Ibu dan Bapak! " ancam Ratna.

"Tidak bisa gitu dong, Bu! "

"Makanya cepat! Kalian juga anak perempuan kalian harus bisa masak kalau tidak bagaimana kalian bisa membahagiakan suami kalian kelak, cepat lakukan! "

"Tapi, Bu? "

"Cepat...! " Ratna mendorong kedua menuju dapur, perutnya sudah sangat lapar dan dia sendiri juga ogah bergelut di dapur. Buat apa punya dua anak perempuan kalau dirinya yang turun tangan sendiri.

"𝘉𝘦𝘴𝘰𝘬 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘢𝘣𝘶, 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘐𝘣𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘴𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮, 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘨𝘢𝘳𝘢-𝘨𝘢𝘳𝘢 𝘈𝘳𝘪𝘯𝘪, 𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘱𝘰𝘵𝘬𝘢𝘯," batin Melisa.

____

Bersambung...

________