Rumah tangga yang kelihatan harmonis hanya topeng belaka.
Hutang orang tua yang menumpuk kepada mertua, membuat terjadinya perjodohan yang terpaksa dan membuat Jihan terpenjara oleh kekerasan bathin dan fisik.
Sakit hati yang dialami jihan, sampai melupakan apa arti cinta yang sesungguhnya.
Dari rasa nyaman saling bertukar cerita, membuat dua insan yang dimabuk asmara terjebak oleh cinta terlarang, sehingga membuat keduanya susah untuk berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba menyelidiki
Aneh pada kehidupan mereka berdua, banyak hal patut dicurigai saat baru ikut memasukki rumah tangga mereka. Dulu sering sekali mas Bayu kepergok banyak ceweknya, jadi sampai sekarang masih tidak percaya jika dia sudah berubah hanya gara-gara sudah menikah.
"Pasti ada sesuatu yang sedang mereka sembunyikan. Aku harus cari tahu ada apa ini sebenarnya. Tapi, apa untungnya untukku?."
"Emm, walau tidak ada untungnya, tapi aku bisa menyelamatkan Jihan dari sikap mas Bayu yang kelihatannya tidak baik sama istrinya sendiri," guman hati yang sudah merasa aneh.
Baju sudah rapi untuk segera berangkat mengajar ke sekolahan. Sebenarnya tidak enak juga menumpang, tapi yang dekat diantara rumah keluarga hanya milik mas Bayu.
"Wah, terima kasih sudah disiapkan semuanya!" sapaku pada Jihan saat menghampiri meja makan.
Beberapa lauk sudah tersedia rapi. Ada sekitar lima jenis lauk yang telah dimasak. Semua kelihatan mengiurkan. Sungguh pintar istri mas Bayu ini, semua kelihatan rapi dan ditata sedemikian rupa sehingga untuk makanpun menjadi terasa nyaman.
Ternyata ucapanku hanya sia-sia saja, sebab Jihan sudah mengacuhkan sapaan tadi.
Tangan sudah sibuk membuka piring dan mengambil sendok untuk segera makan.
"Kamu sudah rapi saja, Satria!" sapa Mas Bayu yang sudah bergabung juga untuk sarapan.
"Ya tentu harus rapi segera, sebab mau berangkat pagi-pagi, nih. Ada sedikit kerjaan disekolahan yang mendadak harus segera dikerjakan," terangku.
"Ooh."
"Mas Bayu, bolehkah aku bareng istrimu nanti berangkatnya?" tanyaku meminta izin.
"Boleh-boleh saja, tapi jangan diapa-apain nanti," jawabnya santai.
"Pasti itu."
Jihan hanya menatap kearahku dengan wajah tidak suka, namun tidak mau mengeluarkan sepatah katapun. Namun aku pura-pura tidak mengetahui saja atas sikapnya tadi.
Beberapa menit kemudian makan sudah selesai dan aku mencoba berjalan keluar duluan. Tidak mau memaksa Jihan untuk segera berangkat, saat mas Bayu masih belum berangkat kerja duluan.
Lama sekali duduk menunggu diluar kursi. Berkali-kali tangan terus saja melihat jam yang terlingkar ditangan. Perasaan sudah tidak karuan karena takut tidak bisa mengerjakan tugas dari kepala sekolah, yang tadi pagi-pagi buta telah menelpon.
Penantian akhirnya berakhir sudah, saat suara suami istri itu terdengar sudah mendekati posisiku.
"Kalian hati-hati berangkatnya!" ucap Mas Bayu memperingatkan.
"Jaga dia baik-baik, Satria."
"Iya, Mas. Tentu itu."
"Ya sudah, aku duluan."
"Emm."
Tubuh saudara sudah menghilang bersama dengan mobilnya. Tidak membuang waktu segera kuajak Jihan untuk naik motor. Rasanya Jihan nampak antara mau dan tidak untuk ikut, sehingga membuatku jadi tidak enak hati, saat sudah menumpang tinggal dirumah sekarang ikut nebeng naik motornya.
Sungguh merasa lucu saja, ketika Jihan sekarang sudah duduk dibelakang paling ujung di jok motor. Niatnya bagus sih, menjaga agar tubuh kami tidak saling membentur.
Selama perjalanan tidak ada percakapan diantara kami. Hanya suara deru kendaraan yang terdengar. Rasa canggung dan malu terasa kental sekali pada diri Jihan.
Sheeet, tiba-tiba tangan langsung mengerem mendadak.
"Aaa!" Suara Jihan kaget.
Tanpa diduga tubuh kamipun saling membentur, walau tangan Jihan sempat menahan kuat agar kulit kami tidak terjadi sentuhan.
"Kamu bisa hati-hati tidak sih bawa motornya," ucap Jihan marah.
"Maaf, tadi tidak sengaja sebab ada kucing yang mendadak mau lewat," jawabku memberikan alasan.
"Halah, jangan banyak alasan kamu. Bilang saja mau ambil kesempatan dalam kesempitan," tuduhnya yang membuatku tidak percaya.
"Kamu jangan asal bicara. Kesempatan apa? Jangan ngaco kalau bicara. Lihat disana itu!" Tangan sudah menunjuk ke arah kucing, yang menjauhi posisi kami saat mau tertabrak tadi.
Wajahnya sudah memperlihatkan sewot dan tidak senang atas ucapan barusan saat ada kenyataan.
"Ayo, tunggu apa lagi. Apa kamu mau kita kena marah, jika terlambat datang ke sekolahan," ketus Jihan.
"Iya ... iya, bawel amat sih."
"Apa yang kamu bilang tadi?" ketusnya.
"Sudah, lupakan. Tidak usah diperpanjang lagi, sebab kita sudah terlambat untuk datang mengajar ini."
Sedikit ada perdebatan akhirnya berhenti, sebab waktu tidak sempat untuk melanjutkan.
Beberapa menit kemudian, motor sampai juga ketempat tujuan. Helm yang terpakai dikepala, sekarang terlepas untuk ditaruh di kaca spion. Tangan sudah menyisir rambut yang berantakan agar lebih rapi dan cool.
"Kamu kenapa, Jihan?" tanyaku saat merasa aneh wajahnya yang mulai pucat.
"Ngak ada apa-apa."
"Sudah, tidak usah sok perhatian gitu!" ketusnya.
"Iidih, aku bermaksud baik sama kamu."
"Ya sudah, kalau kamu baik-baik saja," Balik jawabku sewot ingin melenggang pergi.
"Terima kasih atas tumpangannya."
"Emm."
Saat sudah melangkah beberapa tapakkan, wajah sudah menengok ke belakang lagi untuk melihat Jihan. Rasa khawatir telah menghantui, maka dari itu mencoba melihatnya lagi. Tangannya sudah memijit pelan pelipis, sambil wajah berkerut seperti menahan sakit.
"Kamu beneran tidak apa-apa 'kan?" tanyaku lagi dengan langkah berbalik menghampirinya.
"Emm. Tidak apa-apa, kok. Ayo, kita masuk saja," ajaknya santai.
"Hmm, baiklah."
Baru beberapa langkah Jihan mendahuluiku berjalan, sekarang dia tiba-tiba terhenti mendadak dengan tubuh mulai goyang-goyang seperti tidak mampu menopang tubuhnya sendiri.
Bhug, tanpa diduga Jihan telah ambruk pingsan ke sebelah kiri. Aku yang kaget langsung berlari menghampirinya.
"Jihan ... jihan!" panggilku dengan menepuk perlahan-lahan pipinya.
Karena tidak ada simbatan darinya, terpaksa tubuhnya sekarang kupobong untuk segera membawanya ke ruang UKS, agar bisa mendapatkan perawatan segera.
come on sattt selidiki kuyyy
hmmz bawa kabur jihan sat wkwkwk