Dilarang memplagiat karya!
"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"
"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."
"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."
Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.
Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.
Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.
Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 8 Calon Menantu
Happy reading
"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?" Ryuga merendahkan nada suara. Pelan dan sangat hati-hati. Berharap Aluna bisa memahami dan tidak tersinggung
Aluna terdiam. Namun detik berikutnya, ia mengangguk pelan. Tekan rasa yang meremas ulu hati. Tahan air duka yang mendobrak ingin mengalir.
"Ya. Aku setuju, Kak Ryu --" jawabnya lirih sambil menunduk. Sembunyikan wajah yang terbingkai sendu.
Tidak ada pilihan, selain menerima pernikahan kontrak yang dicetuskan oleh Ryuga demi menyelamatkan diri dari rengkuhan Hamdan--dosen Fakultas Sasing yang dikenal kuper. Namun ternyata problematik.
Wajah teduh dan tutur kata yang sopan, mengelabui mata banyak orang. Tak terkecuali kedua orang tua Aluna--Raditya Aditama dan Raina Larasati.
"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah." Ryuga masih merendahkan nada suara ketika mengucap kalimat itu.
Sama seperti Aluna, ia pun berusaha menekan rasa dan tahan air duka.
Terlihat tegar dan baik-baik saja, tapi jiwanya remuk redam. Hancur bersama serpihan asa yang musnah--tak tersisa.
Allah, kuatkan aku.
Tegarkan aku.
Pegang erat tanganku.
Jangan biarkan aku kembali menyerah dan mengingkari Rahmat yang Engkau beri.
Wajburni ya jabbar.
Aluna melafazkan pinta di dalam benak dan sekejap pejamkan mata.
Pasrah dan berserah pada kehendak Sang Maha Cinta.
Helaan napas terdengar dari indra penciuman Ryuga, iringi gerakan tangan membuka tas punggung.
Lelaki berparas rupawan itu mengambil selembar kertas putih dan pena untuk menulis poin-poin 'pernikahan kontrak'. Namun ketika satu kata tertulis, seseorang merebut penanya.
"Tidak ada yang namanya pernikahan kontrak, Ryuga Mahesa!" Suara itu terdengar sangat familier. Renggut atensi Ryuga dan Aluna. Paksa mereka untuk menunjukkan ekspresi terkejut.
"Mama --" Ryuga menelan ludah. Bibir terkunci, lidah serasa tercekat saat mendapati sosok yang telah merebut pena. Ternyata Rosa Maulida--hawa bergelar 'mama'. Wanita yang telah melahirkannya
Pandangan mata Rosa tajam menghujam, siratkan amarah. Hingga membuat Ryuga tidak berani menatap dan sedikit menundukkan wajah.
"Pernikahan bukan ritual yang bisa dijadikan sebagai permainan, apalagi sandiwara. Janji yang diikrarkan pun bukan main-main. Ada tanggung jawab besar dan hak yang harus kamu penuhi begitu selesai mengucap Qabul. Jadi, Mama tidak mengizinkanmu menikahi Aluna dengan embel-embel 'pernikahan kontrak'."
"Tapi, Ma ... aku hanya ingin membantu Aluna --"
"Mama mengerti. Tapi, bukan dengan melakukan pernikahan kontrak," cetus Rosa--memangkas ucapan Ryuga.
"Nikahi Aluna, tanpa adanya kata 'pernikahan kontrak'. Nanti malam, kita temui kedua orang tuanya dan besok lusa kalian menikah," sambungnya--tegas.
"Nggak bisa sesingkat itu, Ma. Kita mesti nyiapin dokumen dulu dan lagi aku --"
"Bisa. Mama yang akan mengaturnya. Besok lusa kalian menikah, dan resepsinya seminggu lagi--sesuai tanggal yang tertera di undangan pernikahan Aluna, yang sudah terlanjur disebar." Rosa kembali memangkas ucapan Ryuga.
Perkataan-nya bagai sabda seorang ratu. Tidak bisa dibantah dan harus dilaksanakan.
"Sore ini, kamu tidak boleh pergi ke mana-mana, Ryuga. Persiapkan diri kamu untuk bertemu dengan keluarga besar Aluna nanti malam."
"Nanti sore ... Ryuga ada rapat sama anak-anak BEM."
"Undur rapatnya!"
"Nggak bisa, Ma. Nofi udah terlanjur ngasih tau anak-anak BEM kalau rapatnya nanti sore."
Rosa mendengus kesal, lantas mengeluarkan ponsel yang tersimpan di dalam tas Birkin Himalayan kesayangan.
Jari lentiknya dengan terampil menari di atas layar ponsel--mendial nomor Nofiya.
"Halo, Fiya --" sapanya begitu Nofiya mengangkat panggilan telepon.
"Ya, Tante. Ada apa?"
"Tolong beri tahu teman-teman BEM kamu, rapatnya diundur. Sore ini Pak Ketu dipingit, karena besok lusa menikah."
"What? Yang bener, Tante?"
"Iya."
"Woah. Pak Ketu mau nikah sama siapa?"
"Aluna Kirana, rekan announcer Zizi. Sekaligus, teman baiknya."
"Masya Allah. Akhirnya, anak-anak BEM nggak piatu lagi. Gasss, langsung aku info ke temen-temen BEM, Te."
"Sip. Makasih, Fiya."
"Sama-sama, Te."
Sambungan telepon berakhir. Atensi Rosa berpindah pada Aluna yang tampak menunduk sambil memilin ujung jilbab.
Jadi, gadis ini yang dimaksud Zizi. Cantik dan lembut.
Batin Rosa bermonolog, disertai lengkungan bibir yang membentuk sebaris senyum.
Zizi, nama panggilan yang ia sematkan untuk Ayunda Nafsha Azia. Diambil dari nama paling akhir 'Azia'.
Tadi setelah berkirim pesan dengan Ryuga, Ayu segera menghubungi Rosa dan membeberkan kepahitan yang tengah dialami oleh Aluna--gadis malang yang patut menerima uluran tangan.
Ayu memberi tahu Rosa jika Ryuga akan bertemu dengan Aluna di Kafe Aurora--ba'da Dzuhur.
Tepat pukul dua belas siang, Rosa mendatangi Kafe Aurora.
Ia sengaja mengenakan pasmina, masker, dan kaca mata berwarna hitam--agar tidak dikenali oleh putra bungsunya.
Selama satu jam, Rosa duduk sambil mengamati Aluna--gadis berparas cantik yang diceritakan oleh Ayu.
Terselip rasa empati ketika melihat mendung yang membingkai wajah dan serasa ingin beri afeksi. Namun, Rosa menahan keinginannya itu dan menunggu waktu yang tepat.
"Luna --" panggilnya lembut, setelah mengambil posisi duduk--tepat di sebelah Aluna.
Kepala yang semula menunduk, terangkat perlahan. Kunci atensi pada wanita yang memanggil namanya dengan suara lembut.
"Zizi sudah menceritakan semua tentangmu dan Tante dengan senang hati menerima kamu sebagai calon menantu."
"Ma-af, siapa 'Zizi' yang Tante maksud?" Aluna bertanya--lirih.
"Dia ... Ayunda, biasa dipanggil Ayu oleh Ryuga dan teman-temannya."
"Kak Ayu --"
"Kamu benar, Aluna. Zizi adalah Kak Ayu-mu. Teman baik yang sangat menyayangimu dan menganggap kamu sebagai adik," tutur Rosa--menyahut ucapan Aluna.
"Mulai detik ini, panggil Tante ... Mama. Karena, kamu calon menantu Mama dan akan menjadi pendamping hidup Ryuga selamanya."
"Bagaimana dengan Kak Ryu? Pasti Kak Ryu keberatan, karena kami ... akan menikah tanpa didasari oleh perasaan cinta. Tapi karena belas kasihan dan terpaksa --"
Kristal bening menetes ketika Aluna menuturkan kata-kata itu.
Ulu hatinya terasa ngilu. Bahkan teramat sangat ngilu.
Bibir dan tangannya bergetar, tak kuasa sembunyikan duka--mendalam.
Sungguh, bukan ini pernikahan yang diingini. Tapi, pernikahan yang dinaungi oleh cinta dan keridhoan.
Andai boleh memilih, Aluna ingin menyusul Karina ke Inggris. Pergi sejauh mungkin dan obati luka dengan fokus menimba ilmu.
Namun sayang, itu tidak mungkin. Ada harga diri dan kehormatan keluarga yang mesti diselamatkan.
Aluna terdesak. Dekap lara dengan memainkan sandiwara cinta. Menabur garam di atas luka--menganga.
Rosa kian berempati.
Hatinya yang lembut menuntun jemari tangan untuk mengusap air duka. Rengkuh tubuh Aluna ke dalam dekapan. Beri afeksi dan jadikan peluk sebagai sumber kekuatan.
"Sayang, Mama yakin ... Ryuga tidak keberatan. Dia akan belajar mencintaimu, begitu juga kamu--tolong belajar mencintainya. Dalam pernikahan kalian, tidak ada ungkapan karena 'belas kasihan' dan kata 'terpaksa'. Tapi, karena kehendak dan ridho Sang Maha Cinta."
Rangkaian kata yang dituturkan oleh Rosa mendorong Aluna untuk mengangkat kedua tangannya. Balas dekap dan benamkan wajah di pundak wanita yang menasbihkan-nya sebagai calon menantu.
🍁🍁🍁
Bersambung
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
aku nyimak ya..sambil goleran
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄
ada sesuatu nih dgn nama ini