"Tuhan ... Apakah hamba tidak ditakdirkan bahagia kenapa nasib hamba jadi sengsara seperti ini? Disini hamba kerja m4ti-m4tian, untuk istirahat saja bahkan terbilang hanya punya waktu terbatas, tapi kenapa bisa Ibu hamba berkata semudah itu seolah-olah aku adalah anak yang tak berguna! Ini tidak adil Tuhan ... tidak adil."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 [ Kemarahan Nadia pada Anaya ]
"Naya!"
Anaya membalikkan badan menatap Lelaki itu. Anaya lega sebelum datangnya Reno, Kennan terlebih dulu bisa ia atasi.
"Ada apa?" Reno merasa gelagat Anaya kali ini terlihat aneh, sedangkan Anaya sudah cukup lega Kennan telah keluar dari ruangan ini.
"Tidak!"ucap Anaya yang masih terlihat gugup.
"Bibir kamu ...."
Reno menyentuh bibir Anaya, lipstik yang berantakan dan terlihat bibir mungil lan manis itu mulai membengkak, biarpun tidak seberapa.
"Ada apa?" Anaya mencoba menstabilkan kecemasannya.
"Apa ketika kita sedang bercumbu? Tenagaku seberingas ini sampai membuatnya membengkak?"
Anaya malah tersenyum, ingin rasanya ia tertawa lepas menertawakan kebodohan Reno.
"Sudah! Ini tidak seberapa aku juga tidak masalah kok, tapi ...."
"Tapi, apa?"ujar Reno.
"Leherku kan terdapat bekas cupang, aku takut Nadia akan tau dan berfikir yang tidak-tidak, terus apa yang harus aku lakukan?"tanya Anaya mencoba mencari cela membodohinya.
"Iya juga ya? Ini akan menimbulkan masalah, belum lagi aku hanya ijin satu hari, bekas seperti ini juga paling 3 harian baru hilang." Reno ikut bingung apa yang harus dilakukannya.
"Aku memiliki ide,"sahut Anaya.
"Apa?"
"Kenapa kita tidak jadikan Kak Kennan sebagai pelampiasan kita?"ujar Anaya memberikan pendapat.
"Sebagai pelampiasan? Pelampiasan gimana?"tanya Reno yang tak mengerti.
"Soal itu kamu tidak perlu khawatir, serahkan semuanya padaku aku jamin kamu akan puas!"ujar Anaya meyakinkan Reno.
*****
Dikediaman yang mewah, Nadia dan Nina sedang bercanda ria diruang tamu, biarpun Nina bukanlah Putri kandungnya, tapi Nadia sudah menganggapnya sudah seperti Putri kandungnya.
"Assalamualaikum."
Seseorang mengetuk pintu, lalu memberikan salam, didalamnya Nadia yang sedang menemani Nina bermain ia sedikit terkejut Anaya tiba-tiba pulang padahal tadinya dia dan Reno meminta ijin lantaran ada rapat.
Nina yang melihat kedatangan Mamanya ia buru-buru berlari kearah Anaya dan memeluknya dengan erat.
"Mama pulang cepat?"
"Iya sayang Mama pulang cepat, Mama mau ngomong sama Tante Nadia, kamu masuklah ke kamar nanti Mama akan kesana, tapi ingat jangan nakal, ya?"
"Iya Mama ...."
"Naya ...kamu kok sudah pulang?"
"Iya, aku juga tidak tau tiba-tiba Pak Reno tadi membatalkan rapat."
"Terus dia sekarang ada dimana?"
"Setelah kembali aku tidak tau lagi dia ada dimana, aku kira dia sudah pulang?"
"Nay? Kenapa leher kamu ada bekas cup4ng?"
"Be ...bekas cup4ng? Apa maksudmu?" Anaya kini berganti gugup, apesnya Nadia cepat tanggap terhadap kecurigaan Anaya.
"Harusnya aku yang tanya apa maksud kamu seusai bersama Suamiku ini yang kau dapat? Jangan bilang kalian ..."
"Nad, a ..aku bisa jelaskan."
"Apa yang perlu dijelaskan! Aku kecewa sama kamu, selama ini aku sudah menganggap kamu sahabat terbaik. Bahkan sudah lebih dari saudara. Bahkan aku berniat akan menjodohkan kamu dengan Kakak aku, tapi ini? Ini apa? Kamu mengkhianatiku Anaya ...kamu mengkhianatiku..."
"Tidak! Dugaan kamu salah Nad, ini bukan perbuatan dia! Ini ...."
"Ini apa? Kamu mau menyangkal dan berupaya membela diri?"sentak Nadia tak bisa mengatur emosinya.
"Aku bersumpah bekas ini bukan bekas akibat perbuatan Suami kamu, tapi ...."
"Tapi, apa?"
"Gimana aku menjelaskannya sama kamu? Baik! Alangkah baiknya kamu tanya langsung sama Abang kamu dia yang tau, aku juga kecewa sama kamu semudah ini kamu menghina bahkan menuduhku tanpa bukti! Bahkan hanya sekedar bekas cupang kamu langsung mengatai ku seolah-olah aku ini pelakor! Kamu jahat, Nad! Kamu jahat!"
Anaya ikut marah, tak sepatah katapun ia akhirnya memilih pergi meninggalkan Nadia, tadinya antara mereka Nadia yang tak bisa mengatur emosinya, tapi sekarang berganti Anaya yang marah.
"Ini kenapa malah jadi Anaya yang marah? Harusnya kan aku? Tapi Kak Kennan? Apa maksudnya Anaya menyuruhku untuk bertanya langsung sama Kak Kennan?"
Baru juga diomongin kedatangan seseorang menajamkan sorot matanya, baru masuk Kennan sudah dikejutkan suara keras yang detik itupun menghentikan langkahnya.
"Apa yang terjadi denganmu? Kenapa aku pulang-pulang kau sudah marah-marah?"sungut Kennan pada adiknya.
"Kak, kenapa bibir kamu terluka?" tanyanya yang detik itupun Kennan malah terlihat malu dan menyembunyikan sesuatu.
"Biasa bekas gigitan kelinci kecil,"ujarnya yang mencoba mencari alasan.
"Kelinci kecil atau Anaya?"
"Kamu tau darimana?"
"Jadi benar itu perbuatan Anaya? Apakah mungkin bekas cupang di leher Anaya juga karena kamu?"
"Tunggu! Kamu sekarang sudah mulai berjelajah menjadi seorang penguntit yang mengikuti kemanapun Abang kamu pergi dan dengan siapa Abang kamu berciuman?"tegas Kennan dengan serius.
"Jadi benar? Astaga ... apa yang sudah aku lakukan?"
"Apa maksudmu dengan apa yang sudah kamu? Memangnya kamu melakukan kesalahan apa?"
"Ini salahku ... tidak seharusnya aku langsung berterus terang bahkan sampai menuduhnya, ini salahku ...."
"Salah kamu gimana?"
"Kakak harus membantuku mendapatkan pintu maaf dari Anaya ...aku sudah melakukan kesalahan besar padanya."
"Kalau Kakak tidak mau gimana?"
"Nadia janji Nadia bakal melakukan apapun asal Kakak bantu aku, ya?"
"Baiklah itu soal sepele, Kakak bisa atur!"
"Terima kasih Kakakku."
*****
"Ada apa?"
Wajah ketus Anaya membuktikan jika dia masih sangat kesal.
"Ini aku?"
"Ternyata kamu!" Anaya yang akan menutup pintunya, Kennan mencegah dengan menghadang pintunya dengan kaki.
"Tunggu Nay, beri aku kesempatan untuk berbicara."
"Memberi kesempatan apa? Apa kamu akan menyuruhku untuk menciummu hingga dapat banyak bekas cupang pada setiap bagian tubuh dengan begitu Adik kamu akan menuduhku lebih kejam lagi?"gerutunya yang bicara tanpa henti.
"Pokoknya kali ini aku tidak tau permasalahan apa yang kalian alami, aku mau minta tolong, tadi aku mendengar Nadia berteriak di kamar mandi, takutnya Nadia jatuh disana, aku mau masuk, tapi aku laki-laki."
"Kenapa tidak berterus terang?" Anaya gugup dan langsung menyingkirkan bahu Kennan darinya buru-buru Anaya memasuki kamar Nadia, tapi ...."
"Ini?"
Anaya terbelalak kaget karena seusai dia memasuki kamar Nadia, Nadia masih dengan kondisi berdiri kokoh tanpa terluka sedikitpun, ditambah senyumannya yang cukup manis, Anaya kesal, merasa dibohongi ia akan pergi, tapi kali ini Kennan kembali melarangnya.
"Jangan pergi dulu."
"Ada apa? Aku tuh bingung orang tuh kenapa sih suka sekali mengatur cerita bohong dengan pura-pura jatuh? Apa kalian tidak berfikir jika cerita bohong kalian itu menjadi kenyataan?"sungut Anaya yang masih kesal.
"Astaga ... ternyata kamu bisa marah juga ya?"ledek Nadia yang malah menyenggol -nyenggol lengan Anaya.
"Aku tidak lagi bercanda! Aku serius!"
"Maaf! Aku ngaku aku salah tidak menunggu kesempatan dari kamu untuk berbicara, sekali lagi aku minta maaf dan plis! Plis aku mohon maafkan aku ya Nay ...plis!"
"Sudahlah aku males!"
"Lagian kalian tuh kalau memiliki hubungan kenapa harus sembunyi-sembunyi sih? Kalian sudah sama-sama memberikan bukti bahkan tanda-tanda apalagi yang mesti disembunyikan?"
Kennan menarik pergelangan tangan Anaya, dia pula merangkulnya dihadapan Nadia langsung, ditambah Kennan menggenggam erat tangan Anaya membuktikan jika keduanya seolah-olah memang memiliki hubungan khusus.
"Sekarang apa kamu percaya kalau kita memang memiliki hubungan?"ujar Kennan yang semakin meyakinkan Nadia.
"Jadi benar kalian pacaran?" Kennan memberikan anggukan.
"Dan benar jika adanya cupang itu juga karena ulahku. Terus bibirku yang terluka juga karena ulah dia, apakah masih kurang bukti?" ucap Kennan yang berterus terang tanpa menyembunyikan rahasia apapun.
"Astaga ...aku benar-benar tidak menyangka akan secepat ini kalian akan melakukan pendekatan hingga menjalin hubungan. Nay ...kamu juga kenapa tidak ngomong apa-apa malah berpura-pura mencari tau apa saja kesukaan Kakak dan apakah Kakak mencintai Wanita lain? Bahkan ..."
"Sudah!" Anaya langsung membungkam mulut Nadia tak membiarkan mulut Nadia yang ember berkata secara menyeluruh.
"Tunggu! Kamu serius Anaya bertanya soal diriku sampai sejauh ini? Aku sekarang jadi malu?"
Kennan tersenyum, ia menyenggol -nyenggol lengan Anaya, Anaya nampak ikut tersipu malu bahkan pipinya pun ikut memerah.
"Sudah! Aku ngantuk mau istirahat!"
Anaya mencoba mencari cela untuk kabur, ia pun memutuskan pergi sebelum wajahnya yang memerah tak bisa dikondisikan.
BERSAMBUNG.
lanjut 🙏