Antara cinta dan peluru, yang manakah yang akan dipilih Arabella maupun Marcello? Akankah mereka berpisah dan saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Hongkong
Pagi datang membawa terang yang bercahaya. Langit Hongkong terlihat biru dengan sinar yang hangat dan terang.
Wanita itu terbangun saat mendengar suara klakson pelabuhan. Ia mengenakan jaket kulit berwarna hitam, dan menyelipkan pistol ke pinggangnya.
Arabella merasa hari ini akan terjadi pertempuran sengit antara mereka bertiga dan anggota khusus yang dikirim Nyx Division.
Sementara disisi lain, Marcello menatap peta digital jalur pelarian via dermaga rahasia. Dan Jacob duduk di sudut sembari membersihkan pistol miliknya dengan tenang.
Arabella berdiri di belakang Marcello ikut mengamati peta itu.
"Kalian tidak harus ikut dengan aku."
"Jika kalian ingin kabur saat ini, kalian akan tetap hidup." katanya menatap Jacob sekilas.
"Aku sudah mati sejak bersama mu." sahut Marcello membalikkan tubuhnya.
"Dan aku tidak akan hidup di tempat dimana kau tidak ada. Aku hanya akan hidup di tempat dimana kau berada." timpal Jacob menghentikan aktifitasnya.
TING
Tatapan mereka spontan mengarah ke kaca jendela. Mereka melihat retakan akibat tembakan peluru. Tak berselang lama sebuah tembakan menembus kaca.
DOR
Peluru terakhir hampir saja mengenai kepala Marcello.
DOR
Tembakan kedua mengenai bahu Jacob hingga membuatnya terlentang di lantai dengan darah menyembur.
"SNIPER BERGERAK!"
Arabella berteriak dengan mata melebar.
Ia menarik Marcello ke lantai dan merayap kearah Jacob. Ia tidak peduli dengan darah segar yang membasahi lantai.
Tak berselang lama, sniper kembali memuntahkan sebuah tembakan.
Marcello terjebak tanpa perlindungan, sementara Jacob terlentang di atas lantai setelah terluka parah.
Arabella memejamkan matanya selama satu detik, lalu membukanya. Ia tiba-tiba berlari kearah Marcello dan menjatuhkan tubuhnya melindungi pria itu.
DOR
Peluru ketiga hanya mengenai lengan wanita itu. Dia menatap Marcello dan bertanya dengan wajah khawatir. "Kamu tidak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja. Tapi lenganmu--"
"Jangan khawatir. Luka ini tidak ada apa-apanya dibandingkan nyawa mu. Kamu harus tetap hidup." Arabella bernapas lega.
Jacob tentu saja terluka menyaksikan adegan itu. Ia perlahan bangkit dan menatap Arabella dari jauh.
"Kau memilihnya." gumamnya dengan pelan.
Arabella tidak bisa mendengar ucapan pria itu. Namun, Ia tahu apa yang Jacob ucapkan saat melihat raut wajah dan sorotan mata terluka pria itu.
Dengan pincang, Jacob mengambil senjatanya dan menembak kearah jendela, sejajar dengan gedung diseberang. Tubuh sniper jatuh dari lantai atas gedung ke bawah.
Jacob menegakkan tubuhnya dengan satu tangan menekan luka di bahunya.
Marcello langsung membantu Arabella berdiri, meskipun tangan wanita itu sudah berlumuran darah.
"Mereka datang." ujar Jacob menahan rasa sakit di bahunya.
"Siapa?" tanya Marcello menatap pria itu.
"Mereka yang dulu ku layani. Sekarang berniat membunuh ku." kata Arabella mengangkat pistonnya.
Enam orang berpakaian serba hitam naik ke lantai atas tanpa suara. Mereka mengenakan helm dan senjata tanpa suara. Mereka bukan pembunuh biasa. Karena mereka dilatih untuk membunuh tanpa meninggalkan jejak.
Tak berselang lama terdengar suara ledakan granat.
BOOM
Granat meledak di koridor. Cahaya menyilaukan memenuhi lorong hotel tua.
Arabella dengan cepat menendang meja sebagai tameng dan tempat berlindung. Sementara Marcello melepaskan sebuah tembakan dengan membabi buta.
Jacob memanfaatkan moment itu menyerang salah satu dari enam anggota agen A dengan tangan kosong. Mereka merupakan anggota khusus yang bernama O Six.
Jlebbb
Jacob menikam leher salah satu anggota agen A dengan diam-diam.
"Tersisa lima. Satu ada di atas atap." kata Arabella.
Tiba-tiba seorang anggota O.Six masuk lewat jendela. Ia memiliki tubuh yang sedikit kecil, namun mematikan. Arabella tentu saja mengenali wanita itu.
"Kita dulu dilatih bersama."kata wanita itu dengan wajah sinis.
Arabella membalas ucapan wanita itu dengan wajah dingin.
"Dan sampai hari ini kau masih menjual jiwamu ke monster itu?"
Wanita itu langsung menyerang Arabella dengan tangan kosong. Arabella menendang tubuh wanita itu hingga menghantam dinding.
30 menit setelah bertarung dengan tangan kosong.
Arabella memanfaatkan moment saat wanita itu lengah. Ia berlari cepat dan mematahkan leher wanita itu dengan tangan kosong.
#
#
#
Di atas atap
Seorang eksekutor elit menunggu kedatangan Arabella. Dia menggunakan topeng menutup wajah aslinya. Tapi suaranya terdengar familiar.
"Kau pikir..., kau bisa kabur dari Nyx, Arabella!"
Arabella mengangkat pistolnya, namun pria itu bergerak 2 detik lebih cepat darinya.
Mereka bertarung sengit di atas atap yang basah. Angin berhembus kencang menerpa tubuh mereka.
Pria itu berhasil menjatuhkan Arabella, dan menodongkan pisau ke lehernya.
"Kau bukan siapa-siapa tanpa Nyx!" bisik pria itu berniat menikamnya. Tapi sayang sebuah tembakan meleset kearahnya.
DOR!
Peluru berhasil menembus kepalanya, dan darah segar menyembur keluar.
Dengan peluh bercucuran, dan darah yang yang terus mengalir dari bahunya, Jacob berdiri dibalik pintu atas. Pistol yang ada ditangannya masih berasap.
Anggota O.Six berhasil dilumpuhkan dengan cepat.
Tubuh mereka dipenuhi dengan memar, luka dan darah segar. Bahkan Jacob nyaris pingsan kehilangan banyak darah.
Arabella menatap langit sore dengan napas memburu.
"Nyx tidak akan berhenti memburu kita setelah ini." katanya.
"Dan kita tidak akan berhenti melawan mereka."balas Jacob membaringkan tubuhnya dengan posisi terlentang di atas lantai.
#
#
#
Tiga hari kemudian
Hari-hari mereka berjalan dengan aman selama tiga hari ini. Mereka bersembunyi di sebuah rumah tua di pinggir kota. Luka-luka ditubuh mereka bahkan sudah mulai sembuh.
Di ruangan bawah tanah yang remang, Marcello menatap luka di bahunya dengan tangan gemetar.
"Kita sudah jauh melarikan diri ke Hongkong, tapi mengapa mereka masih tetap memburu kita."
"Karena dia memang mengawasi mu sejak awal Marcello. Bahkan sejak sebelum kau tahu siapa aku." jawab Arabella duduk di samping pria itu.
Ia mengambil kain bersih dan mulai mengganti perban luka Marcello.
"Sebenarnya siapa dia? mengapa dia sangat ingin membunuhku?" tanyanya menatap Arabella.
Arabella menunduk dan berucap dengan wajah tak terbaca.
"Dia adalah..."
Ditunggu judul barunya dan lanjutannya ya🙏👍