NovelToon NovelToon
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Pengantin Pengganti / Percintaan Konglomerat / Pengantin Pengganti Konglomerat / Romansa / Roman-Angst Mafia
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Menjelang hari pernikahannya, Amara menghilang tanpa jejak. Dengan waktu yang semakin sempit, keluarga calon pengantin pria mendesak agar pernikahan tetap berlangsung demi nama baik. Helena, adik Amara yang diam-diam mencintai tunangan kakaknya, Lucian, dipaksa menjadi pengantin pengganti.

Namun ketika ia menerima peran itu dengan hati yang penuh luka, Helena menemukan jejak kejanggalan: apartemen Amara yang terlalu rapi, koper yang tertinggal, dan waktu yang tidak sinkron dengan hari hilangnya Amara. Semakin ia melangkah ke dalam pernikahan, semakin besar pula misteri yang membayangi keluarga mereka.

Jejak-jejak ganjil tentang hilangnya Amara membuat Helena ragu: apakah ia sedang mengambil tempat seorang pengantin yang kabur, atau menggantikan seseorang yang sudah tak akan pernah kembali?

.

Jika ada kesamaan nama tokoh, dan latar hanyalah fiktif belaka, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata.

follow ig: @aca_0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Helena melangkah pelan ke kamarnya, menutup pintu di belakangnya dengan perlahan. Ruangan itu masih berbau lilin semalam, tirai putih menyaring cahaya sore yang mulai redup. Ia duduk di tepi ranjang, menarik napas panjang, dan mencoba menenangkan diri setelah amarah Lucian.

Dengan tangan gemetar, Helena mengeluarkan kertas kecil yang diberikan oleh orang misterius di pesta kemarin. Tulisan di atasnya masih jelas:

“Di mana Amara?”

Ia menatap kertas itu lama, seolah ingin menyerap maknanya. Rasa penasaran dan gelisah mendorongnya untuk tidak bisa berdiam diri lebih lama lagi.

Helena meraih ponselnya, membuka akun Amara sekali lagi. Kali ini layar tetap kosong seolah menertawakan usaha Helena. Namun tekadnya sudah terbentuk. Ia harus kembali ke apartemen Amara. Meskipun risikonya besar, itu satu-satunya cara untuk menemukan petunjuk tentang kakaknya yang hilang.

Ia menunduk sejenak, memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Tapi selain rasa penasaran dan gelisah tentang kakaknya yang hilang, ada satu hal lain yang menekan hatinya: hubungan dengan Lucian. Pernikahan mereka terlalu dingin, terlalu formal. Ia tahu, jika ia tidak melakukan sesuatu, jarak itu akan tetap ada, dan mungkin akan bertambah besar seiring waktu.

Helena menatap ponselnya sekali lagi, membuka layar kosong akun Amara. Ia merasakan dorongan kuat untuk segera mengunjungi apartemen itu, mencari petunjuk. Tapi di saat yang sama, ia juga menyadari bahwa mendekat dengan Lucian akan membantunya menavigasi dunia baru ini.

Dengan napas berat, ia mulai menyusun rencana:

Menyelidiki Amara: Waktu terbaik adalah pagi hari, sebelum Lucian bangun atau sebelum pelayan terlalu memperhatikan gerak-geriknya. Ia akan berpura-pura ada urusan penting, membawa tas kecil berisi ponsel dan catatan. Atau mungkin sepulang dari kampus dan ia langsung kesana.

Mendekat dengan Lucian: Selama di rumah, Helena akan berusaha menunjukkan sisi ramah dan perhatian, mengobrol tentang hal-hal ringan, mengatur meja makan, atau bahkan menawarkan bantuan kecil supaya citranya di mata Lucian tidak sepenuhnya formal dan dingin.

Ia menulis catatan kecil di meja, membuat daftar langkah yang harus dilakukan keesokan harinya. Malam ini adalah awal dari dua misi yang sulit: menemukan Amara, dan mencoba menghangatkan hubungan dengan Lucian. Dua hal yang sama-sama berat dan penting baginya.

Helena menarik napas panjang, menatap jendela kamar. Di luar, matahari perlahan mendekati barat, menyinari taman yang sepi.

Cukup lama ia menatap keluar, perlahan sore berubah menjadi malam, dan lampu-lampu di rumah menyala hangat. Helena sudah mengenakan gaun sederhana berwarna pastel turun ke dapur. Ia akan memasak untuk makan malam, siapa tahu Lucian akan terkesan.

Helena menyiapkan makan malam sendiri, menu sederhana tapi penuh perhatian: sup krim, ayam panggang, dan salad segar. Setiap langkah di dapur dilalui dengan hati-hati, berharap makan malam ini bisa menjadi momen kecil untuk mendekatkan diri dengan Lucian.

Ketika makanan siap, Helena membawa nampan ke ruang makan. Ia menata meja, menyalakan lilin kecil, dan menunggu Lucian muncul.

“Lucian, makan malam sudah siap,” ucap Helena lembut, tersenyum sambil menunjuk kursi di seberangnya.

Lucian menoleh dari ruang tamu, matanya menatapnya dengan dingin. Ia melangkah mendekat, menatap meja, lalu menggeleng. “Aku tidak lapar.”

Helena terhenti sejenak, jantungnya berdegup cepat. “Tidak… tidak lapar? Tapi aku sudah… menyiapkan ini untukmu.”

Lucian tetap berdiri, wajahnya tak menunjukkan emosi lain selain dingin. “Aku menghargai niatmu, tapi aku tidak ingin dipaksa duduk di sini. Aku ada urusan penting yang harus diselesaikan. Kau bisa makan sendiri.”

Helena menelan ludah, rasa kecewa dan malu menyelimuti hatinya. Ia mengangguk perlahan, menahan rasa sakit di dada.

“Baik… kalau begitu…”

Lucian berbalik dan pergi ke ruang kerjanya, meninggalkan Helena sendirian di ruang makan yang hening. Aroma masakan tetap menggoda, tapi kini terasa kosong dan sia-sia.

Helena duduk, menyendok sup perlahan, dan menatap lilin yang menyala di meja. Ia tahu, meskipun usahanya gagal malam ini, ia tidak bisa menyerah. Mendekatkan diri dengan Lucian akan membutuhkan waktu, kesabaran, dan mungkin lebih banyak usaha sementara rahasia tentang Amara terus menghantui pikirannya.

Setelah gagal mengajak Lucian makan malam, Helena meninggalkan ruang makan dengan langkah pelan.

Saat berjalan melewati koridor, matanya tertuju pada pintu ruang kerja Lucian yang sedikit terbuka. Rasa penasaran dan sedikit keinginan untuk memahami pria yang kini menjadi suaminya membuatnya berhenti.

Helena mendekat perlahan, menempelkan telinganya ke celah pintu. Di dalam, suara ketukan keyboard terdengar samar. Lucian duduk di belakang meja besar, wajahnya tertunduk ke layar laptop. Postur tubuhnya tegang, matanya fokus, tapi ada garis kelelahan di bawah matanya yang biasanya ia sembunyikan.

Helena menahan napasnya, mengamati sejenak. Meski dingin padanya malam ini, terlihat jelas bahwa Lucian bukan sepenuhnya tak peduli; ia hanyalah tenggelam dalam urusan dan pikirannya sendiri.

Hatinya bergetar. Rasa kesal karena penolakan tadi bercampur dengan simpati yang ia tak pernah akui. Helena menarik napas pelan, melangkah menjauh dari pintu, tetapi diam-diam menyimpan kesan itu dalam pikirannya: ada sisi lain dari Lucian yang jarang terlihat, dan mungkin, ia bisa menemukan jalan untuk mendekat. Dengan sabar, perlahan, dan penuh perhitungan.

...***...

...Like, komen dan vote....

...💙💙💙...

1
kalea rizuky
skip males cwk nya oon
kalea rizuky
males bgt muter aja ne cerita
kalea rizuky
Helena ngapain ngemis ngemis pergi jauh aja bodohh bgt benci MC lemah
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
nonoyy
siapa yaa laki2 itu? smg sgr terungkap yaa misteri soal amara
nonoyy
kamu tau harapan mu ttg lucian sangat menyakitkan, tapi kenapa kamu masi saja berharap lucian akan menoleh ke kamu helena, berhentilah karena itu semua menurut mu tidak mungkin..
nonoyy
masih misteri dan teka teki.. dibuat gemusshh dgn ceritanya
Nda
luar biasa
Lunaire astrum
lanjut kak
Nyx
Jangan-jangan hilangnya Amara ada hubungannya dengan Rafael😌
olyv
nexttt thorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!