NovelToon NovelToon
Janji Di Titik Surga

Janji Di Titik Surga

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Matabatin / Selingkuh / Pelakor / Dunia Lain / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:775
Nilai: 5
Nama Author: Ema Virda

Selama lima tahun pernikahan, Asha dan Fajar memiliki hubungan yang harmonis, saling mencintai dan saling mengerti satu sama lain.

Pernikahan mereka mulai retak, anaknya yang berumur satu tahun meninggal tanpa sebab.
Ujian dan cobaan rumah tangga Asha dan Fajar tidak hanya dari keluarga tapi juga gangguan gangguan makhluk halus. Di tambah saat Asha keguguran anak ke dua yang lagi lagi tanpa sebab.

Apakah mereka bisa menemukan jalan kembali ke titik surga untuk mempertahankan rumah tangga dan cinta mereka ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ema Virda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#8

" Kalau bukan maido terus jenenge opo ? Meremehkan, Podo ae toh Jar," celetuk Sriati.

" Iyo sih. Podo ae." Fajar tertawa lepas. " Tapi Bu," sahutnya beranjak duduk dan memijit paha Sriati yang sedang terasa capek karena menopang kepalanya.

" Nah, kalau mau apa apa pasti pijitin Ibu. Arep minta opo ?"

" Emm, Fajar mau nikah Bu. Fajar sudah bilang sama orang tuanya dan mereka setuju. Tinggal kita kesana untuk melamar secara resmi."

" Waah, akhirnya. Anak bujang ibu wis ora bujang lagi. Sebentar, sebentar, ibu mau telpon Pak Samsudin jadinya kapan acara lamarannya, " pungkasnya dengan tangan yang menggapai alat telekomunikasi yang terletak di samping kursi.

" Tapi Bu ... " Fajar menggapai tangan ibunya. " Fajar mau menikah dengan gadis pilihan Fajar sendiri."

Sriati terdiam sejenak, seolah olah tak bisa memproses informasi yang baru saja dia terima dari anaknya. Lalu, dia menghela napas panjang mencoba melepaskan semua kebingungan yang ada di dalam hatinya. Raut wajah yang terkejut dan melongo itu perlahan lahan mulai kembali normal tapi kesan terkejut dan kebingungan masih terlihat jelas.

" Iya, pasti Laras kan. Ibu sudah tahu dari kalian masih bayi hingga SMA sudah deket. Wah, ibu wis yakin engko Laras dadi mantuku."

" Bukan, bukan Laras ... Tapi Asha, gadis itu namanya Asha."

Bibir Sriati terkatub tak bisa membentuk kata kata, seolah dia sedang mencari kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan dan kecewanya.

" Asha, siapa ? Anak mana ?" Sriati berusaha untuk tenang.

" Dia satu kampus dengan Fajar di Surabaya. Dan ternyata kita berdua bertemu di sekolah Tunas Bangsa."

" Terus ... "

" Kami dekat selama empat bulan. Dan Fajar ingin melamarnya Bu."

" Baru empat bulan Lo Jar. Ko langsung minta nikah."

Sriati beranjak dari tempat duduk dan ingin masuk ke kamar.

Fajar menghalangi ibunya yang ingin membuka pintu. " Tapi, ibu kan yang ingin aku cepat cepat nikah ?"

" Iya ! Tapi bukan sama perempuan itu."

" Kenapa sih Bu ? Apanya yang salah ? Yang dinikahi Fajar kan perempuan Bu, bukan laki."

" Ngaco aja lambemu ! "

" Nah, kalau tidak mau Fajar ngomong ngelantur. Ibu restuin, coba ketemu sama kelurganya dan juga Asha. Ibu pasti suka sama perempuan pilihan Fajar."

" Terus rumahnya di mana ? Orang tuanya siapa ? Kalau menikah jangan asal menikah, ibu harus tahu biibit, bebet dan bobotnya. Pantas apa tidak dia jadi menantu di rumah ini ?"

" Ibu, aku menikah sama Asha bukan sama orang tuanya. Asha itu perempuan baik, lembut hatinya, sholeha. Tidak penting Bu, bibit, bebet dan bobotnya."

" Tidak bisa begitu ! Tidak bisa ! Tidak bisa !" Sriati memutar badannya dan kembali ke kursi dengan menahan nada bicaranya agar tak meluap.

Kemudian Sriati, " Kita ini kelurga terpandang ! Almarhum Bapakmu itu kepala desa di sini ! Ibu mati matian menjaga nama baik Bapakmu. Terus kamu bilang tidak penting bibit, bobotnya seseorang ! Mau di taruh di mana nama baik keluarga ini," sahutnya dengan mengedor gedor meja.

" Bukan begitu Bu. Maksud Fajar ... " Dia mendekat ke Sriati, " bagaimana kalau ibu ketemu dulu. Sabtu besok, Fajar bawa Asha ke sini."

Sriati tak dapat berkata TIDAK, karena dalam hatinya dia memang ada rasa ingin tahu seperti apa perempuan pilihan anaknya itu.

" Iya ! " Dia terpaksa mengatakan setuju lalu Fajar memeluknya dengan bahagia.

Tangan Sriati menggapai alat komunikasi yang berada di nakas hias sebelah kanan kursi. Dengan jari jarinya, dia menekan tombol angka tanpa harus melihat buku catatan kecil yang ada di samping telpon. Buku catatan yang bertuliskan nomer telpon rumah saudara, kerabat, tetangga ataupun rekan bisnis.

" Dewi, ini Ibu, " ucap Sriati dengan menempelkan gagang telpon di telinga dan bibirnya.

" Sabtu besok. Kamu ke rumah yo. Adikmu mau kenalin calonnya ke rumah."

" Iyo, Bu, enggih. Sabtu aku ta nang omah ... Ko mendadak Bu ?" suara di sebrang sana.

" Ibu yo di kasih tahunya mendadak karo Fajar. Engko sabtu ojok lali yo Dewi. Bilang suamimu juga."

" Enggih Bu."

Dengan raut wajah kesal melihat keinginan anak lakinya. Sriati menutup alat komunikasi dengan keras dan berlalu meninggalkan fajar yang melompat kegirangan.

" Alhamdulillah, akhirnya berjalan dengan lancar."

Sabtu sore yang cerah ini menjadi momen yang sangat penting bagi Asha. Dia bersiap untuk bertemu dengan calon mertuanya, dan dia ingin membuat kesan yang baik. Asha berdiri di depan cermin, memeriksa penampilannya dengan teliti.

Dia memakai kerudung yang rapi dan elegan, dengan warna yang sesuai dengan pakaian yang dipilihnya. Pakaian yang dipilihnya juga sangat rapi, dengan motif yang sederhana namun tetap stylish. Asha memastikan bahwa setiap detail penampilannya sempurna, dari pakaian yang diatur rapi hingga sepatu yang bersih dan mengkilap.

Setelah puas dengan penampilannya, Asha mengambil napas dalam-dalam dan mempersiapkan dirinya untuk menghadapi pertemuan. Dia ingin menunjukkan bahwa dia adalah seorang wanita yang mandiri, cerdas, dan penuh kasih sayang.

Dengan percaya diri, Asha keluar dari kamar dan menuju ke ruang tamu. Dia siap untuk menghadapi hari ini dengan penuh semangat dan kesabaran. Asha yakin bahwa pertemuan dengan calon mertuanya akan berjalan dengan lancar dan harmonis.

" Bagaimana dengan penampilanku hari ini ?" tanya Asha di depan Fajar yang tak berkedip melihatnya.

Pria di depannya itu hanya mengangguk, terpesona. Dia tak dapat mengalihkan pandangannya dari Asha yang cantik dan anggun. Pakian dan kerudung yang dia pakai sesuai dan menambah kesan elegan dan sopan pada penampilan nya.

" Mas, hai. Mas Fajar, " dia memanggil.

" Iya," jawab Fajar gugup dan juga malu karena tak memperhatikan panggilannya. " Kamu cantik hari ini," lanjutnya dengan suara yang lembut dan tulus.

Hati Asha sedikit berdebar ketika dia mendengar pujian dari Fajar. Dia merasa seperti sedang berada di atas awan, dengan perasaan bahagia yang memenuhi hatinya. Asha tersenyum malu-malu, merasa sedikit terharu dengan pujian yang diberikan oleh pria pujaan hatinya.

Fajar tak bisa jika tak memandang Asha dengan kagum. Dia merasa bahwa Asha semakin cantik setiap hari, dan hari ini tak menjadi pengecualian. Pujian yang diberikan oleh Fajar bukanlah sekedar kata-kata, tapi merupakan ungkapan dari hati yang tulus.

Asha merasa seperti sedang berada di dalam sebuah mimpi indah, dengan Fajar yang memandangnya dengan penuh kasih sayang. Dia merasa bahagia dan bersyukur memiliki seseorang yang dapat membuatnya merasa seperti ini. Hati Asha berbunga-bunga, sama seperti hati Fajar, ketika mereka berdua saling memandang dengan penuh kasih sayang.

" Mau berpamitan sama Umi dan Abi, " tutur Fajar tiba tiba.

" Umi dan Abi lagi di warung. Tapi Asha tadi siang sudah berpamitan. Jadi kita bisa berangkat saja sekarang. " Asha tersenyum dan mengulurkan tangannya agar bisa bergandengan tangan dan Fajarpun membalasnya dengan hangat.

Fajar mengendarai motornya dengan santai, menuju jalan raya yang berliku-liku ke arah desa Wringin Putih. Pemandangan kanan kiri jalan sangat indah, dengan sawah yang hijau dan pohon-pohon yang rindang. Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga dan tanaman yang baru mekar.

Asha duduk di belakang Fajar, memeluk pinggangnya dengan erat. Dia menikmati pemandangan sekitar, sambil merasakan hangatnya tubuh pria di depannya. Asha meletakkan kepalanya di bahunya , merasa nyaman dan aman dengan adanya Fajar di sampingnya.

Dia merasa bahagia ketika Asha memeluknya erat. Dia menikmati perasaan hangat dan nyaman yang diberikan oleh Asha. Fajar mengendarai motornya dengan perlahan, menikmati pemandangan sekitar dan kebersamaan mereka berdua.

Dengan menikmati perjalanan yang santai, dan pemandangan alam yang indah di sekitar mereka. Asha dan Fajar merasa seperti sedang berada di dalam sebuah mimpi indah, dengan kebersamaan yang mereka nikmati saat ini. Mereka berdua tak perlu berbicara banyak, karena keheningan yang mereka nikmati sudah cukup untuk mengungkapkan perasaan bahagia mereka.

1
Valentino (elle/eso)
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
robleis_XD
wah, jalan ceritanya bikin gue deg-degan 😱
Victor
🤔😭😭 Akhirnya tamat juga, sedih tapi puas, terima kasih, author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!