NovelToon NovelToon
Bound To The CEO

Bound To The CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Playboy / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Priska

⚠️Mature Content (Harap bijak memilih bacaan)

“Dia hanya bosku… sampai aku terbangun di pelukannya."

Aku mencintainya apapun yang mereka katakan, seburuk apapun masa lalunya. Bahkan saat dia mengatakan tidak menginginkan ku lagi, aku masih percaya bahwa dia mencintaiku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Priska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Konflik awal

Lantai 25

Merupakan jantung Amstel Core Group. Hanya staf dengan izin khusus yang bisa masuk. Di tengah lantai itu, meja Anna berdiri tepat di depan pintu kaca ruang kerja Jonathan Vanderlicht—posisi yang membuatnya selalu terlihat oleh siapa pun yang lewat.

Sejak hari pertama, semua orang tahu reputasi Jonathan dalam urusan asisten pribadi, tak ada yang bertahan lebih dari tiga minggu. Namun kini, satu bulan telah berlalu dan Anna masih di sana. Tetap rapi, tetap profesional, dan—anehnya—tetap dalam lingkaran kepercayaan Jonathan.

Bagi sebagian orang, itu memancing rasa penasaran. Bagi sebagian lainnya, mulai muncul rasa iri.

“Entah apa yang istimewa dari dia,” bisik Clara Vermeer, staf senior dari divisi legal, sambil melirik ke arah meja Anna.

“Katanya sih dia selalu ada di sisi Jonathan ke mana pun pergi. Bahkan ikut perjalanan ke Berlin,” sahut rekannya, separuh berbisik.

Clara menyipitkan mata. “Mungkin dia punya cara… khusus untuk memastikan posisinya aman.”

Anna tak mendengar langsung, tapi tatapan mereka saat ia lewat cukup membuatnya merinding. Ia memilih mengabaikan, fokus pada pekerjaannya.

Siang itu, Jonathan memanggilnya masuk untuk menyiapkan file presentasi investor. “Kunci semua data ini, Anna. Tidak ada yang boleh bocor sebelum saya izinkan,” ujarnya sambil menutup map.

Anna mengangguk. “Baik, Mr. Jonathan.”

Saat ia berada di dalam ruang kerja Jonathan, pintu lift terbuka. Clara muncul, membawa map tebal. Kepada resepsionis Iren lantai itu, ia berkata akan “menitipkan dokumen” di meja Anna.

Resepsionis mengangguk tanpa curiga. Clara berjalan ke meja Anna, duduk sebentar, lalu menyambungkan flashdisk kecil ke komputer yang masih menyala. Tangannya bergerak cepat, layar berkedip singkat, lalu normal kembali.

“Sudah saya taruh di mejanya,” katanya sambil tersenyum tipis sebelum kembali masuk lift.

Keesokan paginya, udara di lantai 25 terasa berat. Jonathan lewat tanpa sapaan, wajahnya mengeras. Tak lama kemudian, suara interkom terdengar:

“Anna ke Ruang saya. Sekarang.”

Anna masuk, menemukan Jonathan berdiri dengan laptop terbuka. Di layar, ada salinan email yang dikirim dari akunnya kepada pihak luar—berisi dokumen tender yang belum diumumkan.

“Jelaskan ini.” Nada suaranya datar namun menekan.

Anna membeku. “Itu… bukan saya, Mr. Jonathan. Saya tidak pernah mengirim email ini.”

“Email ini dikirim kemarin sore dari komputer Anda,” ujarnya sambil menatapnya tajam. “Kebetulan Anda satu-satunya orang yang punya akses langsung ke dokumen ini.”

Anna menahan napas. “Mungkin ada yang memanfaatkan komputer saya ketika saya tidak di meja. Saya bersama Anda hampir seharian kemarin.”

Jonathan menutup laptop pelan. “Mulai hari ini, akses Anda saya batasi sampai IT selesai memeriksa. Silakan kembali bekerja.”

Kabar pembatasan akses Anna menyebar cepat. Bisik-bisik mulai terdengar di pantry, bahkan sampai ke resepsionis.

“Pantas saja dia bisa bertahan lama… kalau memang benar dia dekat sama bos…”

“Aku sudah bilang, pasti ada main di balik layar. Mana mungkin Mr. Jonathan tahan punya asisten lebih dari tiga minggu.”

Anna menelan rasa perih. Ia tahu dirinya tidak bersalah, tapi tuduhan semacam ini jauh lebih menyakitkan daripada pembatasan akses kerja.

Tiga hari kemudian, tim IT menyelesaikan penyelidikan. Mereka menemukan log USB malware yang diaktifkan saat Anna tidak berada di mejanya. Rekaman CCTV lantai 25 memperlihatkan Clara duduk di kursi Anna dengan alasan meninggalkan dokumen.

Sore itu, telepon di meja Anna berdering. “ke Ruang saya. Sekarang.”

Anna masuk. Jonathan berdiri di dekat jendela, jas dilepas, lengan kemeja tergulung.

“IT sudah melapor. Anda tidak bersalah,” katanya datar. “Seseorang mencoba menjebak Anda.”

Anna menghela napas lega. “Siapa?”

“Tidak perlu Anda khawatirkan. Sudah saya tangani,” jawabnya singkat. “Mulai besok, semua akses Anda kembali. Dan… kunci layar komputer Anda bahkan jika hanya pergi satu menit.”

Jonathan lalu mengambil secangkir kopi dari mejanya, mendorongnya ke arah Anna. “Kopi hitam. Satu sendok gula.”

Tidak ada kata maaf, tapi tatapannya sedikit lebih hangat dari biasanya—sebuah pengakuan tersirat bahwa ia sempat salah menilai.

Anna menyesap kopi itu perlahan, mencoba menahan senyum. Ia tahu, setelah ini gosip mungkin belum akan reda. Tapi yang lebih ia pikirkan… mengapa Jonathan begitu mempertahankannya?

1
HAI ❤️
Hai para readers jangan lupa like dan bintang ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!