Eva Calista, seorang siswa jenius berusia 17 tahun, terjebak dalam sebuah cerita novel yang membuatnya tertarik. Saat membaca tentang penindasan yang dilakukan protagonis terhadap antagonis, Eva merasa tidak tahan dan tertidur karena kelelahan.
Namun, saat terbangun, Eva menemukan dirinya berada di tubuh antagonis saat masih bayi. Ia tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi ada sebuah sistem yang muncul dan menjelaskan bahwa Eva telah bereinkarnasi ke dalam cerita novel.
Sistem tersebut memberitahu Eva bahwa ia harus mengarungi peran sebagai antagonis dan mengubah jalannya cerita. Eva harus menggunakan kecerdasan dan kemampuan analitisnya untuk memahami sistem dan mengubah nasibnya sebagai antagonis.
Dengan sistem yang menemani dan membantu, Eva mulai menjelajahi dunia cerita novel dan menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Apakah Eva bisa mengubah jalannya cerita dan menjadi antagonis sejati? Cerita ini akan membawa Anda ke dalam petualangan yang menarik dan penuh kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
MARKAS GENG EAGLE
Sebuah rumah tua yang terlihat suram, hanya saja di dalamnya begitu mewah dan sangat tertata. Bahkan perabotannya sangat lengkap.
Kieran yang sedang duduk di sofa markas, terdiam memikirkan kejadian beberapa hari lalu. Dimana itu adalah pertama kalinya dia bertemu dengan makhluk kecil yang manis. Seorang anak kecil yang tak takut dengannya.
"Halo guys!" teriak Kassius yang baru saja datang bersama dengan Tristan.
"Darimana aja lo, tumben baru datang jam segini!" ujar Jaka yang keheranan saat melihat si kembar datang terlambat. Biasanya si kembar selalu on time saat ada janjian di markas.
"Sorry, gue sama Tristan haru bantu adek gue buat dekor undangan. Nah, satu orang satu ye!" ujar Kassius. Tristan memberikan goodie bag kecil yang ia bawa kepada teman-temannya.
Semua orang mengambil satu per satu undangan yang dibawa oleh Kassius dan juga Tristan. Mereka membaca dengan seksama isi dari undangan itu.
"Wah, bocil mau ultah yang ke 5 tahun!" ujar Brian dengan girang setelah membaca isi undangan yang diberikan si kembar.
"Kita bakalan ketemu lagi sama bocah menggemaskan lagi!"
"Iya, udah lama juga kita nggak ketemu si bocil manis itu!"
Semua senang saat membayangkan akan bertemu lagi dengan Reva, adik si kembar. Semua tersenyum, apalagi melihat desain undangan yang mereka pegang sangatlah lucu.
"Oh iya, ini kalian buat sendiri?" tanya Theo
"Yap, dia habis baca buku tentang seorang putri yang membuat pesta teh. Nah disitu si putri membuat undangan sendiri, jadi dia ingin melakukannya juga," ujar Kassius
"Hahaha, ada-ada aja adek lo. Tapi di lihat-lihat ini print bukan tulisan tangan,"
"Benar juga!"
"Dia cuma menulis sekitar 7 undangan dan itu ia berikan ke keluarga saja. Sisanya ya, bentuknya seperti punya kalian. Hanya dekorasinya yang dibuat sendiri," jelas Kassius
"Tan, lo ngapain?" tanya Rudi yang sejak tadi memperhatikan Tristan yang sibuk dengan ponselnya.
Tristan yang merasa di panggil menatap ke arah sumber suara. Melihat semua orang disekitarnya memperhatikannya. Dia memperlihatkan ponselnya.
"Hadiah!" ujarnya sambil menunjukkan dirinya sedang mencari untuk adiknya
"Oh iya hadiah!" teriak semua orang dengan segera mengambil ponsel mereka untuk mencari hadiah.
"Sebenarnya, Reva sudah berpesan kalau kalian tidak perlu memberikannya hadiah. Kalian datang saja sudah buat dia senang!" ujar Kassius menyampaikan pesan Reva. Tristan menganggukkan kepala untuk membenarkan perkataan Kassius
"Eh mana bisa begitu. Kita di undang ke acara ulang tahun. Tanpa hadiah, mana meriah!" protes Brian tak setuju dengan apa yang diucapkan si kembar.
"Apa dia tidak mau menerima hadiah kita karena harga barangnya?" tanya Rudi dengan hati-hati. Mereka semua rata-rata bukan berasal dari kalangan atas. Dalam anggota inti, yang berasal dari keluarga kalangan atas hanya si kembar, Kieran, dan Theo. Sisanya mereka berasal dari kalangan biasa. Bahkan Brian berasal dari panti asuhan yang kabur karena tak tahan dengan siksaan yang diberikan oleh pengurus panti.
"Bukan, dia bilang merasa tak enak dengan kalian jika memberi hadiah karena baru kenal,"
"Kalau itu mah, nggak usah sungkan. Kita kan yang beri, kita mah ikhlas," ujar Brian
"Betul, apalagi di sana banyak makanan. Itu sebagai bayaran hadiah kita yang tak seberapa," ujar Jaka yang ikut bersuara.
"Terserah kalian. Tapi ingat, jangan hadiah yang aneh-aneh. Terutama lo Jaka!" peringat Tristan. Jaka hanya cengengesan saat diberi peringatan.
Dalam kelompok ini, memang Jaka lah yang paling jahil di antara mereka. Bahkan, banyak anggota yang menjadi korban kejahilan Jaka.
"Tenang, kalau buat dedek gemes gue kasih hadiah normal. Bukan kejahilan seperti biasa!" ujar Jaka
Perkataan Jaka membuat semua tertawa mendengar hal itu.
Berbeda dengan yang lain, Theo memperhatikan Kieran yang terdiam melihat undangan yang diberikan si kembar.
"Kenapa? Lo nggak bisa datang?" tanya Theo.
Theo tau kekhawatiran Kieran. Dia sangat menjauhi keramaian. Terutama perkumpulan yang melibatkan orang-orang kaya. Dia sangat menjauhi keluarganya sendiri. Hanya satu orang yang memperhatikannya, namun saat ini dia berada dari Indonesia.
"Tenang aja. Ini bukan acara besar. Hanya kumpul keluarga. Dan adik gue secara khusus mengundang kalian karena menganggap kalian teman barunya!" ujar Kassius.
"Lagipula, Reva trauma dengan acara besar karena ultahnya yang pertama," jelas Tristan.
Si kembar langsung mengingat kejadian ulang tahun adik mereka yang pertama. Sekeluarga berniat untuk mengadakan acara mewah karena pada hari itu adalah ulang tahun pertama Reva. Namun, acara itu berujung petaka. Dalam acara Reva menangis karena merasakan sakit saat pipi chubbynya di cubit oleh banyak orang. Karena hal itulah membuat anggota keluarga tidak mau lagi mengadakan acara besar jika Reva tidak memintanya.
"Kenapa?" tanya Brian penasaran. Biasanya anak dari kalangan atas akan selalu membuat acara ulang tahun yang meriah untuk merayakannya.
"Trauma. Pipi dia bengkak karena di cubit banyak orang," ujar Tristan.
Jawaban Tristan membuat semua tercengang. Alasan sepele namun terdengar sangat lucu bagi mereka.
"Yaudah, bilang aja ke adik lo. Kita semua pasti datang!" ujar Theo yang diangguki oleh semua
"Benarkan, Kieran?" ujar Theo yang meminta kepastian pada sang ketua.
"Hn," jawaban singkat namun penuh akan makna. Theo tersenyum karena itu adalah tanda setuju bagi sang ketua.
"Baguslah, kita juga harus segera pergi karena masih ada banyak hal yang dipersiapkan!" ujar Kassius yang ingin beranjak pergi bersama Tristan.
"Ya udah, hati-hati ya. Salam buat dedek gemes!" teriak Brian sambil melambaikan tangannya.
Sepeninggalan si kembar, semua tampak heboh mencari hadiah untuk adik kecil mereka.
"Hadiah apa ya yang cocok buat dedek gemes?" tanya Jaka yang bingung memikirkan hadiah yang akan ia berikan sebagai hadiah.
"Boneka?" tanya Brian
"Lo nggak ingat terakhir kali kita ke rumahnya dan dibawa ke kamarnya, boneka dia udah satu lemari!" ujar Rudi mengingatkan
"Mainan?" tanya Theo
"Gue yakin sih mainan dia juga banyak. Apalagi Om Ronan dan Tante Astrid selalu memanjakan dedek gemes,"
"Jangan lupakan si kembar dan kakek nenek juga pasti memanjakan dedek manis,"
Seketika semua menjadi bingung ingin memberikan apa. Mereka yakin bahwa Reva pasti sudah memiliki banyak hal.
"Berikan aja apa yang kalian inginkan. Pasti di terima!" ujar Kieran setelah terjadi keheningan beberapa saat
"Dia hanya butuh teman, bukan hadiah!" ujar Kieran sambil menunjukkan sebuah kalimat yang tertera di undangan.
Harus datang ya, sebagai teman. Nggak bawa hadiah juga gapapa.
"Ya, dia masih kecil dan selalu di rumah. Pasti butuh teman!" ujar Theo yang memahami perasaan Reva
"Oke, kita bawa apa aja. Yang penting bisa buat dedek gemes senang!" ujar Jaka yang dengan senangnya.
Kieran tersenyum memikirkan satu hal. Hadiah yang mungkin saja bisa menemani Reva dan membuatnya adik kecil itu merasa senang.