NovelToon NovelToon
AFTER MARRIAGE

AFTER MARRIAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Single Mom / Selingkuh / Pengganti / Cerai
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Terkejut. Itulah yang dialami oleh gadis cantik nan jelita saat mengetahui jika dia bukan lagi berada di kamarnya. Bahkan sampai saat ini dia masih ingat, jika semalam dia tidur di kamarnya. Namun apa yang terjadi? Kedua matanya membulat sempurna saat dia terbangun di ruangan lain dengan gaun pengantin yang sudah melekat pada tubuh mungilnya.

Di culik?

Atau

Mimpi?


Yang dia cemaskan adalah dia merasakan sakit saat mencubit pipinya, memberitahukan jika saat ini dia tidak sedang bermimpi. Ini nyata!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8_Memenuhi Kewajiban Istri

" Ugghh!" Aya menggeliat dengan mata yang masih terpejam. Hidungnya mendusel mencari tempat ternyaman untuk melanjutkan mimpinya. Karena merasa terganggu kelopak mata itu terbuka menampilkan netra hitam nan jernih. Yang pertama kali dia lihat adalah wajah istrinya dengan tubuh mungil yang meringkuk seperti bayi.

Karena posisinya yang menyamping dan menghadap kearah Aya, Ramon dapat melihat dengan baik setiap inci wajah istrinya itu. Dari bulu mata turun ke hidung lalu ke bibir tipis yang berwarna merah alami.

Aya semakin mengikis jarak diantara keduanya. Hidungnya mendusel kembali pada dada bidang Ramon, menghirup aroma yang membuatnya merasa tenang. Ramon tidak bisa bergerak, matanya hanya bisa melirik dan mengedip pelan menyaksikan tingkah istrinya yang menurutnya lucu.

" Hei. Bangun!" Ramon berusaha membangunkan Aya tanpa menyentuh wanita itu. Perlakuan Aya semakin membuatnya merasa tidak nyaman.

Hembusan angin kencang disertai hujan yang lebat membuat siapa saja akan betah berlama-lama di atas kasur. Begitupun dengan Aya wanita itu enggan untuk membuka matanya walaupun sedetik. Bulu halus di sekujur tubuhnya meremang saat merasakan hawa dingin yang menyentuh kulitnya. Aya semakin merapatkan tubuhnya pada Ramon yang membuatnya hangat.

" Aya kamu melewati batas." Pasalnya Aya selalu memasang guling untuk batas antara dia dan Ramon. Dan kali ini wanita itu tidak sadar jika bukan gulinglah yang saat ini dia peluk. Wanita itu hanya bergumam lalu mengabaikan peringatan Ramon " Saya pria normal. Jangan salahkan saya jik......"

" Sepuluh menit." Gumamnya. Ramon  mengesah pelan, lalu membiarkan Aya untuk menikmati tidurnya kembali.

" Sudah sepuluh menit, cepat bangun." Ramon melakukan sedikit sentuhan pada bahu Aya namun istrinya itu tetap memejamkan matanya.

" Aya,"

" Tiga puluh menit, masih ngantuk!" Lagi dan lagi Ramon hanya bisa mengesah pelan. Ingin bangun dari tempat tidurnya, tapi tangannya tertahan karena Aya menggunakan tangannya untuk bantalan kepalanya.

Haciwwww

Hampir saja tawa Ramon pecah jika dia tidak segera mengatup bibirnya rapat rapat. Tangannya yang besar ternyata jahil juga, saat ini dia tengah memainkan rambut Aya lalu memasukkannya kedalam hidung istrinya sendiri.

Ha...haciww

" Ugghhh!" Ramon tidak bisa menghindar saat Aya menggosokkan hidungnya pada dadanya.

Haciww

Dan dia pun tidak bisa menghindar lagi saat Aya dengan sengaja bersin tepat diwajahnya " Kanaya," Geram Ramon menggusar wajahnya kasar.

Wanita itu masih menggosokkan hidungnya pada dada Ramon dengan mata yang masih terpejam. Ramon mengesah panjang dengan sekali hentakan dia mengubah posisi tubuhnya menjadi diatas Aya.

Shit. Niat hati ingin menakuti istrinya namun rencananya gagal karena Aya masih menutup matanya " Dasar tukang tidur." Ucapnya mencibir. Ramon mengalah dia memutuskan untuk bangkit dan segera membersihkan diri, tapi karena selimut yang membungkus kakinya Ramon tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya dan terjatuh tepat di atas tubuh Aya.

Mata Aya membulat sempurna, bukan karena berat tubuh Ramon yang menimpanya. Karena pria itu tidak sepenuhnya menimpa Aya, Ramon menggunakan satu sikunya untuk menyangga berat tubuhnya.

Tidak hanya Aya, Ramon pun membulatkan matanya terkejut dengan apa yang saat ini terjadi.

Kedua benda kenyal itu saling menempel satu sama lain. Mata keduanya saling memantulkan wajah masing-masing. Hembusan nafas yang hangat menerpa wajah keduanya membuat bulu kuduk keduanya meremang secara bersamaan.

Degup jantung keduanya terdengar nyaring, mengalahkan kecepatan suara jarum jam yang terdapat diatas nakas. Mata Ramon melirik pelan, meminta persetujuan dari Aya karena sudah  tidak bisa menahan diri lagi. Aya memejamkan matanya bibir tipis delimanya itu terbuka perlahan, membiarkan Ramon untuk memimpin permainan mereka.

Ramon terbangun saat mendengar ponselnya yang terus berbunyi. Matanya hampir membulat saat melihat waktu yang terpampang jelas dilayar ponselnya. Dan sekarang jika matahari ada mungkin saat ini warna jingga tengah menghias indah langit yang berawan hitam.

Suara air hujan yang berjatuhan masih terdengar jelas di gendang telinganya. Ramon memakluminya karena saat ini sudah masuk musim penghujan. Ramon kembali menyimpan ponselnya, dia mengubah  posisinya menjadi bersandar pada kepala ranjang, lalu menoleh kesamping kirinya dimana Aya masih terlelap dengan posisi membelakanginya. Bukan karena mengantuk, tapi lelah karena pergulatan hebat yang mereka lakukan.

Seulas senyuman terukir diwajahnya. Ramon menarik selimut lebih tinggi, menutupi tubuh Aya yang polos tanpa menggunakan benang sehelaipun. Tubuhnya mendekat, lalu mengecup lama bahu polos Aya " Terimakasih karena sudah menjadikanku yang pertama!" Ramon segera turun dari ranjang lalu bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Aya menggeliat saat merasakan sakit diperutnya. Dan rasa sakit yang hebat dia rasakan saat ingin mengubah posisinya menjadi duduk. Tubuhnya terasa remuk dan nyaris terpisah dari setiap sendinya saat dia mencoba untuk bersandar pada kepala ranjang.

Perutnya keroncongan meminta untuk disini. Setelah berhasil menetralkan rasa sakit yang menghampirinya, Aya nyaris berteriak saat mendapati waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Astaga, Aya memukul kepalanya sendiri. Pantas saja dia merasa lelah dan tidak memiliki energi ternyata dia melewatkan sarapan pagi dan makan siangnya.

Dasar bodoh batinnya menggerutu.

Aya ingin turun dari ranjang dan pada saat dia ingin menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya Aya segera kembali membalutkan selimut itu " Jadi tadi bukan mimpi?" Monolognya " Tadi nyata? Serius?" Aya memperhatikan setiap inci bagian tubuhnya dan ternyata benar dia tengah dalam keadaan telanjang bulat.

" Ya ampun. Dodol dodol dodol. Gimana bisa kecolongan sih Ay," tangannya terus memukul kepalanya mulutnya pun tak henti memaki dirinya sendiri " Tunggu," ucapnya setelah mengingat sesuatu " pelakunya kan Mondy? Nah Mondy kan suami kamu Ay. Jadi sah sah aja dong? Iya kan?!" Aya kembali bertanya pada dirinya sendiri. Seperti tengah berargumen antara hati dan logikanya.

Tiba tiba pintu terbuka dari luar membuat Aya mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya " Kamu sudah bangun?" Ramon masuk dengan tangan yang membawa nampan berisi makanan. Aya hanya bisa mengangguk lalu mengikuti pergerakan suaminya itu.

" Sebaiknya kamu mandi setelah itu baru makan." Aya tidak merespon, dia mulai menurunkan kedua kakinya dengan selimut yang membalut tubuhnya. Dan saat ingin mengambil langkah pertama Aya meringis kesakitan dan kembali terjatuh diatas ranjang.

" Arrrgghh!" Aya mengetatkan giginya tak kuat merasakan nyeri pada inti tubuhnya.

" Kamu tidak apa apa?"

" Pertanyaan bodoh," Rutuk Aya mengabaikannya. Aya ingin kembali melangkah, namun baru saja dia ingin kembali bangkit sensasi nyeri kembali menghampirinya.

" Kenapa sesakit ini?" Bisik Aya pada dirinya sendiri namun Ramon masih mendengarnya.

" Apa sangat menyakitkan?"

PUKKK

Satu jitakan mendarat mulus di kepalanya. Ramon ingin marah namun Aya lebih dulu memarahinya " Tentu saja ini menyakitkan bodoh. Kenapa kamu bertanya pertanyaan yang sudah tahu jawabannya huh?"

" Kamu mengatai saya bodoh? Lalu bagaimana dengan diri kamu sendiri, kamu juga bertanya tentang pertanyaan itu bukan?" Ucap Ramon membalikkan. Aya tidak bisa mengelak karena itu memang kenyataannya. Saat melihat Aya terdiam Ramon mengangkat tubuh Aya lalu membawanya ke kamar mandi karena tidak ingin kembali berdebat.

" Apa yang kamu lakukan?" Tanya Aya.

" Menurut kamu?" Tanya Ramon balik. Aya hanya bisa diam dan memalingkan wajahnya saat Ramon berjalan kearah kamar mandi.

" Apa kamu akan terus seperti ini?" Aya menolehkan wajahnya dan mendapati Ramon yang tengah menatapnya.

" Apa saya juga perlu memandikan kamu? Tidak sepertinya mandi bersama lebih menyenangkan bagaiamana heum?"

" Tidak!" Serga Aya cepat.

" Lalu kenapa tanganmu terus mencengkram baju saya?" Refleks Aya pun melepaskannya " Takut jatuh." Ucapnya memalingkan wajah.

Ramon menarik salah satu ujung bibirnya menampilkan smirk devilnya " Apa kamu ingin mengulanginya lagi disini? Adegan panas tadi pagi!" Dengan mata kiri yang mengedip menggoda istrinya.

Aya segera menurunkan diri dari gendongan itu lalu segera mengusir Ramon untuk keluar dari kamarnya " Dasar suami mesum. Awas aja Aya bales nanti." Ucapnya setelah mengunci pintu kamar mandi dari dalam.

" Kenapa pipimu memerah? Apa kamu juga ingin mengulanginya lagi?" Teriak Ramon dibalik pintu.

" Apa? Bubur beras merah? Sarapan pagi? Aya nggak denger!" Teriak Aya sengaja. Aya menggusar rambutnya lalu terperosok dengan kepala yang menunduk membiarkan rambut itu menutupi wajahnya.

" Astaga kenapa pipiku harus memerah. Memalukan!" Ucapnya mencak mencak di dalam kamar mandi. Karena benar pipinya terasa panas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!