THE STRONGEST

Hari pendaftaran murid baru bagi perguruan Xuan dan Ming telah dimulai. Para murid yang dipercaya untuk menarik murid baru juga sudah berkumpul di depan arena yang ada di tengah ibukota.

Arena itu memang dibuat untuk mencari murid baru, setiap diadakannya pencarian calon murid baru bagi perguruan, agar memudahkan mereka untuk menguji calon murid baru mereka.

Di tengah kota ada dua arena, yang dapat digunakan oleh dua perguruan untuk menguji calon murid baru mereka.

Di perguruan Xuan, berdiri Jin Cheng yang akan menjadi daya tarik bagi calon para murid baru.

Meskipun mereka telah mengetahui, jika dua perguruan yang saat ini berada di arena sangat hebat, namun dalam pencarian calon murid baru, setiap perguruan mempunyai cara mereka masing-masing.

"Aku tidak menyangka jika Kakak Jin Cheng akan datang, dan melihat sendiri bagaimana calon murid baru yang akan terpilih untuk perguruan kita," ucap salah satu adik seperguruan Jin Cheng.

"Benar, sebelumnya Kakak Jin Cheng tidak mau keluar dari tempat tinggalnya,"

Jin Cheng yang mendengar percakapan itu hanya diam.

Tengah ibukota benar-benar sangat ramai hari itu, ada lebih dari 500 calon murid dengan bakat dan tingkat kultivasi mereka masing-masing, datang untuk mendaftar pada dua perguruan itu. Padahal itu adalah hari pertama.

Di tengah keramaian itu, terlihat Jian Yi dan Dai Lu sedang berjalan menuju salah satu toko.

"Kakak Dai, kenapa hari ini sangat ramai?" ucap Jian Yi.

"Apa kau lupa? Hari ini sampai 6 hari kedepan, perguruan Xuan dna perguruan Ming membuka pendaftaran calon murid baru. Karena itu, ibukota sangat ramai,"

Jian Yi mengangguk, dia tentu tidak ingat akan hal itu. Karena selama lebih dari satu bulan, dia terus berlatih.

"Sepertinya kali ini perguruan Xuan akan mendapatkan banyak murid baru," ucap Dai Lu.

"Kenapa?"

"Lihatlah di sana! Murid unggulan perguruan Xuan, Cai Jin Cheng. Ikut berdiri dan menyaksikan calon murid baru diuji,"

Jian Yi melihat ke arah dimana Dai Lu menunjuk, dan di sana terlihat Jin Cheng yang tengah berdiri sambil membawa pedangnya.

"Tapi, perguruan Ming juga mempunyai murid unggulan di sana," ucap Jian Yi.

"Memang benar, tetapi kita semua sudah mengetahui, jika perguruan Xuan jauh lebih kuat dari perguruan Ming. Dan Cai Jin Cheng adalah murid terkuat yang diakui oleh Yang Mulia dari keempat perguruan di kerajaan ini,"

Jian Yi berjalan ke arah sebuah kedai yang tidak jauh darinya, "Aku tidak peduli pada keduanya, selagi mereka tidak melakukan apapun pada perguruan Chang, maka aku akan memilih untuk tidak peduli,"

Dai Lu hanya bisa menggelengkan kepalanya, seraya melihat Jian Yi yang sudah duduk di kedai yang dia datangi.

"Jian'er, bagaimana latihanmu?" Dai Lu duduk di depan Jian Yi.

"Aku sudah menguasai lebih dari setengah teknik yang ada di dalam buku yang diberikan oleh Paman Guru,"

"Itu bagus, jadi kau sudah bisa menggunakan kipas itu sebagai senjatamu,"

"Iya, aku tidak menyangka jika kipas ini sangat kuat. Ketika aku mencobanya untuk membelah kayu, kekuatannya seperti pedang yang membelah sebuah pohon,"

"Paman Guru membuat kipas itu dari bahan yang berbeda dan juga memiliki kekuatan sendiri, jadi tentu saja berbeda,"

Jian Yi mengangguk.

Dua mangkuk bubur yang Jian Yi pesan telah datang, dan wajah Jian Yi terlihat berbinar menatap bubur di depannya.

"Makanlah dulu, Kak. Aku tidak bisa berjalan jika lapar," ucap Jian Yi.

"Bukankah sebelumnya kau sudah makan dua bakpao yang Bibi Ma buat?"

Jian Yi hanya tersenyum lebar mendengar itu.

"Sudah Kakak, lebih baik kita makan dulu saja!" ucap Jian Yi.

Jian Yi mulai menyendok bubur yang dia pesan, sementara Dai Lu menatap adik sepupunya itu sambil tersenyum.

Ketika mereka tengah menikmati bubur mereka, seseorang berjalan mendekat dan berdiri tidak jauh dari meja mereka.

"Aku tidak menyangka jika akan bertemu dengan kedua Nona Wen di sini," ucap Jin Cheng, laki-laki yang berdiri seraya menatap Dai Lu dan Jian Yi.

"Cai Jin Cheng," ucap Dai Lu.

Jin Cheng mengangguk.

Jian Yi sendiri masih menikmati buburnya, seolah tidak peduli jika di sana ada Iin Cheng yang menyapa mereka.

"Jian'er!" ucap Dai Lu.

Jian Yi menoleh, "Ah, ada Kakak Cai Jin Cheng. Apakah kau ingin makan bubur juga?"

"Jian'er!" Dai Lu menatap Jian Yi dengan tajam.

Jian Yi berdiri dan menatap Jin Cheng, "Kakak Cai Jin Cheng, bagaimana kabarmu? Apakah sudah banyak calon murid yang lolos ujian untuk masuk ke perguruan Xuan?"

Jin Cheng tidak menjawab pertanyaan Jian Yi, melainkan hanya menatap wanita itu.

Jian Yi dan Dai Lu saling menatap dengan bingung, karena Jin Cheng terus menatap Jian Yi.

"Tuan Cai Jin Cheng, apa kau tidak mendengarku?" ucap Jian Yi dengan sedikit mengeraskan suaranya.

"Aku mendengarnya, kami masih harus menyeleksi calon murid yang ingin masuk ke dalam perguruan. Bukan hanya ujian di arena,"

Jian Yi hanya diam, lalu dia kembali duduk dan menikmati buburnya setelah Jin Cheng menjawab pertanyaannya.

Dai Lu sendiri merasa tidak enak pada Jin Cheng, karena sikap Jian Yi itu.

"Apa...apa kau juga ingin memesan bubur?" ucap Dai Lu dengan gugup.

Jin Cheng menatap Dai Lu, "Tidak, aku hanya kebetulan berjalan ke sini dan melihat kalian. Aku masih harus melakukan sesuatu,"

"Ah, baiklah kalau begitu,"

Jin Cheng menundukkan sedikit kepalanya lalu melihat sejenak ke arah Jian Yi sebelum dia pergi.

Plak!

"Aakh, Kakak! Kenapa kau memukulku?" ucap Jian Yi seraya mengusap lengannya.

"Kenapa kau bersikap seperti itu pada Cai Jin Cheng?"

"Kenapa? Dia manusia sama seperti kita. Lagipula aku sudah menyapanya dan bertanya padanya, tapi kau bisa melihat dia. Dia menatapku seperti itu, benar-benar aneh,"

"Jian'er, kau!"

Jian Yi tidak peduli dengan perkataan Dai Lu, dia memilih kembali menikmati buburnya.

"Apa Kakak menyukai Cai Jin Cheng itu?" Jian Yi menatap Dai Lu.

"Apa? Apa yang kau katakan, bagaimana mungkin aku..."

"Dia terkenal sangat kuat di kerajaan ini, bahkan di beberapa kerajaan lain. Dia adalah murid unggulan terhebat, dan banyak wanita yang menyukainya. Apa Kakak tidak tertarik padanya?"

"Tidak! Aku tidak tertarik pada laki-laki yang terlalu hebat. Karena pasti akan menyusahkan,"

"Dia bisa melindungimu,"

"Dia memang bisa melindungiku, tetapi para wanita yang menyukainya tidak akan bisa menahan diri mereka untuk tidak menyerangku,"

Jian Yi mengangguk.

"Tetapi aku lihat, sepertinya dia tertarik padamu," lanjut Dai Lu.

"Uhuuuk! Uhuuuk!"

"Kau ini, pelan-pelan jika makan!"

Dai Lu menepuk-nepuk punggung Jian Yi dengan pelan.

"Kakak, kau yang membuatku batuk dengan ucapanmu itu!" ucap Jian Yi.

"Apa? Aku hanya mengatakan apa yang ada dalam pikiranku saja. Dia melihat dengan cara seperti itu, sangat berbeda!"

"Sudahlah, jangan membahas dia lagi!"

"Baik, baik,"

Jian Yi dan Dai Lu kembali menikmati bubur mereka sambil sesekali melihat orang yang berjalan ke sana kemari.