Aku tidak pernah tahu tentang bagaimana akhirnya. Mencintaimu adalah sesuatu tanpa rencana yang harus kutanggung segala konsekuensinya. Jika di izinkan Tuhan untuk bersama, aku bahagia. Tapi jika tidak, aku terima meski terluka. -Alea-
**
Hamil diluar nikah memang sebuah aib, tapi kenapa harus perempuan yang menanggung lebih banyak sikap dan penilaian buruk dari setiap orang.
Lalu, bagaimana dengan Alea? Dia hamil oleh kekasihnya, tapi tidak mendapatkan tanggung jawab dari pria yang telah menodainya.
Di hari pernikahan, Alea harus menerima jika dia harus menikah dengan Rean, suami pengganti untuknya. Kakak dari pria yang membuatnya hamil.
Lalu, pernikahan seperti apa yang akan dia jalani?
Aku hanya suami pengganti untukmu, kau harus pergi dari kehidupanku setelah bayi ini lahir. -Rean-
Bisakah aku memperjuangkanmu sebagai suamiku? -Alea-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulat Bulu?
Alea pergi keluar kamar, membawa ponsel suaminya dan menunggu di sofa. Alea tahu suaminya sedang bersiap untuk pergi bekerja sekarang, atau mungkin bersiap bertemu dengan Riska. Ah, memikirkan itu hatinya gelisah.
Suara langkah kaki, membuat Alea langsung menoleh dan itu Rean yang berjalan ke arahnya. Sudah siap dengan pakaian kerja. Alea segera berdiri dan menghampirinya.
"Ini ponselnya Tuan" ucap Alea sambil menyodorkan ponsel. Rean menerimanya dengan wajah datar. "Oh ya, tadi aku tidak sengaja menerima telepon dari Riska. Dia mengatakan jika dia sudah selesai datang bulan dan menunggu Tuan di Hotel. Apa yang akan kalian lakukan?"
Rean terdiam dengan cukup terkejut, tapi pada akhirnya wajahnya tetap dingin seperti biasa. "Bukan urusanmu, dan kenapa kau lancang sekali menerima telepon di ponsel orang lain"
"Tuan itu suamiku, bukan orang lain. Tidak peduli apa alasan ketika kita menikah, tapi saat ini Tuan adalah suamiku"
Rean berdecih sinis, dia menatap Alea dengan tatapan meremehkan dan bahkan penuh rasa benci. "Tapi sayangnya aku hanya menganggap kau perempuan murahan yang tidak tahu malu"
Alea tersenyum miris, ada sebuah rasa perih yang tidak terlihat. "Tuan, aku minta untuk tidak melakukan hal diluar batas dengan Riska. Dia bukan perempuan yang tulus mencintai Tuan"
Tatapan mata Rean semakin tajam, merasa tidak suka dengan ucapan Alea barusan. "Apa maksudmu bertanya seperti itu? Dan apa kau katakan tadi, jangan melakukan hal diluar batas? Lalu apa yang kau lakukan dengan adikku? Jangan sok suci!"
Tatapan merendahkan Rean pada dirinya, lebih menyakitkan daripada ucapannya yang jelas merendahkan dirinya. Alea memegang perutnya tanpa sadar, seolah dia takut Rean mungkin akan membuat anaknya terluka.
"Tuan, dia bukan perempuan yang tulus"
"Diam!" Rean mencengkram dagu Alea untuk menghentikannya terus berbicara. "Dan seharusnya kau memanggilnya Nona, karena dia yang akan menjadi Nona Muda di keluarga ini, bukan kau!"
Alea menatap suaminya dengan mata yang mulai kabur, air mata sudah menggenang. Alea tidak lagi bicara, karena sulit dengan cengkraman kuat tangan Rean di dagunya.
"Aku ingin melakukan dengan siapapun, itu urusanku, bukan urusanmu!" tekan Rean yang berlalu pergi meninggalkan Alea disana.
Alea menatap punggung suaminya dengan air mata yang mengalir di pipi. "Ya Tuhan, lindungi suamiku. Semoga dia tidak terjebak dengan bujuk rayu Riska"
Alea merasa tetap cemas dan khawatir dengan keadaan suaminya. Dia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.
"Hallo Arin, bisa minta bantuan kamu sekarang?"
"Apa? Kamu mau meminta bantuan apa?"
*
Rean berkutat dengan beberapa pekerjaan yang tiada habisnya. Beberapa kali menghembuskan napas kasar. Terus mengumpat karena pekerjaannya tidak kunjung selesai.
Ketika pintu terbuka dan menunjukan Sekretarisnya, Rean langsung menghembuskan napas kasar. Melihat Arina yang terus datang dengan membawa berkas ditangannya.
"Apalagi itu? Ini sudah hampir malam, apa aku harus menyelesaikan semuanya? Ayolah Arin, apa-apaan kau ini mengatur atasanmu sendiri"
"Semua berkas ini harus selesai kau tanda tangani semuanya besok. Jadi, tidak ada waktu lagi. Salah sendiri terus menunda-nunda pekerjaan, sekarang di saat waktunya sudah mepet, kau protes. Ayolah Kak, kerjakan saja. Ini baru jam 7 malam, bisa sampai jam 10 malam"
Rean mendengus kesal, menatap adik sepupunya dengan malas. "Aku ada urusan Arin, besok saja dilanjut. Lagian besok juga rekan kerja tidak akan datang pagi-pagi sekali. Aku pasti sempat menyelesaikannya"
"Tidak bisa Kak Rean, harus selesai sekarang"
Rean menghembuskan napas kasar, dia memeriksa setiap berkas dan membubuhkan tanda tangan ketika dia sudah merasa tidak ada kesalahan. Sampai hari hampir pukul 10 malam, akhirnya Rean bisa segera pulang sekarang.
"Kak Rean, ban mobil aku bocor. Aku ikut Kak Rean pulang ya"
"Ish, Arina kau bisa naik taksi saja"
Arina mengikuti langkah kaki Rean, mereka masuk ke dalam lift. "Memangnya Kak Rean tega melihat aku pulang sendiri naik taksi. Ini sudah malam loh, kalo misalkan sopir taksinya mau perkosa aku bagaimana? Sekarang lagi banyak berita begitu loh"
Rean kembali menghembuskan napas pelan, merasa jika Arina seolah sengaja seperti ini. Namun, akhirnya Rean juga tidak mungkin membiarkan adik sepupunya pulang sendirian malam ini.
"Kak Rean langsung pulang ke rumah ya, awas kalo keluyuran dulu apalagi sampai mabuk-mabukan. Aku aduin ke Paman Chris"
Rean menatap Arina dengan mata menyipit tajam. Sejak tadi dia merasa aneh dengan sikap adik sepupunya ini. "Kau ini kenapa? Bersikap aneh sekali sejak tadi pagi"
"Tidak papa, aku hanya membantu Alea untuk menjaga suaminya agar tidak terjebak dengan ulat bulu"
"Ulat bulu?"
"Ya, ulat bulu yang gatal dan bikin merinding. Cih, aku sudah merinding hanya membayangkannya saja" Arina mendorong tubuh Rean berbalik dan kembali ke mobilnya. "Sudahlah, pergi pulang sana. Jangan sampai pergi ke tempat lain selain ke rumah!"
Rean akhirnya masuk ke dalam mobil, melajukan mobilnya. Melirik ponselnya yang bahkan habis baterai karena seharian ini lupa tidak dia isi daya. Sejak tadi pagi bangun di kamar tamu yang ditempati Alea, Rean benar-benar lupa isi daya ponselnya hingga sekarang mati karena habis baterai.
"Sudahlah, lain kali saja aku menemui Riska"
Rean akhirnya kembali ke rumah, dia melangkah menuju tangga, tapi sudut matanya tidak sengaja melirik seseorang yang tertidur di sofa. Rean menghentikan langkahnya, berbalik dan menghampiri orang yang tertidur di sofa.
"Hey bangun" Rean menggoyangkan tubuh Alea dengan kasar. "Untuk apa kau tidur disini?"
Alea mengerjap kaget, dia segera bangun dengan mengucek matanya yang terasa perih. Tersenyum saat melihat suaminya pulang. Seharian dia terus memikirkan tentang Rean, takut sekali jika suaminya akan pergi menemui Riska dan akhirnya melakukan hal diluar batas.
"Sudah pulang Tuan, syukurlah. Aku menunggu Tuan disini, aku khawatir"
Rean terdiam, mendengar ada seseorang yang sengaja menunggunya pulang karena rasa khawatir, tiba-tiba hatinya bergetar penuh kehangatan.
"Aku bisa tenang karena Tuan sudah kembali ke rumah, aku akan pergi dulu ke kamar. Tuan istirahatlah dengan baik. Selamat malam"
Rean menatap punggung Alea yang berlalu ke kamarnya. Memegang dadanya tanpa sadar, tiba-tiba ada debaran aneh dalam dirinya. Perasaan aneh yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
"Sial, kenapa aku berdebar?"
Rean segera berlalu ke kamarnya, meski merasa cukup aneh dengan perasaanya ini. Ada kehangatan yang menyelimuti hatinya dengan tiba-tiba. Hal yang cukup aneh baginya.
"Apa mungkin dia yang sengaja meminta Arina untuk membuat aku sibuk dan pulang malam? Dia tidak ingin aku bertemu pacarku? Sial!"
Bersambung
Aa.. Arina, aku padamu..
semoga alea cepat sadar dan sehat,,,ghina bakalan jadian sama Arian nieee🥰🥰🥰🤣🤣🤣🤣
pasti arina dapetin bukti2 dr sam dgn syarat arina harus nikah deh sm sam,,,,
jika ada selain samuel membantu Arin,,berarti itu nanti yg menjadi kekasih nya,,,tapi aku besar kemungkinan bahwa Samuel lah yg memberikan itu bukti🤣🤣🤣🤣🤣