Jodoh Wasiat Mami

Di suatu tempat yang penuh hingar bingar, seorang lelaki duduk sambil menyesap minumannya yang berwarna kuning bening.

Pengennya mabok buat melupakan rasa sakit dan kecewa, tapi sepertinya tak mempan karena terlihat lelaki itu masih menyebut nama seorang gadis yang baru saja dilamar.

"Denaaa.... I love you. Kamu harusnya nolak perjodohan itu...dan balik sama aku. Padahal Asta udah setuju kalau aku nikahin kamu." kata Evan dengan gaya khas orang mabuk.

Gayamu Van... Evan... istri satu aja nggak becus ngurusnya malah maruk mau dua.

"Woi... Van. Teler, lo?" tanya seorang pria yang menghampiri Evan.

"Nggak, masih sadar gue. Lo Sandy, kan? Tapi kenapa lo jadi ada dua...eh tiga...empat. Kembaran lo?" cerocos Evan yang ternyata memang sudah mabuk.

Dia adalah Sandy teman satu circle nya Evan dalam dunia ajep-ajep.

Bedanya Sandy masih single jadi tak terikat pada wanita manapun.

Sedangkan Evan sudah menikah sejak dia kuliah di semester lima mau enam. Punya anak lagi.

Tapi kelakuannya malah semakin parah setelah menikah dengan Asta.

Evan bersedia menikahi Asta dengan kesepakatan, Asta tak akan mengganggu kehidupan dan kesenangannya. Dan jika Asta melanggar maka Evan akan menceraikannya.

Asta yang bucin pun mau-mau saja. Dia menutup mata dan telinga tentang perselingkuhan suaminya. Yang penting status istri Evander Amran Sutedjo dan menantu Adjie Sutedjo.

Ayah Evan bukanlah orang sembarangan, lelaki itu merupakan direktur BUMN yang bergerak dibidang pengairan dari rumah ke rumah.

Sayangnya Evan tak bisa mengikuti jejak sang ayah yang memiliki karir cemerlang. Dia bekerja di perusahaan konstruksi dengan jabatan staf marketing. Berbeda dengan adiknya Felix yang kini mendapatkan beasiswa kuliah di Australia.

"Dena... Dia juga kembar... Kalau gue nikah sama dia, anak gue pasti kembar juga, kan?" Evan masih mengoceh tak jelas.

"Tapi dia malah milih nikah sama orang lain." kata Evan lalu meminum kembali sisa minumannya.

"Lo tau siapa calon suaminya?" tanya Evan sambil menunjuk wajah Sandy yang berbayang-bayang di mata Evan.

"Dia om Gara... Bisa Lo bayangin Anggara om gue nikah sama Dena, pacar gue. Sakit hati gue, tega-teganya Dena mau nikah sama om Gara." ucapan Evan sambil menepuk dadanya yang menunjukkan jika dialah yang dikhianati dan tersakiti.

"Dena itu mantan lo, Van. Lo udah nikah sama Asta, punya anak lagi." Sandy mengingatkan Evan

"Gue nggak cinta Asta. Gue cuma cinta Dena." sahut Evan tak terima.

"Ya, tapi lo aja boleh nikah masa Dena nggak. Biarin ajalah Dena hidup bahagia sama om Gara." kata Sandy menenangkan sahabatnya.

"Nggak, gue nggak terima. Gue cinta sama Dena. Nggak rela gue Dena jadi milik orang lain. Kalau gue gak bisa miliki Dena, maka orang lain juga nggak." tukas Evan yang tak mau dibantah.

Ya, Sandy sangat tau jika Evan sangat mencintai Dena. Hanya saja kelakuan liar Evan dibelakang Dena memang tak bisa hilang.

Bahkan Asta bukan satu-satunya perempuan yang jatuh dalam godaan ranjang Evan. Sandy saksinya, bagaimana Evan membohongi Dena demi bisa menghabiskan waktu dengan para wanita haus belaian dari Evan.

'Cih, cinta apaan kayak begitu. Selingkuh berkali-kali. Parahnya buntingin sodara tirinya Dena lagi. Ya kali, Dena masih mau.' batin Sandy

Walaupun Sandy juga bejat, setidaknya dia tak pernah berselingkuh karena memang tak pernah berkomitmen pada seseorang.

Dia pun hanya menghela nafasnya saja. Malam ini dia tak minat untuk minum, apalagi bermain lendir. Karena temannya ini akan merepotkan jika mabuk.

****

Kana menatap ke arah sebelahnya, dia melirik sang suami yang sudah tertidur lelap setelah sesi percintaan panas mereka.

Tedi adalah lelaki tipikal tidur lelap setelah mengeluarkan oli alaminya. Dan akan bangun keesokan paginya.

Hari ini Kana harus bekerja ekstra melayani suaminya, agar bisa menjalankan rencananya.

"Ugh.."

Kana memegang pinggangnya yang terasa pegal. Usianya sudah tak muda lagi, harusnya dia yang menerima dan suaminya yang bekerja. Tapi, Tedi tak mau dan memintanya untuk berada di atas.

Alhasil pinggangnya terasa sakit.

Kana beranjak bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju meja sudut tempat suaminya menyimpan tas kerjanya.

Kana segera membuka dan merogoh semua tempat dan saku tas itu.

"Ah... dapat." ucap Kana pelan.

Dengan langkah perlahan Dena membuka sebuah lemari besi di ruangan itu. Di sanalah Tedi biasanya menyimpan benda-benda berharganya.

Klek

Suara anak kunci terbuka.

Dengan perlahan Kana membuka pintu lemari tersebut dan mencari sesuatu.

Namun, alangkah terkejutnya saat melihat isi lemari itu. Barang pribadi Vania tersusun rapi di sana.

Beberapa helai pakaian yang Kana kenali sebagai milik Vania. Foto pengantin yang mereka yang dibuang Kana dan foto kebersamaan dengan Dana dan Dena.

"Sialan, rupanya selama ini aku tertipu." kata Kana dengan penuh kebencian menatap foto-foto tersebut.

Dia mengira jika Tedi benar-benar sudah membuang semua hal tentang Vania dan anak-anaknya.

"Tunggu saja kamu, mas. Aku nggak akan diam setelah tau kelakuan kamu udah nipu aku." kata Kana sambil melirik suaminya yang masih tertidur lelap.

Kana pun segera melanjutkan memeriksa isi lemari itu. Dia harus menemukan apa yang bisa menjadi pegangannya jika Dena mulai bertingkah.

Setelah mencari beberapa lama, Kana tak menemukan apapun.

"Kurang ajar, dimana dia simpan benda-benda itu." ucap Kana yang terlihat kesal.

Dengan cepat dia menutup pintu dan menyimpan kembali kunci pada tempatnya semula.

Dia pun kembali berbaring di ranjang. Tapi hingga dini hari, Kana tak bisa menutup matanya.

Semalaman dia berpikir keras bagaimana cara mendapatkan apa yang dia inginkan. Serta menyingkirkan Dena dan Dana yang kini sedang berada di luar negeri.