Larasati, sering di sapa Rasti atau Laras seorang dokter residen, yang sedang cuti dan bekerja di Beauty wedding planner and organizer. Dia bisa menjadi MC, fotografer, ketua tim Planner, bagian konsumsi. Bertemu kembali dengan Lettu Arjuna Putra Wardoyo, lelaki yang pernah menjadi cinta masa kecil saat masih SD.
Arjuna anak kesayangan papa Haidar Aji Notonegoro( papa kandung), dan ayah Wahyu Pramono( ayah sambung). "Kamu Laras yang pernah sekolah di?"
"Sorry, salah orang!" Ucap Rasti memotong ucapan Juna, sambil berlalu pergi dengan kameranya.
"Seorang Arjuna di cuekin cewek, ini baru pertama dalam sejarah pertemanan kita." Ucap Deri sambil memukul bahu Juna.
"Aku yakin dia Laras adik kelas ku, yang dulu ngejar-ngejar aku." Ucap Juna dengan pandangan heran.
Apa yang membuat Laras tidak mau mengenal Juna, padahal pesona seorang Arjuna tidak pernah ada tandingannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eed Reniati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Kembali
"Jadi kamu sekarang tidak ada kerjaan, Ras?"
"Hmmm, pengangguran sekarang aku."
"Teruskan lagi saja pendidikan spesialis yang kamu ambil, daripada kamu tidak ada pekerjaan?"
"Aku malas, aku mau cari kerja aja buat hidup."
"Banyak orang yang pingin lanjut pendidikan tapi terkendala biaya. Kamu ada biaya kenapa tidak mau lanjut, otakmu juga tidak bodoh kan? Dengan kemampuanmu yang bertambah, akan banyak orang yang kamu selamatkan. Jangan hanya karena lelaki, menjadi penghalangmu, untuk menyelamatkan lebih banyak orang yang membutuhkan pertolongan mu."
"Bukan karena lelaki, aku tidak mau lanjut pendidikanku, ya." ujar Laras .
"Aku tahu kamu, kamu masih mencintai penghianat itu kan. Si Aris tidak pantas untuk kamu cintai." marah Ninik.
"Aku sudah tidak cinta sama dia, dia itu masa lalu."
"Kalau gitu buktikan, kembali lanjutkan pendidikan spesialismu."
"Siapa takut," jawab Laras mantap.
"Kalau begitu aku tunggu kamu bergabung dengan kami."
"Dr. Ninik kenapa masih mau berteman dengan orang miskin ini, tidak takut di manfaatkan seperti dokter Aris?" Ucap seorang perempuan bernama tag Dr. Lusi.
Selama ini Lusi tahunnya Laras sekolah dengan modal beasiswa, karena itu saat beasiswa di cabut karena ulah Lusi. Padahal semua berawal dari dirinya yang kepergok selingkuh, dengan kekasih Laras saat itu. Laras memilih cuti sebenarnya karena Hanum pindah ke rumah sakit tersebut, setelah sebelumnya bertugas di luar kota.
"Tidak apa-apa, kita bisa saling memanfaatkan kok, sayang punya teman otak cemerlang tidak di manfaatkan. Aku dengar kamu di suruh mengulang sama dokter Hanum," tanya balik Ninik.
"Maaf aku pergi dulu, di panggil kekasihku." Ucap Lusi memotong ucapan Ninik, membuat Ninik terkekeh melihat kepergian Lusi.
"Dia itu otaknya pas-pasan, tapi dia punya koneksi yang kuat. Kalau bukan papanya salah satu direksi di sini, belum tentu dia masih ada di rumah sakit ini." ucap Ninik, dengan tertawa melihat Lusi yang pergi menjauh.
"Sudah gak usah bahas dia lagi, aku tidak mau berurusan dengan Aris ataupun Lusi. Mereka adalah masa lalu yang harus di lupakan," ucap Laras .
"Aku suka, cara berpikir mu sekarang. Biar aku percaya dengan ucapan mu, sekarang kamu aku antar ke kampus, untuk mengurus administrasi melanjut pendidikan spesialis bedah mu!"
"Harus sekarang?"
"Iya sekarang Larasati! Kamu harus buktikan, kamu lebih hebat dari mereka berdua yang hanya bisa mendompleng nama orang tua mereka, serta koneksi kekayaan orang tuanya bukan karena murni kemampuannya." ucap Ninik, dengan berdiri dan menarik tangan Laras untuk berdiri.
Sebenarnya hari ini Laras ke rumah sakit atas ajakkan Ayu, teman di WO dulu untuk mengunjungi salah satu rekan mereka yang kebetulan di rawat di rumah sakit karena DBD, yang tidak sengaja malah ketemu dengan Ninik saat berjalan pulang yang berujung Laras di larangan pulang dulu.
"Aku bisa pergi sendiri, kamu teruskan saja pekerjaanmu, oke."
"Tapi awas jika kamu bohong." ancam Ninik, membuat Laras terkekeh kecil, sebelum pamit pulang.
Dengan naik angkutan umum Laras meninggalkan rumah sakit, di siang hari di tengah panasnya matahari yang membakar kulit.
"Hari ini panas sekali." keluh seorang penumpang, dengan mengibaskan tangannya di wajahnya.
"Iya sudah panas macet lagi," keluh yang lain.
"Ada apa sih macet, perasaan area di sini tidak ada lampu lalu lintas, deh."
"kecelakaan sepertinya, di depan ramai." kata si sopir angkutan umum.
Laras yang merasa penasaran, akhirnya turun membayar ongkos angkutan dan berjalan kearah pusat kemacetan.
Terlihat sebuah mobil berwarna silver terguling dengan roda-roda yang masih berputar, menunjukkan kalau kejadian tersebut baru saja terjadi. Dengan cepat jiwa kemanusiaannya berlari mendekat kearah mobil, mengabaikan risiko serpihan kaca yang berserakan.
"Ada korban yang butuh pertolongan, kenapa pada diam." kesal Laras yang matanya langsung mengamati sekitar hingga matanya menemukan sebuah batu ukuran sedang.
Tanpa ragu, Laras mengambil batu di pinggir jalan dan memecahkan kaca jendela mobil yang sudah retak. Tangannya berdarah karena serpihan kaca, namun Laras tidak perduli. Dengan hati-hati, Laras memasukkan tangannya untuk menjangkau ke dalam, dan membuka pintu yang terkunci dari dallam.
"Tolong... saya..." rintih seorang pria nyaris tidak terdengar, dengan mata sayu dan tubuh yang terjepit.
Laras, dengan hati-hati memeriksa kondisi pria itu, menstabilkan lehernya. "Tetap tenang, bantuan akan segera datang." ucap lembut Laras, bertepatan dengan bunyi sirene ambulans yang mulai terdengar dari kejauhan.
Laras juga memberikan pertolongan pertama, seperti menghentikan pendarahan di lengan korban dengan kain seadanya, menenangkan kondisi korban agar tetap tenang dan nyaman, sampai petugas paramedis datang.
"Tangannya luka, apa tidak sebaiknya mbak ikut kami ke rumah sakit untuk mengobati lukanya." usul paramedis tersebut.
"Tidak, terimakasih. hanya luka luar, saya obati sendiri di rumah aja." tolok Laras halus.
"Sepertinya aku harus lanjutin program pendidikan spesialisku," pikir Laras sambil melihat mobil ambulan yang pergi menjauh.
bisa bahaya Juna,,, ayok Laras bongkar kebusukan BSI Serly dan emak nya
dasar jalang