LDR KATANYA BERAT!!
Tapi tidak bagi Rion dan Rayna. Ini kisah mereka yang berusaha mempertahankan hubungannya apa pun masalah yang mereka hadapi.
Tapi bagaimana jika masa lalu yang menggangu hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
"Ray ada yang nyari tuh di depan!" panggil Manda.
"Oh iya kak." Rayna meninggalkan pekerjaannya dan melangkahkan kakinya keluar dari dalam toko. Menghampiri seorang pria paruh baya yang sedang duduk di atas motornya.
"Atas nama Rion ya mbak?" tanya pria paruh baya itu memberikan sebuah plastik kepada Rayna.
"Iya pak, terima kasih." Rayna menerimanya dan mengangguk dengan sopan.
"Cie dibeliin sama ayang nih," ucap Lea saat Rayna baru saja kembali dari luar dengan sebuah plastik putih di tangannya.
"Beli sendiri gua," jawab Rayna. Ia kembali ke tempatnya duduk. Berbagai macam peralatan untuk merangkai bunga berserakan di meja. Rayna dan ketiga temannya harus menyelesaikan pekerjaannya hari ini juga, di hari liburnya. Sekali lagi, di hari liburnya yang ia tunggu-tunggu.
"Masa iya sih lo beli sendiri, jelas-jelas bapaknya bilang atas nama Rion ko!" komentar Manda.
"Lo gak liat tadi gua ngasih uang ke bapaknya?" ucap Rayna meyakinkan.
"Loh serius?" seolah tak percaya dengan ucapan Rayna.
"Ish ampun deh, Rion lupa ganti pembayaran!" ucapnya dengan kesal. Tangannya sibuk membuka plastik putih yang berisi kopi dingin berukuran sedang dan juga pastry.
"Dia pake metode cod dan gak bisa dibatalin," ucap Rayna menjelaskan kepada ketiga temannya. Ketiga temannya tak bisa untuk menyembunyikan tawa. Bagaimana bisa ada seorang pria yang menyuruh wanitanya membayar makanan yang dipesan saat tiba di tujuan. ceroboh sekali Rion, apa ia tak tahu Rayna dan ketiga temannya sedang tidak bergairah saat ini. Lihat saja mood Rayna yang menjadi semakin bete.
"Anjirlah cowok lo bener-bener ya!" Lea yang paling kencang tertawa. Lucu sekali melihat wajah Rayna yang terlihat kusut.
"Jangan putus dulu plis, masih mau liat temen gua menderita," ejek Manda.
"Hp lo bunyi tuh." Devi memberi Rayna kode agar mengangkat panggilan di ponselnya. Rayna mengambilnya dan mengangkat telepon dengan kesal.
"Udah diterima belum sayang?" tanya Rion dari sebrang telepon.
"Udah," jawab Rayna dengan ketus.
"Ih maaf loh Ion tadi langsung pencet aja gak dicek dulu." memalukan sekali rasanya harus membuat kesalahan di pagi hari. Ia tak menyangka jika pesanan yang sudah dibuat tak bisa dibatalkan.
"Terserah ah kalo gak niat ngasih mah gak usah!"
"Ion ganti ya uangnya!"
"Gak perlu."
"Yon lain kali kirimnya sekalian banyak!" Lea mendekati Rayna dan ikut berkomentar.
"Sayang ihh maaf lon gak sengaja," ucapnya dengan sungguh-sungguh.
"Lain kali gak usah beliin lagi"
"Ion janji nanti diganti ya kopinya." Rion masih berusaha membujuknya.
"Iya."
"Sayang, beneran marah ya?" Rayna menatap liar. tidakkah Rion paham? Jelas saja Rayna marah terhadapnya. Mungkin jika ia sedang dalam mood yang baik tak masalah.
"Ya kamu lagian bikin kesel aja bukan menghibur!"
"Tadi kan Ion tuh lagi sibuk di cafe nah jadi pesennya buru-buru." apa pun alasannya Rayna tak bisa terima.
"Semalem tidur jam berapa?" tanya Rayna.
"Jam dua," jawab Rion.
"Gak usah tidur sekalian nanti malem mah!" omel Rayna.
"Ion kan semalem diajak Radit buat main game terus Ion juga lagi gak bisa tidur sayang."
"Gak peduli, kalo nanti sakit gara-gara bergadang terus gimana?"
"Iya sayang, Ion malam ini gak bergadang lagi deh janji, jangan lama ya marahnya," bujuk Rion.
"Udah ah mau lanjut kerja akunya," pamit Rayna.
"Iya tapi dimaafin dulu gak?"
"Iya dimaafin kalo Naura udah dikasih jajan sama kamu, kan semalem kamu janji." Rayna mengingat kembali janjinya untuk membelikan Naura jajan. Biarkan saja Rion yang bertanggung jawab.
"kan yang janji kamu bukan aku," sanggah Rion.
"Kan aku bilang kamu yang harus kasih dia jajan."
"Iya nanti Ion kasih uang jajan buat Naura." meski terpaksa tapi tak apa, lebih baik daripada Rayna semakin marah.
"Yaudah."
"Panggil sayang dulu dong cantik!" Rayna mendelik tak senang. "Cantiknya tak terbatas deh kamu sayang," rayunya.
"Gak usah gombal kaya begitu, gak mempan."
"Masa sih gak mempan? Yakin gak mau panggil sayang dulu? Yaudah Ion minta sama yang lain aja ah di sini."
"Sayang ih kamu mah!"
"Seru deh kalo ganggu kamu kaya gitu."
"Udah Yon nanti Rayna meledak-ledak tuh gara-gara kesel sama lo!" ucap Lea ikut menyahut.
"Yaudah ya cantik, Ion lanjut kerja lagi ya."
"Iya sana!"
"Sayang jangan galak-galak dong!" kesal! Rayna langsung saja memutus sambungan teleponnya.
"Santai aja kali Ray, jangan marah-marah kaya gitu." Devi memberi saran. Tidak! Lebih tepatnya memang sengaja mengejek.
"Ya gimana gua gak kesel kak? Gua udah bilang kalo hari ini mood gua lagi gak bagus tapi dia malah bikin salah!"
"Setidaknya ada inisiatif aja sih kata gua mah."
"Iya Ray, pacar gua aja gak ada inisiatifnya sama sekali," sahut Manda.
"Ya kan setiap hari lo dijemput sama dia kak!"
"Iya sih."
"Yaudah diminum aja tuh kopinya nanti keburu gak enak," saran Devi.
"Lesu banget sih," tegur Raya melihat sang adik tengah bersantai di sofa ruang tamu dengan posisi yang sangat nyaman. Kepalanya dibiarkan di ujung sofa dengan rambut basahnya yang dibiarkan menjuntai.
"Diem ah capek gua!"
"Dikira lo doang kali ya yang capek." dengan jahil Raya sengaja melempar bantal sofa mengenai tubuhnya. Tak ada gairah saat ini, Rayna tak berniat untuk membalas sang kakak.
"Permisi!" suara panggilan di depan halaman rumah membuat keduanya saling pandang.
"Lo pesen makan?" Rayna menggeleng, tak ada waktu untuk memesan makanan sejak dirinya tiba di rumah.
"Lo aja yang cek," titah Rayna.
"Males ah."
"Ish!" meski mendesah malas, Rayna tetap bergerak dari posisinya. Berjalan menghampiri sang pelaku yang memanggil di depan rumah.
"Iya mas sebentar!" balas Rayna sebelum membuka pintu rumahnya.
Lagi, seorang pria dengan jaket berwarna hijau dan hitam berdiri di depan pagar rumahnya. Satu tangannya membawa plastik yang Rayna duga adalah makanan atau mungkin minuman.
"Ada kiriman mbak atas nama Rion," ucap pria itu.
"Bayar gak mas?" tanya Rayna. Pikirannya masih terbayang dengan kejadian tadi siang saat ia mendapat kiriman juga. Rayna bersumpah jika kali ini Rion melakukan kesalahan lagi ia tak akan mau menjawab pesannya dua hari ke depan.
"Oh gak perlu mbak, ini udah dibayar." syukurlah, Rayna bisa bernapas lega. Malas rasanya jika ia harus mengeluarkan uang lagi.
"Makasih ya mas."
"Iya sama-sama." Rayna kembali ke dalam rumahnya, mendekati Raya yang sedang sibuk dengan ponsel di tangannya.
"Apaan tuh?" penasaran, Raya merebut plastik yang dipegang Rayna.
"Gak tau, Rion yang kirim," jawab Rayna dengan malas. Tubuhnya ia rebahkan di sofa begitu saja.
"Ada jatah gua gak?" Rayna acuh saja, toh ia belum sempat melihat isinya.
"Lo cek aja sendiri."
"Ih parah banget lo, gak menghargai pacar sendiri."
"Lagi males gua," jelas Rayna.
"Berantem lo?" tanya Raya.
"Coba lo bayangin ya, gua dikirim makanan sama dia tapi harus gua sendiri yang bayar!" nadanya meninggi saat bercerita.
"Ko bisa?"
"Dia lupa ganti pembayaran, jadinya cod," keluh Rayna.
"Berarti ini gantinya?" Raya mengangkat plastiknya. Rayna hanya melirik sebentar dan sibuk dengan ponselnya, membalas pesan singkat yang diberikan Rion dan beberapa temannya. Kebetulan Rion masih sibuk bekerja dan Rayna tahu hal itu.
"Gak tau ah, udah kesel duluan gua."
"Yaudahlah Na terima aja," nasihat Raya, tangannya sibuk membuka plastik.
"Lo aja yang makan!" suruh Rayna.
"Enak nih martabak Na," ucap Raya membuka sekotak martabak cokelat keju yang masih hangat. Lihatlah cokelatnya yang lumer, menggoda sekali.
"Sisain buat di kulkas!" peringat Rayna. Ia tak suka jika memakan martabak saat hangat, menurutnya martabak yang dingin lebih bisa dinikmati.
"Iya, ah elah."
terus ortua mereka jg blm d jelasin ya kk ?