cerita ini menurut sudut pandang Luna.
tentang Luna gadis introvert yang menyukai Raka, anak rajin dan pintar di sekolah nya. Namun ada Erlan yang menyukai Luna diam diam
selamat datang di cerita author, semoga suka dengan ceritanya.
Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I&p, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 7
*ke esokan paginya
Aku masih berbaring di rumah sakit. Aku mencoba berdiri dengan tubuh yang masih lemas. Tangan kanan ku membawa alat Infus. Aku berjalan di luar kamarku dan duduk di tempat duduk ruang tunggu.
Baru kemarin di temani ibu, ibuku sudah sibuk kerja lagi. Aku pernah berpikir kenapa anak anak lain ibunya sangat perhatian padanya dan punya banyak teman. Saat ada masalah juga ada ibunya yang membelanya. Aku iri pada mereka.
Aku ingat sekali kejadian waktu itu. Masa saat aku masih kecil Aku di bully teman teman sekolah ku. aku sempat melawan namun mereka mengadukannya ke orang tuanya. dan akhirnya aku yang kena marah.
Namun melihat kemarin ibuku sangat sedih dan mengalahkan dirinya atas apa yang terjadi padaku, mungkin dulu karena ibuku tidak tau. jika ibuku tau, mungkin juga akan membelaku. Hanya saja aku tidak mengadukannya ke ibuku.
Aku membuka ponselku melihat pukul 12.00. Ini harusnya jam istirahat di sekolah. Jam ini pasti Seli akan mengajak aku ke kantin. Tapi aku sakit.
Aku gak mau menjauh dari Seli dan Kak Erlan. Mereka temanku. disuruh menjauh dari kak Erlan aku gak akan lakukan itu.
tiba-tiba ada bu Anggi dan guru guru lainnya serta di ikuti murid murid kelasku berjalan menghampiriku.
"Luna, sudah baikan? " Tanya bu Anggi.
"Sedikit, bu. Tapi badan saya masih lemas. " jawabku.
Aku berdiri sambil memegang alat infus. Seli segera mendekatiku dan membantuku membawa alat infus itu. teman teman yang lain juga menghampiri ku memapahku berjalan memasuki ruangan kamarku.
"Luna, kami sangat prihatin dengan apa yang terjadi sama kamu. jika ada masalah bisa cerita sama ibu, atau teman teman kamu juga bisa. " ucap bu Anggi.
"Iya, jangan di pendam sendiri ya. Bu Anita juga mau jadi pendengar yang baik buat kamu. "
"Saya gak papa. "
Bu Anggi mendekatiku dan duduk di samping ranjang ku. Dia mengelus elus pundak ku dengan lembut.
"Apa ada anak di sekolah yang membuli kamu? "
Kalau aku cerita yang sebenarnya, apa yang akan terjadi pada orang itu? apa dia akan di keluarkan?
"Apa hukuman pada anak yang membuli anak anak lain bu? " tanyaku dulu sebelum menjawab.
"Mungkin hukuman paling berat akan di keluarkan dari sekolah. "
Aku bisa saja melakukannya. Namun aku teringat orang tuaku yang menyekolahkan ku. mereka menyekolahkan anak mereka dengan keringat. jika di keluarkan, kasihan orang tua mereka.
"Bu Anita melihat ke arah jam tangannya.
"Sudah mau jam masuk sekolah, kita harus segera kembali ke kelas. "
"Kalau gitu, kami kembali ke sekolah dulu ya. semoga cepat sembuh, Luna. "
Mereka bersalaman denganku dan keluar dari ruangan kamar ku. suahsana pun menjadi sepi.
Snack, buah buahan dan minuman yang anak sekolahan kasih ada di meja berjajaran dengan rapi.
...*************...
Sementara di sekolah Erlan memeriksa CCTV. Erlan merasa ada yang janggal yang terjadi di toilet.
"Pasti ada yang terjadi. "
CCTV hanya bisa di lihat di pintu luar toilet. Rupanya CCTV itu sudah di seting pada waktu kejadian.
"Pasti ada yang menghapus CCTV agar tidak ketahuan. "
"Lalu sekarang gimana, kak? " tanya Raka.
Raka tidak ikut menjenguk, Raka dan Erlan menyelidiki kejadian di toilet sekolah. Kenapa Raka bersama Erlan yang menyelidiki kasus itu? karena mereka adalah tim kerjasama yang menyelidiki kasus kasus seperti ini. Mereka membantu anak anak yang di bulli dan masalah lainnya.
"Kamu cari petunjuk lain. Aku akan minta teman ku memperbaiki CCTV nya. "
Erlan punya teman yang bisa melacak dan memperbaiki CCTV adalah hal mudah bagi temannya.
"Aku merasa ada yang janggal, gak mungkin Luna tiba-tiba pingsan begitu saja dan terkena PTSD. "
"PTSD? mungkin iya. kita terus selidiki ini. "
Bel berbunyi, Erlan dan Raka berpisah ke kelas mereka masing masing.
"Kenapa harus kamu yang Luna suka, Raka?! " batin Erlan.
Waktu menjelang sore, Erlan datang ke rumah sakit membawa beberapa buah yang di bungkus dalam sebuah parsel.
Erlan memasuki ruangan kamar rumah sakit. Aku menoleh ke arahnya setelah menyadari suara pintu terbuka.
"bu, kamu udah pulang ? " ucapku.
Namun aku terkejut ternyata bukan ibuku, melainkan kak Erlan.
"Kak, maaf aku pikir kamu ibuku. "
Erlan tersenyum lalu menaruh parsel yang berisikan buah ke atas meja bergabung dengan bingkisan yang di bawa anak anak sekolah.
"Aku bawain buah segar buat kamu, biar kamu cepat sembuh. "
"Makasih, kak. kak Erlan yang terbaik! "
Kak Erlan memang yang paling pengertian padaku. Dia sahabat yang paling baik bagiku.
"Aku senang akhirnya kamu banyak bicara juga. Gak seperti biasanya. "
Aku tersenyum.
Erlan mengambil buah dan mengupasnya menggunakan pisau kecil yang ia pegang lalu membelah buah itu menjadi beberapa bagian. Erlan lalu menaruh buah buah yang dia belah ke dalam piring.
"aku kupasin buah. dimakan ya. "
"Aku lagi gak pengen makan buah. "
"Kamu harus makan biar cepat sembuh. Buah ada vitaminnya bagus untuk membantu memulihkan tubuh kamu. kamu gak mau cepet cepet ke sekolah dan ketemu temen temen kamu? "
Aku termenung.
"apa kamu mau aku suapin? "
"Enggak, enggak, aku bisa sendiri. "
Aku segera mengambil piring yang berisikan buah dan memakan nya menggunakan tusukan lalu memasukkannya ke dalam mulutku.
"Memakannya membuat tubuhku terasa segar. "
"Aku gak bisa lama lama jenguk kamu, aku pulang dulu, ya. " ucap Erlan sambil mengelus kepalaku.
"Iya kak, makasih ya udah mau jenguk aku. "
Erlan tersenyum lalu melangkahkan kaki dan membuka pintu ruangan kamar. di depan ruangan ku ada Raka yang berdiri sambil menyilang tangan dan kakinya bersender pada dinding dengan kerennya.
"Udah selesai? "
"Ya. "
" Kita bisa tanya dia, apa yang terjadi di toilet. Kita bisa langsung memecahkan kasusnya. "
"Gak boleh! dia bisa keingat pada kejadian itu. kita bisa tanya kalau dia udah bener bener baikan! " Ucap Erlan tegas.
Baru kali ini Raka melihat sosok Erlan yang tegas. Biasanya dia langsung menanyakan pada korban itu.
"Kamu suka sama Luna, kak? " tanya Raka.
"iya." Jawab Erlan.
flashback on
Saat di perpustakaan Raka melihat aku sendirian dan datang mengajak mengobrol. Raka ingin tau apa daya tarik yang membuat Erlan terlihat menyukai ku.
Dia mulai berbicara padaku dan Raka tidak menemukan daya tarik apapun selain sikapku yang sulit di dekati.
"Apa menariknya gadis seperti dia? lebih menarik mrs Hana. "
*Mis. Hana adalah nama instagram anonim yang di pakai Luna. *
"Katanya mis hana yang kamu suka juga gak beda jauh sama Luna? tapi bedanya kamu virtual kan? haha" Erlan menertawakan Raka.
Raka terdiam tak bisa menyangkal. Muka Raka sampai jengkel karena di tertawakan Erlan.