Istri Pengganti

Anna tertidur tengkurap di atas ranjang setelah Leon selesai mengoleskan obatnya. Pria itu pergi setelah mengatakan agar Anna datang ke pesta dalam tiga puluh menit setelah obat meresap. Air mata masih mengenang di pipinya. Mendapat perlakuan keji sejak kecil membuat Mariam dan Laura sebagai momok menakutkan baginya. Sekuat apapun dirinya di luar sana, ia akan lemah ketika dihadapkan dengan dua wanita itu.

Sejak kecil orang-orang menanamkan dalam dirinya bahwa ia memang pantas menerima keburukan itu. Itu adalah karma yang harus dibayar atas perbuatan ibunya.

Seperti ucapan Leon, Anna bergegas menuju pesta. Ternyata Leon menugaskan seorang pengawal di depan kamarnya untuk menuntunnya. Diana yang telah menunggu Anna segera menggandeng tangannya begitu melihatnya. "Kenapa lama sekali turun?" tanya Diana yang berencana memperkenalkannya kepada teman-temannya.

Anna mendesis ketika Diana tidak sengaja merangkul pinggangnya. "Apa apa?" Diana heran.

Anna menggeleng pelan, "Tidak apa-apa Bibi."

Diana memperkenalkan Anna kepada teman-temannya. Beberapa dari mereka dapat menerima kehadirannya. Dan sebagian menatap Anna dengan sinis, tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena Anna adalah menantu orang terkaya di negara ini. Latar belakang Anna yang merupakan anak haram adalah aib yang tidak bisa lekang darinya.

Cukup lama Anna terjebak dalam obrolan formal yang cukup membosankan dengan wanita-wanita sosialita itu. Dia melarikan diri dengan alasan ke kamar mandi. Nyatanya Anna mencari tempat yang sepi, menjauh dari tatapan sinis tamu undangan kepadanya.

Anna memilih bersantai di gazebo, pinggir kolam renang, dimana tidak seorang pun akan menemukannya di sana. Namun, Anna salah total. Ketika ia menuju tempat itu, ternyata ia diawasi oleh beberapa pasang mata. Suara sepatu hak tinggi yang melangkah penuh percaya diri menghampiri Anna. Dua orang wanita yang terlihat begitu cantik dan menawan berdiri di hadapannya. Mereka adalah salah satu di antara tamu yang menatapnya dengan sinis.

Anna mengenal mereka, Jihan dan Nicole, sahabat Laura. Dua gadis ini selalu ikut-ikutan mengolok-oloknya. Kadang perbuatan mereka lebih sadis dari pada Laura. Tentu mereka datang bukan untuk mengobrol santai dengannya. "Wow, kau semakin cantik saja sejak menikahi kekasih kakakmu." sindir Nicole.

"Tentu saja, sekarang dia menggunakan harta Leon yang harusnya milik Laura." balas Jihan.

Karena Anna tidak berkutik, Jihan menoyor kepalanya. "Hei anak haram. Cepat atau lambat, kau akan keluar dari rumah itu. Jadi lebih baik simpan uangmu, karena Paman dan Bibi tidak akan membiarkanmu kembali ke rumah keluarga Adiguna."

Anna memejamkan matanya, rasa sakit terus menghujam ulu hatinya. Anna menunduk, kedua tangannya saling meremas. "Aku bukan anak haram Kak."

Keduanya berdecak kesal, "Bukan anak haram katamu? Sudah jelas ibumu yang j*l*ng itu menggoda ayahnya Laura sampai kau lahir. Tapi mulutmu itu masih berani bahwa kau bukan anak haram?" Nicola memukul kepala Anna, "Astaga. Anak ini perlu disadarkan."

Kedua gadis itu saling memandang hingga sebuah ide muncul di kepala mereka secara bersamaan.

"Kemari, anak gundik!" Keduanya serentak menarik Anna dari kursi. Anna menolak, tapi apa dayanya melawan dua orang yang tengah emosi. Hingga akhirnya Anna terlempar ke dalam kolam renang.

Anna terkesiap ketika seluruh tubuhnya tenggelam. Untungnya dia bisa berenang sehingga dia tidak akan mati sia-sia di sini. Jihan dan Nicole tertawa puas, kemudian pergi sambil mengucapkan sumpah serapah untuknya.

Anna berenang menuju pinggir kolam, sebelum dia naik ke tepi, ia tidak bisa lagi menahan tangisannya. Hatinya disakiti bertubi-tubi oleh setiap orang yang ditemuinya. "Ibu, kenapa kau melahirkanku jika hanya untuk merasakan penderitaan ini." lirihnya.

Setelah hatinya cukup tenang, ia naik ke tepi kolam. Gadis itu hampir tergelincir karena sosok Leon yang ternyata juga ada di sana. Entah sejak kapan pria itu berdiri di sana. Namun yang pasti, ia tidak melihat Leon di sana ketika Jihan dan Nicole menyeretnya.

Anna tidak merasakan tatapan iba dari pria itu. Hanya tatapan datar dan dingin yang tidak bosa ia tebak isi hatinya. "Ikut aku." ucapnya datar seraya berbalik dan berjalan. Pria itu membuka jasnya, lalu melemparnya pada gadis itu. "Jangan biarkan tamu melihatmu berantakan."

Anna mengenakan jas hitam Leon menutupi tubuhnya yang basah kuyup. Gaunnya terasa berat karena basah membuat langkahnya berat mengikuti langkah panjang Leon.

Keduanya sampai di kamar hotel tempatnya semula. Gadis itu masuk ke kamar mandi, sementara Leon duduk di sofa. Ketika Anna berhasil membuka gaunnya dengan susah payah, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka. Leon berdiri di sana dengan sorot mata yang tajam. Pria itu mendekat membuat Anna memekik. "Kenapa kau masuk!" sentaknya sambil menyilangkan tangannya menutupi dadanya. Anna sudah telanjang bulat, berbeda dari sebelumnya ketika Mariam menghukumnya, ia masih memakai g-string menutupi bagian privasinya.

Leon tidak berkutik ia malah lancang menyentuh tubuh Anna, membuat gadis itu mendorongnya. Leon tidak berhenti, meraih tubuh mungil itu kembali, lalu menenggelamkan bibirnya di ceruk leher Anna. Anna terkesiap, sensasi geli akibat nafas Leon yang menderu di kulit halusnya membuat tubuhnya berdesir. Sangat menggoda iman, tetapi prinsip yang dia miliki membuat ia ingin memberontak.

"Lepaskan aku!" Anna meronta, sekuat tenaga mendorong Leon dan ya, pria itu berhasil lepas darinya. Tetapi sebuah kecupan merah berhasil ia tinggalkan di ceruk leher Anna.

"Kenapa kau tidak bersikap seperti ini ketika orang-orang itu menindasmu?" ucap Leon setelah aksi gilanya. "Kalau kau tidak ingin ditindas, melawanlah. Justru akan semakin mudah bagi mereka jika kau hanya diam saja." pria itu kemudian keluar dari kamar mandi membuat Anna terpana akan kata-katanya. Tetapi tetap saja kelakuan pria itu tidak bisa dia maafkan.

Leon menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Memejamkan mata sembari merilekskan otaknya yang berubah menjadi liar saat melihat tubuh sintal Anna. Dua kali ia melihat tubuh Anna hari ini. Bohong jika ia tidak tergoda sebagai laki-laki. Apalagi ketika gadis itu basah kuyup, bagian tubuhnya terbentuk dan menggoda siapa pun yang melihatnya. Tubuh Anna sangat sempurna jika saja bekas luka itu tidak ada. Setiap bagian tubuhnya terlihat begitu indah di matanya.

Oleh karena itu Leon tidak bisa menahan diri ketika Anna masuk ke kamar mandi. Leon memang sengaja menakuti Anna di kamar mandi. Selain karena penasaran dengan tubuh gadis itu, Leon ingin Anna tahu cara melawan ketika ditindas oleh orang lain. Gadis itu terlalu lemah ketika menghadapi keluarga Adiguna.

Leon sadar kenapa ia malah peduli dengan gadis ini. Bukankah ia membencinya selama ini? Karena Laura membencinya, harusnya ia juga ikut membenci Anna. Laura bisa marah jika tahu ia peduli pada adik tirinya ini.