NovelToon NovelToon
PERNIKAHAN DENDAM

PERNIKAHAN DENDAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Pengantin Pengganti / Dendam Kesumat
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Menjelang pernikahan, Helena dan Firdaus ditimpa tragedi. Firdaus tewas saat perampokan, sementara Helena diculik dan menyimpan rahasia tentang sosok misterius yang ia kenal di lokasi kejadian. Kematian Firdaus menyalakan dendam Karan, sang kakak, yang menuduh Helena terlibat. Demi menuntut balas, Karan menikahi Helena tanpa tahu bahwa bisikan terakhir penculik menyimpan kunci kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Flashback – Masa Kecil Karan dan Helena

Matahari sore menyinari halaman rumah besar keluarga Karan.

Helena, gadis kecil dengan rambut hitam panjang terikat pita merah, berlari-lari di taman sambil tertawa riang.

Di sisi lain, Karan kecil, dengan wajah serius tapi hangat, duduk di bangku kayu sambil merangkai sesuatu dari benang dan manik-manik.

“Helena, tunggu sebentar,” panggil Karan, suaranya sedikit terbata.

Helena menghentikan langkahnya, menoleh, matanya berbinar penasaran.

Karan mengulurkan tangannya, memperlihatkan sebuah kalung sederhana yang terbuat dari manik-manik warna-warni.

“Ini, untuk kamu,” ucap Karan kecil sambil tersenyum canggung.

“Kalung?” Helena mengambilnya, menatap manik-manik itu.

“Iya, aku buat sendiri. Aku ingin kamu selalu ingat aku dan janji kita.”

Helena tersenyum malu-malu, tetapi matanya berkaca-kaca.

“Janji apa, Karan?”

“Janji bahwa suatu hari nanti kita akan menikah. Bukan sekarang, tentu saja, tapi kalau kita dewasa. Aku ingin kamu menjadi istriku, Helena.”

Helena menundukkan kepala, memegang kalung itu erat-erat.

“Aku setuju, Karan. Aku akan menunggu hari itu.”

Di sudut taman, Firdaus kecil, adik Karan, duduk termenung sambil menatap adegan itu dengan bibir terkatup rapat.

Ia merasa kecewa dan cemburu melihat mereka berdua.

“Kenapa Karan selalu memperlakukan Helena seperti itu? Dan aku tidak pernah dapat perhatian seperti itu?” gumam Firdaus lirih.

Firdaus berjalan ke taman dan merobek boneka kesukaan Helena.

"Suatu saat nanti aku akan membuatmu jatuh cinta dan melupakan Karan." gumam Firdaus.

Kembali ke masa sekarang dimana Helena sudah berada di tempat yang aman.

Karan duduk disamping tempat tidur istrinya sambil menggenggam tangannya.

Perawat menjahit luka yang ada di kepala Karan karena serpihan kaca.

"Tuan, anda bisa istirahat sejenak." ucap perawat yang sudah selesai menjahit luka Karan.

Karan menggelengkan kepalanya dan ia meminta perawat untuk keluar dari ruangan.

"Helena, jika kamu mendengar suaraku. Aku minta maaf. Aku bodoh, Helena. Kenapa aku bisa melupakan kamu. Tolong buka matamu, Hel." ucap Karan.

Di alam bawah sadarnya, ia kembali melihat halaman rumah besar itu, matahari sore yang hangat, dan Karan kecil yang tersenyum canggung sambil memberikan kalung manik-maniknya.

Helena kecil tersenyum malu-malu, menundukkan kepala saat menyetujui janji itu.

"Helena, jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu, Helena." ucap Karan.

Helena membalikan tubuhnya dan melihat Karan yang ada dihadapannya.

"Karan, kamu tidak mencintaiku. Kamu menghukum ku dan tidak mau percaya sama aku." ucap Helena.

Karan duduk bersimpuh di hadapan Helen dan meminta maaf.

"Kembalilah kepadaku, Hel. Aku janji akan menebus semuanya."

Helena memeluk tubuh Karan dan di tempat yang sama Helena sedang melihat Karan yang sedang menundukkan kepalanya sambil menangis sesenggukan.

"K-kak, apakah kamu sudah ingat siapa aku?" tanya Helena.

Karan mendongakkan kepalanya dan ia langsung memeluk tubuh istrinya.

"Aku minta maaf, Hel. Maaf, sudah menyakiti kamu seperti itu."

"A-aku sudah memaafkan kamu, Kak."

Karan semakin menangis sesenggukan saat mendengar jawaban dari Helena.

Dion dan Bi Fia juga ikut menangis sesenggukan di depan pintu.

"Akhirnya Es yang sedingin itu bisa cair juga, Bi." ucap Dion.

Bi Fia tersenyum tipis dan ia mengajak Dion untuk kembali ke ruangannya.

"Pelan-pelan saja, Dion." ucap Bi Fia sambil memapah tubuh Dion.

Dion terpaksa berjalan menggunakan tongkat karena kakinya yang ikut terluka akibatnya ledakan itu.

Di ruangan lain, Karan masih memeluk tubuh Helena.

"Kak, sudah jangan menangis lagi."

"Jangan panggil aku Kak, panggil aku Karan, sayang atau Mas." pinta Karan.

Helena menutup mulutnya sambil menahan tawanya.

"A-aku panggil Karan saja,"

"Nggak mau panggil, Mas? Mas Karan kan lebih enak di dengar."

Helena tertawa kecil dan mencubit lengan suaminya.

"Kemarin saja aku disiksa seperti itu. Sekarang ngegombal."

Karan tersenyum lelah, wajahnya masih basah oleh air mata.

Ia menatap Helena yang kini tertawa kecil di sisinya, dan untuk pertama kalinya sejak lama, hatinya terasa ringan.

"Aku minta maaf sayang. Aku janji akan menebus nya." ucap Karan.

Helena menganggukkan kepalanya dan ia kembali menggenggam tangan suaminya.

Malam semakin larut, hanya suara detak mesin monitor yang terdengar di ruang rawat itu.

Karan masih duduk di sisi ranjang, jemarinya tak lepas menggenggam tangan Helena.

Helena menatap wajah suaminya yang tampak letih, ada perban di kepalanya, luka gores di pelipis, dan mata sembab bekas tangisan.

“Karan…” panggilnya lirih.

Karan menoleh cepat, seolah takut kehilangan momen sekecil apa pun darinya.

“Iya, sayang? Kamu butuh apa?”

“Aku cuma mau bilang, terima kasih karena kamu nggak pernah nyerah sama aku. Walau aku sempat marah, kecewa, bahkan benci, tapi kamu tetap ada di sini.”

Ia menggeleng pelan, lalu mengangkat tangan Helena ke bibirnya, menciumnya dengan lembut.

“Seharusnya aku yang berterima kasih, Hel. Karena meski aku sudah menyakitimu, kamu masih bertahan. Kamu masih mau kasih aku kesempatan.”

“Kalau kita dulu bisa janji di masa kecil, kenapa sekarang tidak bisa menepati? Aku ingin kita benar-benar memulai dari awal lagi, Karan. Tanpa kebohongan, tanpa keraguan.”

“Aku janji, Hel. Mulai detik ini, tidak ada lagi rahasia. Aku akan percaya sepenuhnya padamu. Dan aku akan mencintaimu bukan hanya dengan kata-kata tapi dengan sikap, setiap hari.”

“Kalau begitu, mulai malam ini, aku resmi panggil kamu Mas Karan,” ucap Helena sambil tersenyum malu.

Disaat mereka sedang mengobrol tiba-tiba dokter masuk kedalam dan memeriksa keadaan Helena.

Karan melihat Helena yang tersenyum tipis ke arahnya.

"Bagaimana keadaannya, dok? Apakah semuanya baik-baik saja?" tanya Karan.

"Syukurlah semuanya baik-baik saja dan jangan lakukan kekerasan lagi, Pak Karan. Saya akan melaporkan anda ke kantor polisi jika masih menyiksa Nyonya Helena." jawab dokter.

"Dokter, boleh suntik mati saya jika saya masih melakukan kekerasan lagi." ujar Karan.

Helena yang mendengarnya langsung mencubit perut suaminya.

"Kalau kamu melakukannya lagi, Mas. Aku akan pergi jauh dan tidak akan kembali." ancam Helena.

"Aku janji tidak akan melakukannya lagi, sayang."

Dokter tersenyum kecil dan keluar dari ruangan itu.

Disaat bersamaan tiba-tiba mereka kedatangan beberapa polisi.

"Apakah anda Tuan Karan?" tanya Kompol Albertus.

"Iya saya. Ada kepentingan apa?" jawab Karan.

"Anda kami tangkap karena sudah menyiksa dan meledakkan rumah sakit ini." ujar polisi yang langsung memborgol tangan Karan.

Helena mencoba menahan mereka yang akan membawa Karan pergi.

"Pak, saya ada buktinya jika suami saya bukan yang meledakkan rumah sakit ini!"

Helena memberikan ponselnya yang dimana Firdaus mengirimkan pesan kepada Karan.

"S-sayang, kamu menyadap ponselku?' tanya Karan.

"Iya, Mas. Aku terpaksa melakukannya." jawab Helena.

Polisi kembali membuka borgol yang ada di tangan Karan.

"Soal luka ini, bukan suami saya yang melakukannya. Saya terjatuh dari kamar mandi." ucap Helena.

Karan melihat istrinya yang sedang melindunginya.

Polisi menghela nafas panjang dan mereka meminta maaf kepada Karan yang tadi akan menangkapnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!