Penyihir yang menjadi Buku Sihir di kehidupan keduanya.
Di sebuah dunia sihir. Dimana Sihir sudah meraja rela, namun bukan berarti tidak ada Pendekar dan Swordman di Dunia Sihir ini.
Kisah yang menceritakan pemuda yang memiliki saudara, yang bernama Len ji dan Leon ji. Yang akan di ceritakan adalah si Leon ji nya, adek nya. Dan perpisahan mereka di awali ketika Leon di Reinkarnasi menjadi Buku Sihir! Yang dimana buku itu menyimpan sesuatu kekuatan yang besar dan jika sampulnya di buka, maka seketika Kontrak pun terjadi!.
"Baca aku!!" Kata Leon yang sangat marah karena dirinya yang di Reinkarnasi menjadi Buku. Dan ia berjanji, siapa pun yang membaca nya, akan menjadi 'Penyihir Agung'!. Inilah kisah yang menceritakan perjalanan hidup Leon sebagai Buku Sihir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karya Penulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
'Hm.. Mungkin segitu dulu, nanti bila ada yang ketinggalan akan aku beri tahu pada mu..'
Rafael menyudahi ceritanya. Ia duduk sekarang, masih di tempat yang sama.
Dan cerita itu sudah cukup membuat Leon lebih mengenal Rafael. Bagi Leon, cerita itu tiada bedanya dengan cerita masa lalu nya.
"Wah... Cerita kita mirip yah...." Kata Leon. Ia juga tahu rasanya jadi Rafael saat itu.
"Kau melewati masa masa yang suram..." Leon lanjut berkata. Ia juga tahu bahwa dirinya juga sama suramnya.
'Menurutku, lebih ke unik dari pada suram, mungkin?..' Rafael berkata dalam telepati. Menurutnya ceritanya itu unik, bukan suram, karena, karenanya pulalah ia sampai di sini. Dan menurut Rafael, perjalanannya berlika-liku, dan banyak pengalaman yang unik -baginya- yang ia dapat.
"Mungkin menurut mu~ Sekarang giliranku.." Leon hendak akan bercerita, tetapi Rafael memotong nya.
'Tidak perlu.. Aku juga tidak tertarik dengan cerita mu, cukup hanya kau bilang Cerita kita sama sama suram saja sudah membuat ku mengerti..'
Rafael hanya beralasan, sebenarnya ia memang benar benar tidak tertarik dengan cerita masa lalu siapapun. Ia tidak peduli itu.
"Okelah.. Aku pun juga muak menceritakannya, mengingat ayah dan Len. Dasar!" Leon tidak bisa menahan emosinya. Mengingat, bahkan menyebut namanya saja membuatnya kesal, apalagi bercerita tentang masa lalu nya-sangat suram dan menyedihkan.
"Oke... Lupakan. Ayo kita mulai pembelajaran nya" Leon lanjut berkata, ia tidak mau berlama lama lagi. Ia harus segera memulai pembelajaran nya, mengambil kesempatan waktu dalam hukuman ini. Dan menjadikan waktu hukuman sedikit berguna, dengan diisi pembelajaran Sihir.
'Pertama tama.. Bolehkah aku bertanya?... Sihir macam apa yang akan kau ajarkan? Apa inti, atau Elemen dasarnya?..'
Rafael menanyakannya, karena ia juga tidak mau belajar dengan Elemen yang aneh aneh. Apalagi ia ahli di fisik, bukan di Sihir, pikirnya.
"Pertanyaan bagus.. Akan ku jawab.." Leon menjawabnya, ia memejamkan matanya sembari tersenyum, dengan mengangkat telunjuk nya menunjuk langit.
"Sihir yang aku ajarkan akan berpusat pada Nada" Lanjut Leon. Kata kata nya sangat mengejutkan Rafael.
Kata Nada, benar benar unik, bahkan tidak satupun orang yang mempelajarinya. Itu benar benar di luar dugaan.
Yang membuat Rafael yang mendengar nya melebarkan matanya, ia sebenarnya ingin marah. Mana mungkin Nada bisa menjadi senjata Sihir?! Pikir Rafael. Ia tidak habis pikir.
Itu benar benar akan membuat nya menjadi yang terlemah, pikir nya.
"Hey, kau gila ya?! Mana mungkin aku mau belajar Sihir yang sangat lemah itu!" Ucap lirih Rafael. Ia menahan suaranya, sebenarnya ia benar benar ingin melepaskan teriakannya.
"Hey.. Jangan asal bicara kau! Kau mana tahu Nada! Itu bukan hanya mematikan, tetapi sangat dahsyat! Jangan meremehkannya!"
Leon membela ucapannya. Ia juga marah karena dikatain gila oleh Rafael. Baginya Sihir Nada itu sangatlah kuat. Tidak ada masalah di situ, pikirnya.
"Agh!.. Pak tua..! Pak tua!" Rafael berkata lirih lagi. Ia memegang dahinya. Tidak habis pikir dengan cara kerja otak Leon.
"Hey! Jaga bicaramu nak!! Aku ini emang tua, tapi berpengalaman!" Leon membentak. Ia sama sekali tidak terima dengan perkataan Rafael. Itu membuatnya marah. Bukannya berterima kasih sudah mengajari nya Sihir Nada, ini malah mengejeknya! Benar benar tidak tahu berterima kasih! Pikir Leon.
Mereka adu mulut sekarang, dengan Rafael yang tetap menjaga suaranya.
Bukan sebentar mereka ber-adu mulut, hampir melewati 30 menit. Mereka mengeluarkan isi hati mereka dengan amarah. Saling memancing emosi satu sama lain.
Tidak ada yang menjadi penengahnya, itulah jadinya, bisa sampai 30 menit-an.
Dengan Rafael yang tidak terima jenis Sihir yang akan ia pelajari, dan Leon yang juga tidak terima dengan sikap Rafael yang merendahkan jenis Sihir itu. Mereka sama sama keras dalam keputusan yang egois. Tetap bersikeras dengan argumen argumen mereka.
Sampai Rafael mengalah. Dan itu lebih dari 30 menit.
'Baiklah baiklah.. Aku akan melihat, bagaimana Sihir Nada ini..' Rafael mengalah. Ia mengakui kesalahannya. Seharusnya ia dengar dulu penjelasan Leon.
"Nah.. Gitu kek.. Duh.. Naik tensi ku.." Sembari memegang dahinya.
Walau fisik nya muda, tapi Leon sudah hidup bertahun tahun. Ia sudah lebih dari kakek kakek umurnya.
'Cepat.. Biar aku dengarkan' Rafael sedikit lebih kalem sekarang. Walau sebenarnya benar benar masih tidak terima, dan marah.
"Oke.. Jadi begini.. " Leon Menarik nafas, ia ingin menjelaskannya dengan jelas dan dapat dimengerti.
"Nada itu ada 4 nada dasar, Mayor, Minor, Augmented , Diminished. Dan yang akan kita pelajari, adalah Mayor dahulu, dimana nada Mayor untuk penyembuhan dan pertahanan. Ini cocok untuk saat kau sedang terluka, atau terdesak"
"Dan kita akan belajar Sihir Mayor, di mulai dari nada C Mayor, atau sama dengan Do. C Mayor untuk penyembuhan, ia melibatkan Mana yang banyak"
Leon Menjelaskannya, ia tampak ahli dalam menjelaskannya, ia benar benar ahli dalam bidang Nada, itu karena sebelum ia jadi buku, ia juga penyihir Sihir Nada.
'Aku tidak butuh penyembuhan..' Rafael memotongnya. Ia tampak tidak tertarik sama sekali. Penyembuhan? Bukan lah tipeku, pikirnya. Ia tipe petarung.
"Iya.. Aku tahu itu, tetapi ini bukan untuk support atau semacamnya, ini bisa memulihkan luka luka mu bila kau bisa menguasainya dengan hebat. Dan C Mayor ini menyembuhkan luka fisik. Itu sangat berguna! Apalagi bila mencapai tingkat Dewa! Percayalah.."
Leon tampak meyakinkan Rafael. Menurutnya ini akan sangat berguna di pertarungan nanti. Bukan hanya membuat unggul di serangan, tetapi juga di pertahanan.
'Menyembuhkan luka fisik?.. Lumayan.. Akan aku coba. Dan sekarang C Mayor ku tingkat apa?' Rafael menerimanya. Ia tampak sedikit mengakui kehebatan teknik itu. Ia juga membutuhkan penyembuhan rupanya.
"Sekarang C Mayor mu tingkat Pemula. Ada Menengah, Lanjutan, lalu Dewa" Leon menjelaskan lagi. Namun kali ini sedikit singkat.
"Kalau begitu, tanpa basa basi.. Langsung keintinya. Kau bisa keluarkan Mana?" Leon mengubah suasananya. Semakin menjadi lebih serius dari sebelumnya.
Karena inti dari Sihir Nada adalah penggunaan Mana.
'Bisa.. Tapi sepertinya tidak banyak' Rafael menjawabnya. Ia sedikit ragu saat mengatakannya. Ia juga jarang menggunakan Sihir. Ia lebih sering menggunakan tinjunya.
"Coba tunjukan, aku ingin melihatnya" Leon menyuruhnya mengeluarkan Mana nya. Walau Leon tahu itu tidak lah mudah untuk Penyihir tingkat Novice.
Sing
Cahaya biru keluar dari tubuh Rafael. Mengelilingi seluruh tubuhnya.
"Warna biru?.. Kau harus mengubahnya menjadi lebih hebat. Mana mu ini tidak akan sanggup mempelajari Sihir Nada. Kau harus memurnikannya" Leon menilainya begitu.
Baginya Mana Rafael tidaklah murni. Tercampur dengan kekuatan kekuatan yang tidak memurnikan.
'Jadi aku harus bagaimana?..' Rafael bingung. Ia juga baru belajar Mana di kelasnya. Mana lah tahu ia yang begituan.
"Mudah saja.. Kau hanya perlu bermeditasi. Tenang kan dirimu. Duduklah bersila" Leon memberinya arahan.
Dan Rafael mengikutinya, ia mengikuti setiap kata kata Leon. Tampak nya ia tidak lagi marah seperti sebelumnya, ia lebih menerimanya sekarang.
Sekarang Rafael duduk bersila di tanah. Ia memejamkan matanya, merasakan aliran aliran Mana dalam dirinya.
"Kau harus tegak agar aliran Mana nya tidak terhambat" Kata Leon.
Dan dengan cepat Rafael mematuhinya. Seketika tubuhnya menegak sempurna. Dengan tangan di kepal di kedua lutut.
Ia memulai merasakan alirannya kembali.
"Apa yang kau rasakan?" Tanya Leon tiba tiba. Namun itu tidak membuat Rafael kaget.
'Aku.. Merasakan bahwa, Mana ku sedang mengalir, dan itu berpusat di kepala' Rafael menjawabnya. Ia masih memejamkan matanya.
'Kepala?!' Leon kaget dalam batin. Ia tidak menyangka Rafael bisa melakukannya. Itu benar benar langkah, dan hanya bisa di lakukan oleh yang terpilih terpilih saja. Bahkan Penyihir Agung pun tidak akan bisa.
Namun sepertinya Leon lupa, bahwa ia menggunakan Sihir Telepati sekarang. Alhasil Rafael mengetahuinya.
'Emang nya kenapa bila ia berpusat di kepala?..' Rafael bertanya. Ia mendengar nya dengan jelas apa yang di katakan Leon. Itu membuat Rafael sedikit penasaran.
"Ah.. Tidak apa..." Leon sedikit canggung. Ia tidak mau memberitahu itu kepada Rafael. Ia akan merahasiakannya sampai tiba waktunya. Karena itu bukanlah hal yang perlu diketahui anak yang berumur 14 tahun.
Rafael curiga. Tentu saja ia curiga. Padahal jelas jelas ia mendengar Leon mengatakannya dengan nada terkejut. Seolah tidak percaya dan itu adalah sesuatu yang yang istimewa.
"Oke.. Selanjutnya, pegang hatimu. Lalu tangan kiri mu di angkat ke atas, seakan menggapai langit" Pinta Leon lagi. Arahannya benar benar tidak di mengerti oleh Rafael sama sekali. Walau begitu ia tetap melakukannya, dengan tanpa tahu apa gunanya.
"Oke... Lalu biarkan Mana mu mengalir di tangan kanan mu itu. Dan rasakan juga tangan yang kiri mu. Bukan Mana mu, tetapi Mana alam semesta. Rasakan.." Leon benar benar serius memberi arahannya. Karena tahap ini benar benar bahaya. Kalau gagal, maka kepala Rafael akan meledak dan hancur tidak bersisakan, seperti tragedi kematian peng-kontrak Leon yang pertama.
Tetapi dikarenakan Mana Rafael yang tersimpan di kepala, maka itu kemungkinan besar tidak terjadi. Karena kepala-lah yang akan menampung Mana alam semesta. Dan kebanyakan orang tidak sanggup, lalu kepalanya meledak. Dan hanya akan menyisakan badan saja. Itu sangat mengerikan. Dan Leon telah menyaksikannya.