NovelToon NovelToon
Hingga Aku Tak Lagi Menunggu

Hingga Aku Tak Lagi Menunggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nclyaa

Asha, seorang gadis muda yang tulus mengabdikan diri di sebuah rumah Qur'an, tak pernah menyangka bahwa langkah ikhlasnya akan terseret dalam pusaran fitnah. Ia menjadi sasaran gosip keji, disebut-sebut memiliki hubungan gelap dengan ketua yayasan tempatnya mengajar. Padahal, semua itu tidak benar. Hatinya telah digenggam oleh seorang pemuda yang berjanji akan menikahinya. Namun waktu berlalu, dan janji itu tak kunjung ditepati.

Di tengah kesendirian dan tatapan sinis masyarakat, Asha tetap menggenggam sabar, meski fitnah demi fitnah kian menyesakkan. Mampukah ia membuktikan kebenaran di balik diamnya? Atau justru namanya akan terus diingat sebagai sumber aib yang tak pernah ia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nclyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Warna warni sebelum hari H

"Alhamdulillah, cair juga dananya! Kita belanja abis maghrib aja ya," kata Asha saat melihat notifikasi uang masuk.

Naira mengangguk cepat. "Boleh Sha, biar santai juga kalo udah sholat,"

"Yaudah kita sholat dulu, abis sholat langsung berangkat aja biar gak kemaleman pulangnya." balas Asha yang diangguki Naira.

Sekitar 45 menit setelah berbuka dan sholat maghrib, mereka bertiga sudah tiba di halaman toko serba ada, yang juga dikenal sebagai toko kelontong rumah Qur'an (karena seringnya para asatidz dan asatidzah berbelanja di toko tersebut). Letaknya lumayan jauh dari rumah Qur'an.

Toko itu sederhana, tapi cukup lengkap. Di dalamnya, rak-rak kayu dipenuhi berbagai barang seperti alat tulis, perlengkapan sekolah, pernak-pernik, bahkan mainan anak-anak. Aroma plastik baru dan kertas menggantung di udara, bercampur dengan wangi sabun dan kapur tulis.

Mereka pergi menggunakan taksi online, agar lebih memudahkan mereka ketika membawa barang saat pulang nanti. Salah satunya, agar mereka tetap bisa pergi bertiga jika menggunakan taksi online.

Sesampainya disana, mereka segera memasuki area toko tersebut. Mereka mulai menyisir toko dengan semangat, Rayna langsung terpikat oleh rak berisi mug-mug kecil dengan gambar hewan lucu. Ia memegang satu dan mengangkatnya tinggi

"Tuh, Shaa! Lucu banget kan?" Rayna menunjukkan mug tersebut pada Asha.

"Coba liat harga satuannya Ray, harus sesuai budget." jawab Asha yang dibalas anggukan oleh Rayna.

Sementara itu, Naira sibuk mengelompokkan alat tulis yang disusun dalam kantong plastik, seperti pensil warna, penggaris mini, penghapus karakter, dan notes kecil. Ia menghitung jumlahnya satu per satu, memastikan semuanya sesuai target.

Asha, yang sejak tadi diikuti oleh Rayna pun segera menjauhkan diri dari manusia satu itu. Ia mengecek kualitas barang satu per satu, memeriksa satu persatu barang yang mereka beli Memastikan mug tidak retak, notes tidak lecek, dan pensil berfungsi dengan baik. Memastikan semuanya sudah dibeli sesuai jumlah dan budget yang mereka catat tadi, dan tentunya tidak sekadar asal pilih.

"Sha, kamu liatin satu-satu gitu, kesannya kayak lagi seleksi calon suami," celetuk Rayna sambil tertawa.

Asha hanya menoleh singkat, bibirnya mengulas senyum samar. "Kalau dikasih ke anak-anak, harusnya yang bagus, kan?"

Rayna dan Naira saling pandang. Naira memelototi Rayna, membuat Rayna tersenyum canggung. Rasanya ia ingin sekali membungkam mulut Rayna, sudah tahu Asha sedang menjauhkan diri dari mereka karena hal yang bersangkutan, Rayna malah menambahkan dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya itu.

"Hehe, becanda doang Sha," ucapnya tersenyum takut.

Asha hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Rayna, meskipun usianya lebih muda dari Rayna, tapi ia lebih dewasa ketimbang temannya itu.

Setelah hampir satu jam memilih, mereka akhirnya selesai belanja. Kasir mencatat semua dalam buku nota besar, lalu memberikan potongan harga yang membuat Rayna hampir bersorak kegirangan. Setelah membayar, mereka pun keluar toko sambil menenteng 4 kantong besar berisi hadiah-hadiah yang dipilih dengan sepenuh hati.

Perjalanan pulang mereka diiringi cahaya keemasan matahari sore yang perlahan turun. Di sepanjang jalan, suara Rayna masih mendominasi dengan rencana-rencana kocaknya tentang penutupan nanti. Mulai dari ide memakai topi ulang tahun untuk anak-anak, sampai lomba joget alfabet untuk kelompok terakhir.

Naira mengimbanginya dengan ide-ide lebih realistis, seperti susunan acara dan penanggung jawab tiap segmen. Sementara Asha, meskipun tidak banyak menyela, menyimak semua dengan baik. Ia menyimpan setiap ide dalam benaknya, karena ia tahu, dua hari lagi, momen yang akan dikenang anak-anak itu harus sempurna.

"Mumpung masih jam 9, beli cemilan malem dulu yuk," ajak Asha pada kedua temannya.

"Tumben Sha, biasanya males banget makan cemilan malem-malem," ucap Naira dengan herannya.

Benar, Asha memang sedang berusaha menghindari untuk memakan camilan di malam hari. Itu karena jika dirinya tetap melakukan kegiatan tersebut secara terus menerus, maka esok paginya ia akan merasakan sakit di area perutnya.

"Kali-kali Nai," kekeh Asha.

"Yaudah kalo gitu, mau beli apa?" tanya Naira mengedarkan pandangan nya ke sekeliling.

"Ih ada telor gulung Sha, Ray!" tunjuk Nai semangat pada gerobak telur gulung yang berada tepat di pinggir jalan.

"Kamu mau itu Nai?" tanya Rayna menatap binar mata Naira.

"Kalian gak mau?" balas Naira pada keduanya.

"Aku sih ngikut aja, kalo kamu Sha?" jawab Rayna menoleh pada Asha yang masih mengedarkan pandangan nya pada beberapa gerobak jualan yang ada disana.

"Eh ada martabak, kalian beli telor gulung nya aja, aku mau beli martabak dulu, biar gak buang-buang waktu." ucap Asha pada teman-temannya.

"Yaudah kalo gitu," balas mereka berdua.

Mereka bertiga pun segera menghampiri pedagang telur gulung dan juga martabak manis. Asha sangat menyukai makanan manis, ia bahkan bisa makan coklat sebanyak mungkin dalam sehari jika suasana hatinya sedang buruk.

"Mang saya mau beli rasa coklat keju ya," ucap Asha saat dirinya tiba di pedagang martabak.

"1 porsi aja neng?" tanya si penjual.

"2 mang, rasanya sama ya coklat keju." jawab Asha.

"Oke neng, tunggu disana dulu ya. Ini amang lagi buat untuk customer yang duluan dateng sebelum neng tadi," ucapnya pada Asha.

"Iya mang gapapa," balas Asha yang baru saja mendudukkan bokongnya.

Di sisi lain, dua pria tengah berdiri di depan deretan rak berisi dekorasi pesta. Dafa dan Fahmi, dua panitia acara, tampak sibuk memilih ornamen yang tepat untuk acara yang tinggal dua hari lagi. Biasanya, urusan dekorasi seperti ini ditangani bersama para asatidzah, namun kali ini mereka berdua harus turun tangan sendiri karena para ustadz dan asatidzah sudah diberi amanah lain.

Mereka berdiri cukup lama di lorong yang dipenuhi pita, balon, tirai gantung, dan bunga sintetis. Kebingungan mulai melanda keduanya, banyaknya barang membuat keduanya tampak bingung harus memilih yang mana.

"Tema kali ini apa sih sebenernya?" tanya Dafa, menyipitkan mata ke arah papan tulisan tema yang diketik buru-buru dan difotokopi buram.

"Katanya sih, 'Merajut Ukhuwah dalam Bingkai Ilmu',” jawab Fahmi, mengerutkan kening sambil memegang dua gulung kain tirai, satu biru laut dan satu putih bersih.

Dafa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ukhuwwah yaa… Jadi kita butuh warna yang lembut tapi kuat, gitu?" tanyanya pada Fahmi yang diangguki oleh pria itu.

Mereka mulai berdebat kecil. Fahmi ingin warna krem dan emas karena katanya elegan. Dafa bersikeras biru putih lebih menenangkan. Perdebatan berlangsung cukup lama, hingga seorang pegawai toko lewat dan berkata,

"Kalau mau netral, abu-abu juga bagus, loh." ucap si pegawai memberikan usulan pada keduanya.

Keduanya langsung menoleh bersamaan dan menjawab, "Enggak, nanti suasananya kayak orang lagi berduka."

Dafa mengangkat kain warna pink pastel, kemudian segera mendekati Fahmi dan berkata,

 "Gimana kalo yang ini? Biar kesannya lembut dan penuh cinta ukhuwah." ucapnya dengan membentangkan kain berwarna pink pastel.

"Kalo warna ini yang dipasang, yang ada dikira kita mau bikin acara khitbah massal, Dafa.” ucap Fahmi memegang kain yang dibawa Dafa tadi.

"Siapa tau jadi wasilah jodoh buat yang hadir nanti." celetuknya asal.

"Yang hadir atau yang masang dekorasi?" balas Fahmi dengan sedikit tawa kecilnya.

"Ya dua-duanya kalo bisa," tumpal Dafa cekikikan.

"Kalo biru sama putih, kesannya kayak lagi acara ulang tahun Daf," ucapnya menatap 2 kain yang berada di keranjang belanjaan.

"Trus warna apa dong? Bingung ane Mi." balas Dafa.

"Ini cocok nggak buat suasana tobat?" jawab Fahmi dengan menunjuk kain berwarna hitam dan juga merah.

"Jatohnya kayak lagi ritualan Mi, gak lucu kan kalo anak-anak nanti dikira tuyul di acara ritual," ujar Dafa dengan tawa jahilnya.

"Ya udah makanya, biru putih aja. Aman, tenang, bersih, Islami.” lanjut Dafa yang kekeuh ingin mendekorasi tempat penutupan program pesantren kilat dengan kedua warna tersebut.

"Tapi jangan salahin ane ya kalo nanti ada yang bilang dekorasinya kayak ulang tahun anak-anak," gurau Fahmi.

"Yang penting bukan dibilang kayak acara ritual kumpulin tuyul," balas Dafa tersengum.

"Oke kalo gitu deal ya biru putih," ucap Fahmi ynag diangguki oleh Dafa

1
Takagi Saya
Aku suka gaya penulisanmu, jangan berhenti menulis ya thor!
Nclyaa: Timakaci❤
total 1 replies
°·`.Elliot.'·°
Kreatif banget!
Nclyaa: timakaci ❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!