Ini hanya cerita karangan semata. Semoga bermanfaat.
Ini kisah cinta Viola Armada dan Yuko Eraser. Di lengkapi dengan misteri di balik kematian Lazio Eraser, Daddy nya Yuko Eraser.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07
DIBACA YA, KASIH LIKE SAMA KOMEN BIAR AUTHOR SENENG DAN SEMANGAT DOUBLE UPDATE.
...----------------...
"Daddy kamu!?" Victor sedikit terkejut.
Yuko mengangguk pelan dengan kepala yang mengingat kapan hari itu terjadi.
"Waktu itu aku dan Daddy berangkat bersama dengan kendaraan sendiri-sendiri. Daddy dengan mobil ingin menuju kekantor dan aku dengan motor ingin ke sekolah. Dan kami harus berhenti karena didepan ada lampu merah. Tapi saat aku berhenti, mobil Daddy yang didepanku terus melaju dan kecelakaan tak terelakan, Daddy meninggal saat itu juga."
Victor menepuk bahu Yuko, menguatkan. "Kapan hari Daddy kamu kecelakaan, Yuko?"
"Hari minggu tanggal dua, Om. Belum ada sebulan. Baru beberapa hari,"
"T-tanggal dua?!" Victor terkejut, dia menatap Yuko cukup serius.
Yuko mengangguk. "Iya, Om."
"S-siapa nama Daddy kamu? Siapa tahu beliau termasuk klien bisnis Om," Victor mengingat beberapa hari lalu saat dia berhasil membereskan seseorang yang telah mencelakai mendiang Johan dan Talita bersama orang-orangnya, yaitu tuan Laerrr, Lazio Eraser nama lengkapnya.
Yuko membuang napas, dia menguatkan hati sebelum mengucapkan nama Daddy yang sangat dia sayangi. "Laerrr, Lazio Eraser,"
"A-APA?!" pekik Victor, Sera, dan Viola dalam hati. "Lazio Eraser?! Bukankan dia adalah? Oh Ya Tuhan, ternyata Yuko adalah anaknya tuan Laerrr, pembu.nuh?!" lanjut mereka dalam hati.
Viola meneguk ludah. Dia tidak menyangka jika akan berteman dengan anak dari pembu.nuh mendiang Daddy dan Mommy. Mengapa bisa kebetulan sekali? Padahal di Amerika sini cukup luas.
Viola menghela pelan namun napasnya terdengar berat, disudut hati kecilnya sebenarnya ada sepercik rasa untuk Yuko. Tetapi, setelah mendengar fakta tentang Yuko, Viola merasa dilema. Haruskah dia menjauh dari Yuko? Tapi...
Yuko mengusap sudut matanya. Lalu mengusap hidungnya yang sedikit keluar air. "Maaf, Om, Tante, Viola, aku malah membuat suasana menjadi melow begini,"
"Tidak apa-apa. Ya sudah, kamu pulang dulu saja Yuko, takutnya kamu dicari oleh Mommy kamu. Pulang sekolah tadi langsung kesini, kan?" Sera bersuara, sambil memperhatikan Yuko yang masih mengenakan seragam sekolah.
Yuko tersenyum malu. "Baik, Tante. Aku permisi," pamitnya, dan keluar dari ruang rawat Viola.
Victor dan Sera serta Viola terdiam setelah Yuko tidak ada di antara mereka. Ot.ak mereka berpikir keras, berusaha tidak percaya pada apa yang baru saja di dengarnya saat Yuko bercerita.
Tapi untuk Victor, dia benar-benar sulit untuk mengelak. Dia melihat dengan sendirinya waktu kejadian kecelakaan itu. Victor melirik sekilas Viola yang sedang melamun. Victor juga tak menyangka jika selama berada di Amerika sini Viola berteman dengan anak si pembu.nuh itu.
"Viola, mulai saat ini tolong jauhi Yuko,"
Viola dan Sera menatap Victor cepat dengan jantung berpacu menggil4. Tebakannya sudah tak meleset lagi. Pasti ini yang akan terucap dari bibir sang kepala keluarga.
"Tapi, Pa. Apa perlu segitunya? Yuko kelihatannya anak baik-baik," Sera memberi pendapat. Apa lagi saat menatap dari gerak-gerik dan cara Yuko menatap Viola terlihat sangat berbeda dari hanya seorang teman. Sera menafsir jika Yuko memiliki rasa pada Viola.
Viola hanya bisa diam. Toh, apa yang ditanyakan oleh Mama sudah mewakili perasaannya. Sebagai anak angkat, Viola tidak mau banyak bertingkah, Viola hanya akan mematuhi apa yang sekiranya orang tua angkat perintahkan dan izinkan.
"Dia baik. Dia memanglah baik. Tapi tidak tahu ketika Yuko sudah mengetahui semuanya. Apakah Yuko akan tetap baik setelah tahu Daddy nya meninggal ada campur dari tanganku juga?"
Sera menghela, dia menekuk kedua tangan dipinggang, bibir bagian bawah dia gigit pelan. "Tapi kamu harus bertanya dulu pada Viola. Apakah kamu mau mengikuti perintah Papa, Vio?" Sera menatap Viola cukup serius, Sera mencoba memahami dan membaca dari ekspresi wajah Viola saat ini.
Viola menatap Papa dan Mama bergantian. Di satu sisi menyukai Yuko, di sisi yang lain Viola tak suka jika mengecewakan Mama atau pun Papa. "Vio nurut apa kata Papa saja," jawabnya kemudian.
Satu bulan kemudian.
Karena Viola sudah sembuh, luka jahitan di kening Viola juga sudah mengering. Victor bersama Sera berniat pulang ke Indonesia hari ini. Tetapi, Viola sejak tadi merengek untuk ikut pulang ke sana.
Victor dan Sera bertatap mata melihat Viola yang sekarang malah menangis seperti anak kecil. Hati Victor dan Sera merasa trenyuh melihat Viola sesedih itu. Dari sikapnya yang seperti itu Viola memang terlihat benar-benar tidak menginginkan di sini lagi.
Sera menghela pelan, berusaha tetap bicara lembut pada Viola supaya anak gadisnya ini menurut dan mau di tinggal. Bukannya apa-apa, alasan mengapa Victor dan Sera memilih Viola untuk bertahan mengenyam pendidikan di Amerika sini karena Viola mendapat bea siswa dari sekolahnya yang dulu.
Sangat di sayangkan bagi Victor dan Sera yang selama ini kedua putranya tak pernah mendapatkan kesempatan emas ini. Jadi, di saat mendengar dari kepala sekolah jika Viola mendapat bea siswa dari sekolahnya yang dulu, Victor dan Sera sangat bahagia. Sangat-sangatlah bahagia. Menurut Victor dan Sera, sayang sekali jika bea siswa itu di tinggalkan begitu saja.
"Sayang, Viola. Katanya kamu ingin membuat Mama dan Papa bangga, kan? Jadi kamu harus bertahan sekolah di sini. Pulanglah jika kamu sudah berhasil meraih cita-cita mu, oke? Mama dan Papa selalu menyayangi kamu," bujuknya dan memeluk Viola yang menangis.
"Tapi, Ma. Di sini banyak hantunya. Aku takut sendirian. Aku mau ikut kalian saja, huhuhuuu..." tangis Viola malah semakin kencang.
Victor menatap Sera dan Viola yang berpelukan, tangannya terangkat dan memijat pelipis yang tiba-tiba nyeri. Victor kasihan pada Viola harus tinggal disini sendirian. Tapi...
"Ya sudah, untuk sementara waktu Papa dan Mama akan tinggal di sini. Biarlah urusan perusahaan Satria dan Keanu yang belajar mengurusnya. Sudah, Viola. Jangan menangis lagi, ya? Atau Papa akan di genta.yangi Daddy dan Mommy kamu karena sudah membuat kamu menangis," Victor mengalah karena benar-benar tidak tega.
Viola tersenyum dan melepas pelukan pada Mamanya. Mengusap air mata dan berganti memeluk Papa. "Terima kasih, Pa. Aku senang banget,"
Victor tersenyum dan membalas pelukan Viola. "Itu yang Papa dan Mama harapkan."
Sementara itu, ditempat lain, Lova baru saja pulang dari mengantar Yuka ke sekolahnya. Begitu turun dari mobil, Lova masuk kedalam rumah. Begitu sampai di kamarnya, Lova mendengar suara gemericik air dari kamar mandi miliknya.
Lova mengerut kening, bukankah Yuko dan Yuka sudah berada disekolah? Lalu siapakah yang berada didalam sana?"