Zely Quenby, seorang gadis yang bekerja di sebuah perusahaan. ia hanya seorang karyawan biasa disana. sudah lama ia memiliki perasaan cinta pada Boss nya yang bernama lengkap Alka farwis gunanda. Hingga timbul lah tekad nya untuk mendapatkan Alka bagaimana pun itu. meskipun terkadang ia harus menahan rasa sakit karena mencintai seorang diri.
bagaimana yah keseruan kisah antara Alka si bos galak dan crewet dengan gadis bermulut lembek itu?
pantengin terus yah, dan jangan lupa untuk tekan favorit biar bisa ngikutin cerita nya😍.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sopiakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. aku bingung
Hening dan terdiam, Zely masih berdiri di depan pintu rumah seolah berat rasanya untuk masuk ke dalam. Kejadian tadi benar-benar membuat ia sangat menderita hati bahkan merasa sangat ingin mengakhiri hidupnya. Jujur saja keinginan untuk segera menghilang dari dunia ini masih ada dalam benaknya namun ia masih menimbang-nimbang lagi untuk kesekian kalinya.
"Aku benar-benar sangat tidak ingin melihat ibu untuk malam ini,"gumam Zely dengan pelan.
Ia masih berdiri disana seperti seorang gadis yang tidak diperbolehkan untuk masuk, berat dan sangat berat.
Tiba-tiba pintu rumah terbuka memperlihatkan ibunya yang hanya mengenakan rok mini dan tanktop saja. Ia sedikit kaget melihat Zely namun kembali lagi dengan ekspresi seolah tidak perduli.
"Banyak drama, ngapain lari kalau kembali lagi?" Kesal ibunya sedikit meledek.
Zely meremas bajunya dan menahan rasa kesalnya. Namun ia benar-benar tidak bisa menahannya saat melihat ibunya menyandang sebuah tas seolah hendak keluar tidak lupa dengan wajahnya yang dipoles beberapa make up yang lumayan menor.
"Aku baru saja datang dan ibu akan pergi lagi? Ibu benar-benar tidak memperdulikan ku yah? Aku benar-benar memohon dengan sangat ibu berhenti menemui laki-laki itu. Aku malu dan aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi setelah ini,"ucap Zely dengan sedikit deraian air mata.
"Aku tidak perduli, tutup pintu rumah!"
Benar-benar tidak perduli, ibunya langsung pergi meninggalkan Zely yang terlihat sangat menyedihkan itu. Apakah ia benar-benar sudah tidak penting lagi bagi ibunya? Ah ia memang salah karena sejak dahulu tidak sadar bahwa ia sama sekali tidak pernah diperdulikan oleh ibunya.
"Kenapa aku tidak pernah belajar dari banyak nya luka yang telah ibu berikan, selama ini aku bersabar dan berharap akan ada keajaiban ibu bisa berubah dan menerimaku." Gumam Zely dengan hati yang sangat perih karena menerima kenyataan itu sungguh tidak mudah baginya.
Zely keluar dari rumah untuk mengejar ibunya. Sekali lagi ia ingin memastikan apakah ibunya benar-benar sudah tidak perduli padanya dan ia akan mengambil keputusan setelah ini.
"Ibu, aku mohon jangan pergi. Aku benar-benar tidak ingin ibu melakukan hal-hal seperti ini lagi, aku akan bekerja lebih keras untuk memberikan apa ibu mau dan aku Akan mencoba mencukupi kebutuhan ibu asalkan ibu berhenti berbuat sesuatu yang buruk seperti ini."
"Kenapa dengan mu anak sialan? Bukankah selama ini ibu Sudah mengatakan kalau aku tidak akan berhenti lagi. Kamu selalu saja berjanji akan memenuhi kebutuhan ku tapi apa? Kamu membiarkan ku kekurangan, dasar anak sialan! Lepaskan aku!"
Ibunya benar-benar sulit untuk ia taklukkan, sangat perih karena ia bahkan tidak mendengarkan Zely lagi. Abaikan kata-kata yang begitu menyakitkan yang berkali-kali ibunya lontarkan kearahnya baginya ibunya menurut saja maka semua itu akan ia lupakan.
"Ibu, aku benar-benar akan pergi jika ibu pergi!" Zely mencoba untuk memastikan lagi karena ia benar-benar sudah tidak sanggup bertahan sejak dahulu ia mencoba untuk tetap sabar namun ia tidak menemukan sebuah titik terang kehidupan ini.
"Pergilah! Seharusnya sejak dahulu kamu pergi, aku sudah sangat muak melihat mu. Aku benar-benar tidak pernah menginginkan kehadiran mu asal kamu tahu!"
"Ibu! Kenapa ibu mengatakan hal menyakitkan seperti itu kepada ku? Aku putrimu darah dagingmu!"
"Lebih tepatnya putri pembawa sial, hidupku sial karena mu!"
"Ibu kumohon jangan pergi,"ucap Zely dengan sekuat tenaga menahan ibunya.
Bugh
"Akhh," ringis Zely saat ia merasakan tubuhnya berdentum dengan tanah sedikit keras di halaman rumahnya.
Matanya pilu dan memerah menahan tangis, bukan karena jatuh keatas tanah namun melihat ibunya yang berjalan menjauh tanpa menoleh sedikitpun kebelakang. Benar-benar setidakberharga itu Zely bagi ibunya.
Sejak dahulu Zely tidak pernah sekalipun menuntut masalah apapun baik itu kehidupan yang layak dan bahkan nafkah dari ibunya. Ia hanya ingin sekali saja merasa disayangi oleh ibunya tanpa mengharapkan lebih. Ia bertahan dan tetap bertahan sekuat tenaga menahan segala perih dan juga sakit hati berharap seiring berjalannya waktu ia akan mendapatkan hal itu. Namun sampai kini hanya luka yang semakin dalam yang ia rasakan.
Gadis itu sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya karena itu benar-benar sangat menyakitkan. Tidak bisa ia utarakan ditengah malam begitu sunyi ia benar-benar ditinggalkan begitu saja tanpa rasa bersalah sama sekali.
"Aku benar-benar sangat ingin disayangi olehmu ibu, walaupun hanya sekali saja."
Memeluk lututnya ia benar-benar tidak habis pikir mengapa harus dia yang menerima takdir seperti ini? Sekian banyak manusia dimuka bumi kenapa harus dia yang menderita sejak kelahiran nya.
"Hiks,,"
Bukankah ia sudah sewajarnya bertemu dengan kebahagiaan, sudah bertahun-tahun hidupnya dipupuk oleh beban dan derita. Mengapa sampai kini ia belum menuai hasil dan panen kebahagiaan? Apa ia juga harus menuai sebuah luka?.
"Mau sampai pagi kamu menangis seperti itu disana?"
Deg
Suara itu...
Zely bisa dengan jelas mengenali pemilik suara tersebut, itu adalah suara Alka laki-laki yang sudah banyak sekali menyaksikan aib kehidupan nya yang begitu suram.
Gadis itu melepaskan pelukannya dilutut dan mendongak melihat keatas, ia bisa melihat dengan jelas wajah Alka dengan ekspresi sedikit mengiba namun ia bungkus dengan tatapan kosong juga seolah datar.
Damn
Lagi dan lagi rasa sakit, pilu itu berkali-kali lipat ia rasakan karena disaksikan oleh laki-laki yang selama ini ia kagumi. Seratus persen ia sangat yakin untuk tidak lagi melanjutkan hal yang sudah sangat ingin ia lakukan itu. Karena siapapun pasti akan berpikiran sama akan menjauhi gadis dengan hidup yang begitu sial seperti Zely.
Ia tidak tahu selama apa Alka disana, sebanyak apa yang sudah ia saksikan lagi. Baginya sudah tidak ada lagi hal yang ia tutupi dari Alka. Wajah tidak tahu malu dan topeng gadis bar-bar yang ia coba bangun sudah runtuh karena semuanya sudah ia pertontonkan untuk Alka.
Alka sendiri sebenarnya sudah sangat lama disana, bohong jika ia berkata tidak melihat semuanya. Ia bisa melihat dan mendengar dengan jelas dari dalam mobil mulai dari Zely yang memohon untuk ibunya tidak pergi dan bahkan beberapa kata yang begitu menyakitkan dari bibir sang ibu dengan jelas di dengar oleh Alka.
Bukankah seharusnya ia senang karena bisa melihat gadis pembawa bencana dalam hidupnya itu sengsara, namun entah kenapa ia malah merasakan sebaliknya. Ia merasa Zely benar-benar sangat membutuhkan seseorang disampingnya.
Dengan ragu-ragu ia hendak turun karena sejak tadi Zely belum juga beranjak dari tempatnya. Ia menangis memeluk lutut dihalaman rumah nya ditengah malam begini. Alka tahu kalau ia turun dan menghampiri Zely maka itu bukanlah hal yang bagus sebab gadis itu pasti akan merasa malu dan canggung. Namun melihat situasi yang tidak memungkinkan untuk ia tinggalkan terpaksa ia turun untuk menghampiri Zely.
Jujur saja ia sangat tidak sanggup melihat wajah mulus itu kini begitu merah karena terlalu banyak menangis, wajahnya yang sudah Alka simpan sebagai seorang gadis yang bar-bar dan menyebalkan benar-benar berganti sebagai seorang gadis yang terlihat sangat menyedihkan Dimata Alka.
Saat Zely mendongak melihat kearah nya ia bersusah payah untuk mengekspresikan wajah yang datar agar gadis itu tidak semakin terluka. Karena ia akan semakin sakit saat melihat tatapan iba kearah nya.
Dengan cepat Zely mengusap kasar air matanya dan bangkit dengan mandiri bahkan sebelum Alka berminat untuk mengulurkan tangannya kearah Zely.
"Maaf pak saya sedang tidak ingin bertemu dengan bapak."
Zely dengan cepat berjalan menuju rumah meninggalkan Alka yang hanya diam saja menatap nanar punggung gadis itu. Terlihat sangat lemah dan juga rapuh namun tetap bersikap seolah ia kuat.
Sebenarnya Alka bukanlah seseorang yang begitu jahat dan tega, walaupun sebenarnya ia sangat tidak menyukai Zely namun melihat gadis itu begitu rapuh ia sedikit tersentuh hatinya. Merasa khawatir tanpa sebab dan bisa dibilang itu hanya perasaan seseorang yang memiliki sikap sosial yang tinggi.
"Lebih baik aku kembali saja, berlama-lama disini juga akan membuat ia semakin tidak nyaman."Alka melangkah memasuki mobil dan hendak menjalankan nya namun ia terhenti saat melihat Zely keluar dari rumah dengan sebuah tas dan ponsel ditangan nya.
"Hendak kemana dia malam-malam begini?"
Alka kebingungan karena Zely berjalan begitu cepat dengan tangan yang berkali-kali mengusap kasar air matanya. Berjalan lurus melewati beberapa jalan gelap dan tentu saja diikuti oleh Alka karena gadis itu benar-benar sangat ekstrim sekali.
Alka kembali teringat dengan pertikaian Zely dengan ibunya tadi, ia berkata akan pergi jika ibunya pergi.
"Jangan bilang kalau dia benar-benar minggat dari rumah? Hendak kemana dia?"
Alka benar-benar tidak habis pikir dengan mental gadis itu, benar-benar aneh dan sangat berani sekali dua. Bagaimana bisa dia pergi dari rumah ditengah malam begini, belum lagi ia terlihat sangat lemas dan berjalan juga sedikit sempoyongan begitu.
"Apa dia benar-benar tidak takut dengan keadaan malam yang sudah sangat larut ini? Dasar gadis aneh. Kenapa aku bisa bertemu dengan gadis jadi-jadian seperti dia?" Heran dan juga sedikit bingung Alka ikut ngeblank karena tingkah Zely yang terkadang diluar nalarnya.
Bisa ia lihat Zely masih berkali-kali mengusap kasar air matanya, ia masih saja menangis dengan menenteng sebuah tas ditangan nya. Berjalan lurus tanpa tujuan dan terlihat seperti seorang yang kehilangan arah.
Zely sendiri benar-benar memutuskan dengan pertimbangan yang matang, ia jelas memilih pergi setelah semua yang sudah ia alami itu. Begitu menyakitkan dan juga menyedihkan hidupnya.
Jelas ia takut berjalan ditengah malam yang sunyi dan dingin itu. Namun rasa sakitnya seketika menepis rasa takut itu. Hanya air mata dan air mata yang menemani setiap langkah pilu itu.
"Aku harap dengan kepergian ku ibu benar-benar akan bahagia seperti yang telah ibu katakan lebih dari ribuan kali di depan wajahku. Aku benar-benar berdoa untuk kebahagiaan ibu."
Zely menangis lagi dan lagi bahkan saat ia merasakan sedikit pusing ia masih saja menangis. Meratapi pilu dan sedihnya kehidupan yang ia rasakan. Takdirnya benar-benar sangat memilukan dan sulit untuk ia tanggung.
Ia bingung hendak kemana namun ia juga harus pergi demi kebahagiaan ibunya.
Tidak mungkin ia menghubungi Fida juga Radi saat mereka baru saja mengantarkan Zely kembali kerumah tadi.
"Aku tidak ingin mengganggu waktu istirahat mereka, seharian pasti sangat kelelahan karena pekerjaan dan aku tidak ingin mereka direpotkan oleh takdir sialku."
Hampir saja Zely ingin menghubungi kedua sahabat nya namun kembali ia urungkan. Lebih baik ia terus berjalan dan berharap menemukan sebuah penginapan yang murah dan bisa ia jangkau.
"Malam sudah sangat larut, sebenarnya hendak kemana gadis bodoh itu? Benar-benar merepotkan saja."
Alka masih saja mengikuti langkah Zely pelan-pelan namun tiba-tiba ia dibuat kaget saat melihat Zely yang tiba-tiba saja jatuh dan tergeletak diatas trotoar yang kondisinya sangat gelap sekali.
"Kenapa dengan nya?"
Dengan cepat Alka menjalankan mobilnya agar mendekat kearah Zely. Dan benar saja sepertinya gadis itu sedang pingsan karena terlalu lelah atau semacamnya.
Alka berjalan dengan cepat kearah Zely dan melihat Zely yang benar-benar terlihat sangat pucat. Wajahnya lemas dan hal itu benar-benar tidak bisa diabaikan oleh Alka.
"Benar-benar gadis gila, bisanya menyusahkan saja. Kamu kira kamu sehebat apa sampai berjalan-jalan seperti orang stres ditengah malam begini?"Alka berdumal kesal karena kebodohan Zely.
Laki-laki itu dengan sigap mengangkat tubuh lemah Zely menuju mobilnya. Laki-laki langsung melajukan mobil menuju rumah sakit.
Tiba-tiba saja panggilan masuk di ponsel nya saat ia sedang sibuk menyetir dengan kecepatan yang sangat tinggi untuk membawa Zely ke rumah sakit.
"Kamu dimana sekarang? Kenapa lama sekali? Bagaimana dengan menantu mamah? Apakah sudah sampai dirumah dengan selamat?" Tanya mamah dengan beberapa pertanyaan yang bertubi-tubi.
Alka sudah bisa menebak endingnya kalau sampai ia memberitahu mamah tentang keadaan Zely yang saat ini hendak ia bawa ke rumah sakit. Mamah akan menjadi orang yang sangat heboh dan khawatir apalagi menyangkut seorang gadis yang ia pikir adalah calon menantunya.
"Aku sedang mengurus sesuatu mah, mamah tidak usah khawatir dan mungkin malam ini aku tidak kembali kerumah."
Kenapa tidak pulang? Apa ada masalah?" Tanya mamah dengan khawatir.
"Tidak ada mah, semua aman terkendali. Kalau begitu aku tutup dulu mah lagi sibuk banget soalnya."
"Hemm baiklah kalau begitu, kalau ada apa-apa kabari mamah dengan segera."
Alka mematikan sambungan setelah pamit dengan mamah, menghela nafas dengan sedikit berat karena ia sangat tidak mengerti dengan apa yang sedang ia lakukan saat ini.
"Tunggu tunggu! Kenapa aku terlihat seperti peduli dengan nya? Kenapa juga aku melakukan hal ini?"
Alka baru sadar sejak tadi ia benar-benar terlihat sangat memperhatikan Zely.
"Aku sama sekali tidak peduli dan khawatir, aku hanya menjalankan tugas ku sebagai seorang makhluk sosial." Alka mencari pembenaran atas tindakan nya sendiri.
...🍄 Bersambung 🍄...
Yah kan gapapa juga kelesss kalau lu peduli Alka. Gak usah gengsi dehh kalau emang peduli yaudah gausahh banyak gayaa lu ka.
Jangan lupa yah like komen dan votenya wan kawan.
See you guys 🧀