NovelToon NovelToon
Bunda Untuk Daddy (Tamat)

Bunda Untuk Daddy (Tamat)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:18.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: saskavirby

pengalaman pahit serta terburuk nya saat orang yang dicintai pergi untuk selama-lamanya bahkan membawa beserta buah hati mereka.

kecelakaan yang menimpa keluarganya menyebabkan seorang Stella menjadi janda muda yang cantik yang di incar banyak pria.

kehidupan nya berubah ketika tak sengaja bertemu dengan Aiden, pria kecil yang mengingatkan dirinya dengan mendiang putranya.

siapa sangka Aiden adalah anak dari seorang miliarder ternama bernama Sandyaga Van Houten. seorang duda yang memiliki wajah bak dewa yunani, digandrungi banyak wanita.


>>ini karya pertama ku, ada juga di wattpad dengan akun yang sama "saskavirby"

Selamat membaca, jangan lupa vote and coment ✌️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saskavirby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eps 7

Hari sudah siang, bertepatan dengan jam istirahat kantor serta beberapa sekolah yang sudah memulangkan muridnya. Keadaan jalanan sangat padat. Hampir satu jam lebih Sandy terjebak macet. Dan akhirnya kini dirinya sudah berada di depan bangunan bertuliskan 'Stella Boutique' di bagian plang depan.

Saat tiba di dalam butik, dia disambut oleh seorang wanita, sepertinya pegawai butik.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"

"Stella ada?"

"Mbak Stella? Ada, Tuan. Silahkan duduk, akan saya panggilkan."

Sandy mengangguk, memilih duduk di sofa, tatapannya meluas melihat beberapa baju yang terpasang di beberapa manekin, ruangannya juga luas, dan rapi, terdapat beberapa foto desain busana di atas ruang tunggu.

Tok tok tok!

"Masuk,"

"Mbak, di depan ada yang mencari Mbak."

"Siapa, Sar?"

"Enggak tahu, Mbak. Pria, tampan, hehe," jawab Sari menyengir.

Stella menyernyit, sepertinya dia tidak ada jadwal fitting baju dengan pria, dan apa tadi Sari bilang 'tampan?', Stella semakin penasaran.

"Baiklah, aku akan ke bawah."

*

"Permisi, anda mencari saya, Tuan?" sapa Stella setelah sampai di depan pria yang tengah memperhatikan pajangan dinding.

Sandy menoleh, seketika dunia terasa berhenti, dia menatap sosok wanita di depannya, 'cantik' bathinnya.

Namun yang lebih membuat Sandy terkejut adalah, dia adalah wanita yang dulu pernah bertemu dengannya di pemakaman serta berbagi payung dengannya.

"Tuan?" Stella mengulang kalimatnya saat tak mendapatkan respon dari lawan bicaranya.

Sandy berdehem, "Saya, Sandy," ucapnya mengulurkan tangan.

Stella menyambut dan berucap, "Stella."

Keduanya duduk berhadapan terhalang meja.

"Saya orangtua dari Aiden," ujar Sandy membuat Stella terkejut.

"Saya ingin meminta bantuan dari anda, Aiden sakit," sambungnya tanpa basa basi.

Stella terkesiap. "Aiden sakit? Sakit apa?" tanyanya khawatir, karena sudah hampir dua minggu sejak terakhir kali dia mengantar Aiden pulang dan belum pernah bertemu dengan pria kecilnya itu.

Sandy terkejut melihat respon wanita di hadapannya, jelas terlihat raut wajah Stella yang terlihat khawatir dengan keadaan putranya.

"Demam tinggi, tadi pagi dia sempat kejang, dia terus saja memanggil Bunda dalam tidurnya. Dokter menyarankan agar membawa Bundanya ke rumah sakit agar Aiden lekas sembuh. Dan yang saya tahu anda lah yang Aiden sebut sebagai Bunda, bisakah anda membantu saya untuk menjenguk Aiden?" jawab Sandy menatap penuh harap pada wanita di hadapannya.

Stella menutup mulutnya, bahkan matanya berkaca-kaca mendengar keadaan Aiden.

"Baik, saya akan ikut anda, tunggu sebentar, saya ambil tas dulu," pamitnya segera beranjak.

Stella berlari menuju lantai dua guna mengambil tas beserta ponselnya.

"Sari, tolong jaga toko, aku ada urusan penting, nanti kamu bawa saja kuncinya, aku sudah membawa cadangannya," pesan Stella pada Sari sebelum meninggalkan butik.

Sari yang kebingungan hanya mengangguk. "Baik, Mbak. Hati-hati."

Keduanya berjalan beriringan menuju mobilnya terparkir.

"Sebaiknya anda ikut dengan mobil saya, Nona," usul Sandy.

Stella sempat menimbang, kemudian menyetujui saran dari Sandy. "Baiklah."

Alvin terkejut melihat wanita yang berjalan di samping bosnya, dia ingat wanita itu yang dia temui di pemakaman.

"Silahkan," Sandy mempersilahkan Stella masuk ke dalam mobilnya lebih dulu.

Setelahnya mobil berjalan meninggalkan area parkiran butik menuju rumah sakit.

"Sudah berapa lama Aiden sakit, Tuan?" tanya Stella.

"Dua hari ini," jawab Sandy.

"Em, panggil saja Sandy, saya bukan atasan anda," canda Sandy tersenyum.

Stella menoleh. "Anda juga cukup memanggilku Stella, tanpa embel-embel Nona," balas Stella tersenyum.

Sandy mengangguk mengiyakan.

Selanjutnya tidak ada percakapan, sampai akhirnya mobil memasuki area rumah sakit.

Hari sudah sore saat Stella dan Sandy sampai di rumah sakit. Keduanya bergegas menuju lantai tiga tempat Aiden dirawat.

Ceklek!

"Assalamualaikum," ucap Stella setelah Sandy membukakan pintu.

"Wa'alaikumsalam."

Ketiga orang yang berada di dalam ruangan menoleh.

"Ini yang namanya Bunda Stella?" tebak Laras tersenyum menyambut kedatangan Stella.

"Iya, Tante, saya Stella," jawab Stella menyalami Laras.

'Cantik sekali, sepertinya dia orang baik dan tulus.' komentar Laras dalam hati.

"Panggil saja Tante Laras, kalau ini suami Tante, Om Vero."

Stella mengangguk hormat, menyalami Vero yang tersenyum ke arahnya.

"Gue Fara, calon istri Sandy, sekaligus ibu sambung dari Aiden," ujar Fara pongah, mengangkat dagunya.

Stella menyernyit, kemudian mengangguk pelan.

"Boleh saya menghampiri Aiden?" tanya Stella selanjutnya.

"Boleh, silahkan." Laras beranjak dari duduknya, memberi ruang untuk Stella.

Stella melihat Aiden yang tertidur di brangkar, wajahnya pucat, mendadak dia ingin menangis melihat kondisi Aiden.

Stella menghampiri Aiden, mengelus kepalanya sayang, menunduk dan berbisik di telinga Aiden, "Hai ganteng, Bunda di sini, kapan mau bangun? Hem?"

Ajaib! Seketika Aiden terbangun dari tidurnya, membuat semua orang terkejut.

"Bunda?"

Stella tersenyum melihat kedua mata bulat itu berbinar menatapnya.

"Iya, sayang. Ini Bunda."

Aiden memeluk leher Stella, dia menangis. "Aiden kangen sama Bunda,"

Stella mengelus punggung Aiden. "Bunda juga kangen sama Aiden." Setengah mati Stella menahan agar airmatanya agar tidak luruh, dia begitu terharu dengan kasih sayang Aiden terhadapnya. Juga tidak tega melihat wajah menggemaskan yang dia sukai terlihat pucat dan sayu.

Sandy terkesiap dan terharu melihat kedekatan putranya dengan Stella. Laras bahkan sudah ikut menangis dipelukan suaminya. Sedangkan Fara mencibir sikap sok peduli dari Stella. Pencitraan pikirnya.

Aiden melepaskan pelukannya, dia tersenyum melihat wajah Bundanya. Stella ikut duduk di atas brangkar menatap wajah pria kecil menggemaskan di depannya yang terlihat pucat.

"Kata Daddy, kamu tidak mau makan dan minum obat, kenapa? Hem?" tanya Stella menaikkan kedua alisnya, dengan tangannya mengelus jemari Aiden.

Fara yang mendengar Stella memanggil Sandy dengan sebutan Daddy bersungut-sungut.

"Makanannya nggak enak Bunda, Aiden mau masakan Bunda," jawab Aiden polos.

"Aiden mau Bunda masakin?" tawar Stella.

"Mau Bunda," jawab Aiden antusias.

"Boleh, tapi sekarang Aiden makan ini dulu." Stella mengangkat mangkok berisi makanan yang masih utuh. "Besok Bunda masakin khusus buat Aiden," sambungnya tersenyum.

"Bunda janji?" Aiden mengangkat jari kelingkingnya ke arah Stella.

Stella menautkan jari kelingkingnya dengan Aiden. "Janji."

"Sekarang makan dulu, Bunda suapin ya? Aaa.."

Aiden dan Stella berasa di dunianya sendir. Mereka berdua, bukan! Lebih tepatnya Aiden yang antusias bercerita, sedangkan Stella hanya menanggapi dan sesekali menggoda Aiden, agar pria kecil itu tersenyum.

Kegiatan itu tak luput dari tatapan keempat orang lainnya, terutama Sandy.

Dirinya jarang melihat putranya tertawa seperti itu dengan Fara yang notabene adalah calon ibu sambung untuk Aiden. Namun dengan Stella Aiden bisa tertawa bahagia.

Laras dan Vero tersenyum haru melihat cucunya bisa tertawa bahagia lagi.

Sedangkan Fara sudah menahan mati-matian agar tidak melabrak Stella, dia benci dengan Stella, wanita itu merebut perhatian dari Aiden. Jangan sampai Sandy juga direbut olehnya, tidak akan dia biarkan itu terjadi.

"Bunda, Aiden ngantuk," ujar Aiden setelah selesai mengoceh, dia kelelahan.

"Mau Bunda nyanyikan lagu?"

"Mauu," jawab Aiden kelewat antusias.

Stella ikut berbaring di samping Aiden, menepuk-nepuk paha Aiden dan memulai bernyanyi agar Aiden lekas terlelap.

Tak berapa lama Aiden sudah tertidur, Stella mengamati wajah Aiden dengan lekat, tanpa sadar Stella menitikkan air matanya, dia teringat dengan mendiang anaknya. Hal itu tak luput dari penglihatan Sandy, dia melihat Stella yang menghapus air matanya.

"Stella, apa kamu keberatan kalau tante memintamu menginap di sini?" tanya Laras hati-hati.

Stella menoleh ke arah Laras setelah turun dari brangkar. "Tidak, Tante. Aku akan menginap di sini."

Laras tersenyum. "Kalau begitu Om dan Tante pulang dulu, besok pagi Mama akan kesini gantian jaga Aiden," ujarnya menatap Stella juga Sandy.

"Aku juga akan menginap di sini, Ma," Fara menyahut, tidak akan dia biarkan Sandy satu ruangan dengan wanita itu.

Vero mengangguk. "Kalau begitu Papa sama Mama pulang dulu."

Sepeninggalan Laras dan Vero.

"Sayang, kamu tidur sama aku ya, di sana." Fara bergelayut manja di lengan Sandy, menunjuk bed single di ujung ruangan dengan dagunya.

Stella memalingkan wajahnya, tidak ingin melihat kemesraan Sandy dan Fara, dia merasa bahwa Fara sengaja melakukan itu di depannya.

Sandy melepaskan tangan Fara, merasa tidak enak karena ada orang lain di ruangan itu.

"Kamu tidur di sana, aku akan tidur di sofa ini," jawabnya menunjuk sofa di belakangnya.

"Stella, kau bisa tidur bersama Aiden," ucapnya kemudian menatap ke arah Stella.

Stella mengangguk saja.

Fara berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya, dia kesal karena Sandy menolak tawarannya, dia terduduk di sofa, melipat tangan dengan menatap Stella sinis, kemudian membaringkan tubuhnya.

Stella tak habis pikir, kenapa bisa wanita seperti itu yang akan menjadi ibu dari Aiden.

Stella menggeleng kepalanya, dia tidak boleh mengkritik orang lain. Lagipula dirinya bukan siapa-siapa di sini, dia berada di sini hanya untuk kesembuhan Aiden, pria kecil yang dia sayangi, yang dia anggap sebagai anaknya sendiri.

Bahkan Stella tidak tahu siapa Sandy sebenarnya.

~••~

1
PANCAWATI PRIHATININGSIH
katanya Sandy CEO
kok milih perempuan kasar bgt nganggep cocok to dia

aneh sich

tp bnyak kok orang yg ga paham dng pilihannya
PANCAWATI PRIHATININGSIH
wong sugih tapi kok
Ervina T
Luar biasa
Nuriati Mulian Ani26
semoga ..rumahnya dibeli sandi
Nuriati Mulian Ani26
wanita hebat dan mandiri..stela
Nuriati Mulian Ani26
keren ceritanya ringan .aku suka alurnya
Kasih Bonda
semangat
iis sahidah
Luar biasa/Good//Good//Good//Good//Good/
iis sahidah
rega laki2 banget
iis sahidah
bunda Stella keren
Tea and Cookies
Luar biasa
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂😂😂😂
Modish Line
♥️♥️♥️♥️♥️
Modish Line
😂😂😂😂😂😂
Modish Line
bodoh banget
Modish Line
good job Rega👍👍👍👍👏👏👏👏
Modish Line
blm jadi mamanya Aiden udh kaya ema tiri gini kelakuannya ....kalo jadi nikah bakalan abis nih Aiden disiksa sama si Fara gila
Al.Ro
Luar biasa
Ida Haedar
"ini sederhana sesuai porsi ku.. " (sandy) shommboong!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!