NovelToon NovelToon
Giziania

Giziania

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:432
Nilai: 5
Nama Author: Juhidin

Ada satu komunitas muda-mudi di mana mereka dapat bersosialisasi selama tidurnya, dapat berinteraksi di alam mimpi. Mereka bercerita tentang alam bawah sadarnya itu pada orangtua, saudara, pasangan, juga ada beberapa yang bercerita pada teman dekat atau orang kepercayaannya.

Namun, hal yang menakjubkan justeru ada pada benda yang mereka tunjukkan, lencana keanggotaan tersebut persis perbekalan milik penjelajah waktu, bukan material ataupun teknologi dari peradaban Bumi. Selain xmatter, ada butir-cahaya di mana objek satu ini begitu penting.

Mereka tidak mempertanyakan tentang mimpi yang didengar, melainkan kesulitan mempercayai dan memahami mekanisme di balik alam bawah sadar mereka semua, kebingungan dengan sistem yang melatari sel dan barang canggih yang ada.

Dan di sini pun, Giziania tak begitu tertarik dengan konflik yang sedang viral di Komunitaz selain menemani ratunya melatih defender.

note: suka dengan bacaan yang berbau konflik? langsung temukan di chapter 20

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juhidin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 7 Penculikan

"Han gue juga mau deh tuh Citruz biar ikut wangian kecium idung," kata seorang yang Jihan lewati.

"Cie yang dapet," komen yang tengah menaruh snack. "Ketauan, sengaja kalah kesengsem adeknya."

"Iya wangi terus anjier. Ada kali Han. Aroma kesukaan cowok, kalo gue yang minum?" tanya gadis yang tengah bersandar di tempat rumpi mereka.

"Boleh. Basecamp," jawab Jihan sambil terus berjalan ke tempat April dan Ira berada.

Tanpa sengaja, Ira melihat Jihan. Kedua pipi Ira langsung berubah merah, menatap bingung karena baginya Jihan tampak cepat sekali bangun tanpa bekas di wajah.

"Hai," ucap Jihan pada yang memandang, lalu meraih tangan Ira yang lebih dulu ingin memegang.

"Dia serba salah, Han. Ingin banget dandan, tapi gak ada kaca. Keburu seneng sampe gak bisa menyampaikannya lagi apa yang dirasa. Lo cakep banget. Gak keliat galaknya."

Ira senyum membiarkan debar hati, rasa malu, serta keramaian tempat.

April selesai bicara pada Jihan, lalu menaruh map yang dibacanya, yang bersampul; TIFANI APRILIA.

"Ira jatuh ati sama elo, Han.."

Dalam senyumnya, Ira mengangguk-angguk, menyetujui klarifikasi April atas mood yang ada dan tak terungkapkan.

Jihan mendengarkan penuturan April dengan serius lalu kembali menelusuri wajah belia di depannya. Tampak Jihan masih deg-degan sekalipun sudah bertemu dan memegang Ira, ucapan April belum menyangkut siapa yang Ira ingin.

Ira perlahan memejam dengan sedikit mengangkat dagu, diam membiarkan Jihan memandangi bibir segarnya.

Dengan menahan gemuruh dada, Jihan melabuhkan bibir pada objek yang sedari tadi diamati.

Chhpp...(bibir Jihan). Ppph.. (bibir Ira).

Jihan menghirup udara, mengempiskan dada agak lama, terpejam melanjutkan keinginannya pada Ira yang sudah jadi sumber wangi di lokasi.

Dalam menikmati bau yang ada, Jihan menyenangi senyum si pacar. Dia memejam mata begitu lama menikmati kesejukan AC yang sudah tercampur parfum.

Dpph! Ira memeluk Jihan, ambil bagian. Nafasnya langsung pendek-pendek, tampak mendengus dengan cepat. Ira juga langsung membenamkan wajah ke dada Jihan, gemas namun hanya mampu mendekap.

Jihan diam tak protes, acaranya mengendus udara panjang terpotong pelukan Ira. Si belia dengan manjanya menekan-nekan kepala pada dada Jihan, mengesek-gesekkan.

"Hhn," gemas Ira, sibuk mendekap Jihan karena memang tak ingin melepaskannya.

Di titik lain..

"Kayak gitu khan ya sebelas-duabelas, Lon?" tanya penonton pada teman sebayanya yang juga laki-laki.

"Bukan. Ini lagi pada dendam waktu masing-masing kepisah jarak dan waktu. Ini pemandangan romantis."

"Lo bisalah ngejar kakaknya, Lon? Kalo maksa Dadang Suherman mana bisa romantis? Gue malah muntah liatnya. Lo normal aja sehari. Bisa."

"Ini momen suka sama suka. Kagak nyambung lu ngomongin si Dadang. Tadi gue bilang di sini ada adik si Fani. Yang disamperin rivalnya. Si Jihan. Bukan Dadang Suherman."

Seorang gadis mendengarkan intruksi.

"Lu alihin perhatiannya. Gue pasang tmask nih maksudnya biar hezt kita sama dengan hezt yang punya Hen Hen. Biar. Pokoknya ntar gue yang bawa Ira. Ada yang kelewat?"

"Serahin ke gue."

Tmask telah dipasangkan ke perut, menempel otomatis di pusar, bentuknya bulat seukuran kelereng dalam nyala putih.

"Oke.. Ayo kita lakuin."

Setelah puas memeluk Ira, yang sejak itu Ira berhenti menggerak-gerakkan kepalanya, Jihan membuka mata sembari melepas dekapan. Begitu juga Ira, menyudahi aksi manjanya.

"Gue makan dulu, Guys.." kata April yang kemudian..

Ggrrrtt..

Weett! Ploph!

Drrth!

April menjelma diri jadi gelang karet begitu melesat dan menempel di pergelangan kiri tangan Ira, pergi untuk mengisi daya.

"Gue bingung mau ngucapin makasih, Fani udah pergi."

Ira diam, turut menonton monitor besar yang Jihan pandangi, tangan satunya memegangi jemari Jihan.

Tayangan di layar jumbo itu tengah menampilkan banyak bintang, tapi tampaknya Ira sudah biasa dengan wajah pemuda yang mengintip di balik galaksi.

"Langit masih kayak gitu khan sebelum lo ke kafe, Ra?"

Ira mengangguk-angguk.

"Fani pergi buat ngidupin lagi dunia astronomi yang udah mati ini."

Ira menempatkan tangan Jihan ke pipinya, betah mendengarkan.

"Dua tahunan nih gak ada muka-muka baru di Komunitaz, Ra. Kalo jumlah lusid udah ada tiga jutaan, ntar bisa kelihatan, ngebuka tabir, gimana asal-usul alam geblek. Intinya, semua lusid harus udah pada ada. Jumlah kami baru sekitar lima ratusan.. Kesebar di seluruh Bumi dan tersembunyi."

Ting..! To-teng...

Di semua sudut lokasi tiba-tiba terdengar bunyi pembuka yang bernada ceria, kemudian terdengar musik yang mengalun happy.

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini, ingin itu, banyak sekali

Semua, semua, semua.. dapat dikabulkan. Dapat dikabulkan dengan kantong ajaib

"Ya Allah, Mawaaar..! Lo lagi di mana sih, nyetel giniaan di jam operasionaaal," teriak pemudi yang tengah serius mengobrol dengan gengnya, namun penghuni ruangan lain hampir semuanya cengengesan.

Aku ingin terbang bebas di angkasa..

Di tengah kebingungan yang persis sama dengan yang dialami si peneriak, Jihan memperhatikan seorang gadis yang baru masuk, didapati sedang jalan menari-nari mengikuti lagu yang tengah mengalun.

Saat sedang asyik-asyiknya, menikmati lagu, gadis ini sadar Jihan melihatnya. Tak ayal dia segera melesat balik ke luar aula sebelum yang lain mengetahui perbuatannya. Weezzh!

"Hen Hen! Tunggu!" pinta Jihan. Wezzt! Langsung mengejar.

Heeey.. baling-baling bambu

"...?!"

Ira disadarkan dari halunya oleh nyanyian yang ada. Beruntung, dia melihat kelebat Jihan yang baru melesat ke luar ruangan.

La, laa.. Laaa.. Laaaa. Aku sayang sekali..

Ira segera berlari mengikuti Jihan namun batal. Dia pun buru-buru balik mengambil map milik kakaknya yang masih berada di meja. Tapi..

Wrrtthhh!

"E-eeh.."

Sebuah garis glowing putih terbuka membelah diri jadi dua persis pintu lift. Seseorang keluar dan langsung mendekap punggung Ira yang dibawanya masuk ke balik portal.

Set! Bunyi tarikan.

Plukh..! Map yang Ira ambil terjatuh.

Wetth! Garis vertikal ini menyatu kembali dan langsung menghilang.

Dora.. eee-mon

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!