Harusnya, Ziva menghabiskan malam pertamanya itu dengan sang suami. Namun, saking mabuknya, ia malah masuk ke kamar mertuanya dan membuatnya tidur di ranjang yang salah.
Apa yang akan terjadi pada Ziva dan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma_98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adegan hot
Episode ini mengandung unsur dewasa 21+ , harap para pembaca bijak dalam berkomentar!
*****
Setelah membawa Ziva ke kamarnya, Heri dengan cepat mengunci pintu kamar dan menyunggingkan senyumannya menatap Ziva. Wanita itu sedikit takut dan juga panik, pasalnya, Victor baru pergi beberapa menit yang lalu.
"A-ayah, ayah jangan bercanda! Ini masih pagi, dan ayah tak mungkin melakukan itu, kan?" Ucap Ziva, memundurkan langkah kakinya.
Heri tak menjawab dan terus fokus menatap Ziva. Ziva mengatur nafasnya beberapa kali saat langkah kaki mertuanya semakin dekat.
Brukh
"Awww..!!"
Ziva terjatuh ke ranjang. Di atas ranjang, wanita itu masih terus mundur sampai mentok ke ujung ranjang. Saat itu juga, Heri berdiri dan menatap sang menantu dengan sayu.
"Tenang saja, kamar ayah kedap suara. Kamu tidak usah gelisah seperti itu." Ujarnya.
Bukan itu yang membuat Ziva bereaksi seperti itu, ia takut jika suaminya akan memergoki mereka berdua. Ini memang salah, tapi entah kenapa hatinya seperti susah sekali akan menolak, ada apa dengan hati Ziva?
"Tapi...."
Sretttt
Dengan tatapan datarnya, Heri melepaskan ikat pinggang miliknya dan menariknya dengan kuat. Ziva sedikit kebingungan, apa yang di lakukan mertuanya itu?
Dengan cepat, Heri langsung naik ke atas ranjang lalu menarik kedua tangan Ziva dan mengikatnya dengan kuat. Melihat itu, Ziva tentu saja terkejut, ia tak menyangka jika ikat pinggang yang Heri lepaskan, ternyata untuk mengikat kedua tangannya.
"Kyaaa, lepaskan ini, ayah?! Apa-apaan ini?!" Pekik Ziva, memberontak.
Sekali lagi Heri tak menggubris, ia malah menindih Ziva dan membukakan resleting celananya. Posisi Heri kini berada di atas dada Ziva, suasana pun kini tiba-tiba memanas setelah pria itu mengeluarkan sang benda keramatnya yang kini sudah membesar.
Glekkk
Seketika, Ziva melototkan matanya dan menelan ludahnya susah payah. Benda besar tersebut kini benar-benar ada di depan matanya, bahkan benda tersebut cukup sejajar dengan mulutnya.
"I-itu..."
"Dari pada mempermasalahkan bulan madu, bukankah lebih baik kita bersenang-senang?" Sahut Heri.
"Haaa? Apa maksud--"
"Jika kau merasa takut dengan benda ini, aku aka menutup kedua matamu dan membuatmu merasakan sensasi yang luar biasa. Hari ini aku akan benar-benar memuaskanmu, Ziva."
Heri mengambil dasi miliknya dari dalam nakas, tanpa menunggu lama, pria itu pun langsung menutup kedua mata Ziva.
"A-ayah..."
"Suttt.. Ayah janji akan memperlakukanmu dengan baik, kamu tinggal patuh saja, semua ini akan membuatmu puas."
Jantung Ziva berdetak dengan kencang. Ia bahkan menghela nafasnya cukup panjang karena tak tahu apa yang akan di lakukan mertuanya ini. Yang lebih anehnya, ia tidak bisa menolak akan semua itu dan malah patuh pada ucapan Heri.
Hap
Heri memasukan benda besar miliknya ke dalam mulut Ziva. Ziva terkejut saat benda besar tersebut kini berada di dalam mulutnya.
Pria itu memaju-mundurkan pinggulnya dan menekan kepala Ziva untuk menambah sensasi yang kuat.
"Ahh.. Sial.. Ini nikmat sekali."
"Ini... Aku baru pertama kali melakukan ini, semalam saat melakukan itu dengan suamiku, ia tidak memasukan miliknya ke dalam mulutku, ia hanya menggempurku dan itu pun tidak lebih dari 20 menit."
Perlahan, Heri pun memberhentikan aksinya, ia melepaskan benda miliknya lalu beralih menatap ke bawah. Heri menurunkan celana dan kain segitiga milik Ziva, yang membuat wanita itu menggeliat dan merapatkan kedua kakinya.
"A-ayah, apa yang akan kau lakukan? Aku malu..!" Lirihnya, di akhir kata.
Pria itu turun dari ranjang dan berjalan ke arah lain untuk mengambil sesuatu. Ziva tidak bisa melihat apa yang sedang di lakukan sang mertua. Lalu tiba-tiba, Ziva merasakan sesuatu yang dingin di atas perutnya.
"Kyaaa, apa ini?!" Pekiknya, terkejut. "Ini dingin, apa itu ayah?"
"Es krim."
"Haaa, es krim? Kenapa es krimnya terjatuh di atas perutku, apa yang sedang ayah laku--"
Slurrrrp
"Ahh...."
Ziva mendongak saat Heri tiba-tiba menjilat es krim yang ada di atas perutnya. Ziva seperti merasakan sesuatu yang menggelitik di dalam perutnya.
Kemudian, Heri melebarkan kedua kaki Ziva dan menenggelamkan kepalanya di bawah sana. Pria itu menyentuhkan ujung lidahnya ke tempat tersembunyi itu dan menyesapnya dengan kuat.
"Ahh.. Ini geli..."
Desahan demi desahan, semua itu lolos keluar dari mulut Ziva. Ia merasakan geli sekaligus nikmat karena sentuhan lidah Heri yang menggelitik di bawahnya.
"Ayah.. Ahh, berhenti... Sepertinya aku akan keluar!!"
Muncrattt
Keluarlah jus cair milik Ziva yang mengenai wajah Heri. Ziva mengatur nafasnya dan menggeliat merapatkan kedua kakinya kembali.
"Astaga, kau membuat kasurku basah kuyup." Ucap Heri terkekeh.
"M-maaf.."
Pria itu menyeringai dan melebarkan kedua kaki Ziva kembali. Heri menatap lembah milik Ziva yang sudah sangat basah dah membuatnya semakin terangsang.
"Aku akan memulai hidangan penutupnya!!"
Jlebbb