NovelToon NovelToon
Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Sistem / Iblis / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Isekai
Popularitas:932
Nilai: 5
Nama Author: febri_yeee

nre: Fantasi, Aksi, Sekte-Building, Antihero, Overpowered

Sinopsis:

Di benua Elvaria, kehormatan dan kesetiaan adalah dua mata uang paling berharga. Namun, bagi Kael Arvane, seorang jenderal muda yang pernah menyelamatkan kerajaannya dari kehancuran, keduanya hanyalah ilusi yang bisa dibakar oleh kekuasaan.

Dikhianati oleh rajanya sendiri dan difitnah sebagai pengkhianat, Kael diburu, disiksa, lalu dilempar ke lembah kematian yang dikenal sebagai "Jurang Sunyi"—tempat para monster, penjahat, dan kutukan abadi bermuara. Tapi justru di tempat itulah "Sistem Chaos Sovereign" bangkit dari sisa jiwanya yang penuh dendam.

Dengan sistem itu, Kael mampu menciptakan sekte dari nol: Sekte Chaos, sekte tanpa aturan moral, tanpa dogma suci—hanya kekuatan, kebebasan, dan ambisi pribadi. Ia mulai merekrut orang-orang yang dibuang oleh dunia: budak, pembunuh, monster setengah manusia, penyihir terkutuk, bahkan mantan bangsawan pengkhianat.

Dari mereka, ia membentuk Dua Belas Pilar Chaos

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febri_yeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: Langkah Menuju Kekaisaran

Langkah kaki kuda baja menginjak tanah gurun yang tandus, memecah kesunyian malam. Di atasnya, Kael mengenakan jubah hitam panjang, dengan simbol Chaos membara di punggung. Di belakangnya, barisan sepuluh Pilar menunggang kuda perang yang dilapisi sihir dan baja terkutuk, memancarkan aura yang mengguncang langit.

Sepuluh Pilar. Sepuluh kehendak yang tak tunduk pada dunia. Sepuluh kutukan yang memilih setia kepada kehancuran, bukan tatanan.

Mereka menuju pusat dunia—Kekaisaran Luminor.

Dan di depan sana, cahaya terang menyilaukan, membentuk tembok ilusi seolah kota itu adalah surga. Padahal di baliknya, Kael tahu, hanya ada korupsi, tipu daya, dan pengkhianatan.

“Kita akan masuk sebagai tamu,” ujar Reina, menunggangi kuda hitam dengan mata merah. “Tapi mereka memperlakukan kita seperti musuh yang ditahan rantai emas.”

“Lepas rantainya, kalau perlu,” kata Velka pelan. “Aku ingin membakar menara suci itu sejak lama.”

Xalreth tertawa di belakang. “Hahaha... pesta darah... pesta ilusi... pesta para dewa yang lupa bagaimana rasanya menangis...”

Kael hanya diam. Matanya tak lepas dari gerbang raksasa Kekaisaran yang sebentar lagi akan terbuka. Namun, pikirannya sudah berjalan lebih jauh.

Ia mengingat satu nama: Darkan Velmureth. Penasihat agung Kekaisaran, penyihir abadi, dan... orang yang menyusun pembantaian desanya dua puluh tahun lalu.

Itu informasi yang Aethra tinggalkan, tertulis dalam simbol cahaya yang hanya bisa dibaca dengan darah Chaos.

---

Gerbang Kekaisaran terbuka perlahan.

Penjaga berjubah emas membungkuk. Tak ada satupun yang berani mengangkat kepala saat aura para Pilar menyelimuti udara.

Kael turun dari kudanya.

Di pelataran besar yang memantulkan cahaya mentari, seorang pria berjubah ungu tua berdiri menunggu, diapit dua kesatria suci.

Rambut peraknya terikat rapi. Matanya seperti kristal ungu gelap—berisi, tapi palsu. Senyumannya terlalu manis untuk disebut tulus.

“Penguasa Sekte Chaos,” sapa pria itu. “Selamat datang di tanah Kekaisaran. Aku adalah Velmureth, Penasihat Tertinggi, dan pemimpin upacara penyambutan ini.”

Kael tidak menjawab. Ia menatap pria itu dalam-dalam. Matanya mencari sesuatu—mungkin bekas luka, mungkin dosa, atau mungkin... sisa-sisa nurani yang sudah mati.

Velmureth tetap tersenyum.

“Kami menyiapkan aula terbaik untuk para tamu kehormatan. Ada kamar masing-masing untuk setiap Pilar. Kami tahu kalian... istimewa dalam segala hal.”

Velka meludah ke lantai. Reina menggenggam gagang pedangnya lebih erat. Rasmus mengamati bayangan pria itu tanpa berkedip.

“Jika ini jebakan,” kata Kael akhirnya, “maka kalian terlalu percaya diri. Tapi kami akan bermain. Karena bahkan binatang buas pun kadang masuk ke kandang... jika tujuannya adalah merobek isi perut sang penjaga.”

Velmureth tertawa kecil. “Tentu. Dunia sedang berubah. Kita semua harus beradaptasi.”

---

Hari itu berlalu tanpa insiden besar. Malam pun tiba, dan aula Kekaisaran menyala dengan ribuan lampu sihir. Tamu dari seluruh dunia mulai berdatangan—penyihir dari Timur, raja suku dari Selatan, bangsawan elf dari hutan gelap, hingga perwakilan naga dari gunung perbatasan.

Dan di tengah semuanya, Sekte Chaos hadir seperti noda hitam di atas sutra emas.

Kael berdiri di ujung aula. Ia tak menyentuh makanan, tak menanggapi sapaan. Pilar-pilarnya menyebar, tapi tetap dalam pengawasan.

Xalreth bicara dengan roh di pilar.

Reina berdiskusi dingin dengan seorang penyihir wanita yang mencoba mengintai.

Velka mengintimidasi pangeran muda dari kerajaan seberang hanya dengan tatapan.

Namun saat musik mereda dan pelayan mulai menutup pintu, seseorang masuk.

Aethra.

Pendeta Cahaya itu berjalan tanpa alas kaki, dan setiap langkahnya meninggalkan cahaya di lantai. Semua mata memandangnya. Tapi ia hanya menatap satu arah—ke arah Kael.

Ia datang bukan untuk menari.

Tapi untuk mengungkap.

---

“Kael,” bisiknya, berdiri di samping. “Aku sudah melihat apa yang akan terjadi malam ini.”

“Aku tidak peduli masa depanmu,” jawab Kael dingin. “Katakan masa lalu yang kau sembunyikan.”

Aethra menghela napas. “Darkan Velmureth bukan manusia.”

Kael menoleh.

“Dia adalah entitas yang mengambil bentuk manusia. Ia adalah bagian dari tatanan lama yang menolak kehancuran Chaos. Dialah yang menyebarkan doktrin cahaya palsu. Ia membentuk Kekaisaran. Dan ia yang menciptakan konsep ‘kutukan Chaos’... untuk menghapus mereka yang dianggap berbahaya.”

Kael mengepal tinju.

“Dan desa Kael,” lanjut Aethra, “dihancurkan karena mereka mulai menyembah Chaos—bukan sebagai kutukan, tapi sebagai kekuatan pembebas. Kau, Kael, adalah anak dari seorang High Priest yang mencoba menulis ulang kitab suci.”

Seketika itu juga, darah Kael membeku. Dunia runtuh dalam satu tarikan napas. Ia bukan hanya korban... ia adalah pewaris pemberontakan. Sejak lahir.

“Velmureth tahu,” kata Aethra. “Dan dia ada di ruangan ini. Tapi dia tak bisa menyentuhmu malam ini.”

“Kenapa?”

“Karena malam ini... Chaos akan bicara lebih dulu.”

---

Lonceng berbunyi.

Velmureth naik ke panggung utama. Di belakangnya, Kaisar tua berdiri lesu, nyaris seperti boneka tak bernyawa. Semua tahu siapa penguasa sejati—dan itu bukan sang Kaisar.

Velmureth membuka tangannya, dan cahaya putih menyelimuti aula.

“Para tamu, kita berkumpul bukan hanya untuk perayaan. Tapi untuk membentuk dunia baru. Sebuah aliansi. Sebuah sistem global untuk melenyapkan semua kekuatan tak terkendali.”

Semua hadirin mendengarkan.

Velmureth menoleh ke Kael. “Termasuk Sekte Chaos.”

Suara bergemuruh. Beberapa mendukung. Beberapa diam. Beberapa murid Sekte menggenggam senjata.

Kael melangkah ke depan.

“Aku sudah tahu siapa kau, Velmureth. Aku tahu darah siapa yang kau curi, sejarah mana yang kau bakar, dan berapa nyawa yang kau buang untuk tatananmu.”

Semua mata tertuju pada mereka.

Velmureth tersenyum. “Dan apa yang akan kau lakukan, Chaos kecil?”

Kael mengangkat tangan.

Dunia berhenti sesaat.

Langit di atas Kekaisaran berubah merah. Cahaya tertarik ke tanah. Semua lilin mati. Dan dari balik lantai aula, tanda Chaos muncul—besar, hitam, dan hidup.

Sepuluh Pilar bergerak.

Xalreth melayang.

Velka menyulut api di tangannya.

Reina mengangkat dua pedang berdarah.

Kael menatap Velmureth dengan mata merah membara.

“Aku datang bukan untuk berdamai. Tapi untuk menagih dosa yang kau kira sudah terkubur.”

---

Dan malam itu, pesta berubah menjadi medan perang.

Bukan dengan darah, tapi dengan kehendak. Dengan simbol. Dengan kutukan.

Dan dunia mulai paham—

Chaos tak lagi bersembunyi.

Ia telah duduk di meja para dewa.

---

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!