NovelToon NovelToon
CINTAKU SEPERTI JEMBATAN GARAM

CINTAKU SEPERTI JEMBATAN GARAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Nelki

- 𝗨𝗽𝗱𝗮𝘁𝗲 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗮𝗽 𝗛𝗮𝗿𝗶 -

Ria merupakan seorang mahasiswi yang dulunya pernah memiliki kedekatan dengan seorang pria bernama Ryan di dunia maya. Hubungan mereka awalnya mulus dan baik-baik saja, tapi tanpa ada tanda-tanda keretakan berakhir dengan menghilang satu sama lain. Sampai Ryan menghubungi kembali dan ingin memulai hubungan yang nyata.
Akankah Ria menerima atau menolaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Baikan Rasa Kencan 1

Seperti waktu dan tempat yang dijanjikan kemarin untuk ketemuan. Namun, Ryan memilih datang lebih awal. Dia duduk di kursi taman dengan santai sambil memainkan ponselnya. Sepuluh menit berlalu, dia mulai melihat ke sekitar untuk menemukanku. Aku yang baru saja turun dari motor Fina melihatnya. Fina ikut memperhatikan dan menyeletuk, "Kan bener mau kencan."

"Udah sono pergi. Kamu kan mau kerja kelompok. Dah jangan urusin aku," usirku.

"Iya, iya. Cowoknya lumayan juga," komentarnya dan berlalu pergi mengendarai motornya.

Belum sempat membalas perkataan Fina barusan aku sedikit kesal. Ryan yang menemukan diriku segera menghampiri. Tanpa di sangka dia sudah ada di dekatku.

"Siapa tadi?" bisik Ryan di telingaku.

Aku menoleh melihat setelan dirinya hari ini lalu melihat punyaku. "Kok bisa couplean sih. Kek beneran lagi kencan," batinku.

Ryan yang melihatku yang tak merespon pertanyaan, mulai melambaikan tangan di depan wajahku. Dia berkata, "Hei, kamu dengerin aku ga?"

Aku tersadar dan menjawab dengan cepat, "Itu temen kostku."

Berhubung kami sudah bertemu, selanjutnya kami pergi ke mobil Ryan. Mobil yang kami tumpangi melaju di keramaian kendaraan yang berlalu-lalang. Aku melihat Ryan yang fokus mengemudi. Baru kali ini aku memperhatikan dengan baik. Ryan yang merasakan tatapanku sengaja diam saja. Aku kembali melihat ke depan.

"Sebenernya mau ke mana tujuannya?" tanya Ryan.

"Itu ke Candi Prambanan," jawabku.

"Terus ke mana lagi?" tanyanya

"Ga tau belum kepikiran nih," jawabku asal.

"Oke berarti terserah aku ya mo ngajak ke mana aja," katanya mengambil keputusan.

"Iya deh terserah yang penting harus buat aku happy," kataku menyetujui dengan syarat.

Aku tak tahu kalau Ryan diam-diam menyiapkan rencana kencan. Makanya dia bisa langsung ambil kesempatan pas aku lagi kebingungan. Jadi nantinya aku ga bisa karena tadi langsung setuju tanpa tanya tujuannya ke mana.

Tak lama kemudian kami tiba Candi Prambanan. Kami berdua berkeliling melihat candi-candi di sana. Aku terus berjalan, hingga jarak antara kami cukup jauh. Saat aku sedikit lelah ingin duduk sebentar. Ku toleh ke belakang, tapi Ryan tak ada di sana. Aku mengedarkan pandangan tetap tak menemukannya. Sementara itu, orang yang dicari malah beli dua botol minuman dengan santainya. Aku tak melihatnya karena dari posisiku berada tertutupi candi. Akhirnya aku mengirimnya pesan.

✉️

Ria: Kamu di mana? Ga keliatan nih dari tempatku.

Ryan: Kamu diem aja di situ! Aku aja yang cari kamu.

Ria: Oh oke.

Percakapan singkat berakhir, Ryan yang sudah hafal sosokku tak membutuhkan waktu lama untuk menemukanku. Jaraknya masih cukup jauh dan Ryan diam-diam mengambil fotoku. Setelahnya, dia bergegas menghampiriku. Tiba-tiba saja sensasi dingin yang menyejukkan saat cuaca panas dan dahaga mendera menghampiri pipiku. Aku menoleh melihatnya tersenyum begitu juga dirinya.

"Apa sih?" tanyaku.

"Minum," jawabnya dengan singkat.

Ryan masih menempelkan botol itu di pipiku. "Imut banget pas pipinya kena botol. Jadi pengen cubit," batin Ryan.

Aku segera mengambil alih botol, membuka, dan langsung meminumnya. Fiuh... selamat dari panas. Ryan masih berdiri menatapku yang duduk. "Gimana rasanya ada yang spesial ga?" tanyanya tiba-tiba.

"Kan cuma air. Emang ada bedanya sama-sama air juga aku pernah minum merk ini," jelasku.

"Iya sama-sama air, tapikan ini aku yang beli. Jadi harusnya ada rasa manisnya dari cinta aku," gombalnya.

"Maaf rasa cintamu yang manis ga masuk ke botol yah, tapi malah meluber di wajahmu," kataku berterus-terang.

Setelah mendengar apa yang kukatakan, Ryan segera duduk di sampingku. Dia memasang senyum lebar di wajahnya. Aku makin terheran-heran akan tingkahnya.

"Apaan sih kamu? Jangan deket-deket aku! Jauhan dikit napa," kataku memprotes posisinya.

"Kamu tadi bilang kalau rasa cintaku yang manis ini meluber di wajahku," ulangnya.

"Jadi menurutmu aku ganteng yah?" tanyanya.

"Iya kamu ganteng," kataku.

Ryan terlihat senang, tapi detik berikutnya wajahnya berubah masam karena ucapakanku,

"Semua cowok tuh ganteng ga ada yang cantik."

Meski Ryan sendiri ga tau ini suasananya romantis atau dramatis, tapi dia harus tetap berpandangan ke depan. Dia ga akan menyerah sebelum mendapatkan hatiku.

"Kruyuk... kruyuk... " suara perut Ryan.

"Kamu laper? Belum sarapan tadi?" tanyaku.

Dia mengangguk lemah dan merubah ekspresi wajahnya jadi memelas. Astaga cowok satu ini gila perhatian banget ya. Emangnya ga bisa biasa aja mukanya. Aku merogoh tasku, mengambil roti, dan kuberikan padanya.

"Makan ini dulu buat ganjel perut!" perintahku.

Ryan menerimanya sambil mengucapkan, "Terima kasih." Dia segera membuka bungkus roti dan memakannya dengan lahap. Sambil dia makan sambil ku tanya, "Kok ga sarapan?"

Dia berhenti memakan roti itu dan melihat wajahku. Mata kami bertemu. Ada debaran jantung yang kuat di dadaku. Lagi-lagi dia memasang wajah memelas dan berkata, "Aku ga punya pacar. Jadi ga ada yang ngingetin buat makan."

"Makan tuh wajib ga perlu diingetin. Kalo sakit bau nyesel kamu nanti," terangku.

"Iya lain kali bakal makan tepat waktu biar ga ngrepotin kamu," katanya seolah-olah benar sendiri.

"Dih, siapa pula yang mau ngurusin kamu. Ga repot lah," balasku.

"Udah selesain makannya dulu. Ngobrolnya nanti lagi," lanjutku mengingatkan.

Ryan selesai makan lalu minum. Aku masih memperhatikan. Jujur aku sedikit khawatir padanya karena pasti semalem dia begadang.

"Gimana udah enakan perutnya?"

"Apa kamu punya mag?"

"Perlu minum obat ga?"

"Kamu mau ke rumah sakit sekalian periksa?"

"Nih kayaknya kamu juga keseringan begadang."

Ryan yang mendengarkan kalimat-kalimatku yang terlontar keluar seperti kereta hanya tersenyum. Dia memejamkan matanya, seolah menahan sakit. Aku yang sedikit panik langsung mendekat ke dia dan menanyakan keadaannya.

"Gimana? Gimana perlu ke rumah sakit ga?" tanyaku panik.

"Ga usah. Ini bakal sembuh kok kalo kamu yang elus-elus perutku," katanya menyeringai.

Aku langsung mendengus kesal akan kejahilan yang dibuatnya. Dia mencoba membujuk dengan kata-kata.

"Tenang aja kalo kamu elus perutku ga akan ada gelambir lemaknya. Soalnya aku sixpack," ujarnya dengan bangga.

Aku semakin kesal dibuatnya. Aku beranjak pergi dari tempat. Ryan mengejarku sambil berteriak meminta maaf. Salahku tidak berhenti berjalan cepat, dia meraih pergelangan tanganku memaksaku berhenti. Akibatnya seperti yang dia rencanakan, jatuh ke pelukannya. "Ah... sialan!" maki ku dalam hati. Setelah memperbaiki posisi berdiri dengan benar dia membujukku dengan makan.

"Ayo kita makan yang enak-enak biar suasana hatimu jadi ceria lagi! Beli apapun boleh deh," bujuknya.

Aku masih diam saja. Dia tak mau menunggu jawabanku dan memutuskan menggandengku ke tempat dijualnya makanan-makanan enak.

1
Alucard
Aku gak bisa tidur kalau belum baca next chapter, fix it thor! 🥴
ALISA<3
Gemesin banget! 😍
MindlessKilling
Luar biasa! 👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!