Arabella seorang gadis yatim-piatu yang tinggal bersama bibi nya yang jahat dan serakah.
Ara di jual oleh bibi nya kepada bos Mafia yang terkenal sangat kejam dan juga sadis.
bagai manakan nasip ara selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Albert senarnya tidak mengerti kenapa ia bisa berbuat kasar sekali terhadap Siska hanya karena mengetahui Siska menganiaya Ara, rasanya ia tidak Terima jika ada orang lain yang melukai Ara selain dirinya.
"ingat jangan di ulangi hal ini lagi, dia milikku dan hanya aku yang boleh menyakitinya, apa kau paham " ucap Albert sambil menekan setiap kata katanya.
" pa-paham Tuan " jawab Siska sambil mengangguk dengan cepat.
" bagus kembali kekamarmu"
Siska menggunakan lalu bergegas meninggalkan Albert di ruang tengah. air matanya luruh begitu saja saat ia memandangi dirinya di depan cermin, cekikan keras di lehernya itu masih membekas.
" Arggghhh... aku tidak Terima ini, di hari pertamanya saja wanita itu sudah membuat tuan menyakitiku. apa lagi nanti jika dia tinggal lebih lama lagi di sini" ucap Siska dengan sangat kesal.
***
Albert kembali ke kamar Ara namun langkahnya saat berpapasan dengan bik Surti di depan pintu kamar Ara
" Tu-tuan" ucap bik Surti menunduk hormat.
"apa dia menghabiskan makanannya? "
" Be-belum tuan"
" apa kata mu? " tanya Albert yang kelas.
" Nona Ara demam tinggi, bibik sudah berusaha untuk menyuapinya, tapi dia memuntahkan makanan itu, katanya lidahnya pahit, sepertinya nona Ara membutuhkan pertolongan dokter tuan" ucap bik surti dengan hati hati.
Albert mendengus kesal, ia langsung masuk ke dalam kamar Ara, Albert melihat Ara yang nampak menggigil dalam selimut tebal.
" apa yang kau rasakan? " tanya Albert dengan nada lembut.
" aku tidak apa apa" jawab Ara sambil bergegas bangun , kemudian duduk bersandar di ranjang.
Albert mendengus kesal saat mendengar jawaban dari Ara.
"baik- baik saja? apa kau yakin? "
Ara memberanikan diri untuk menatap laki-laki yang tengah berdiri di hadapan nya.
"Apa pedulimu tuan? bukankah semua yang menimpaku saat ini adalah ulah mu? " jawab Ara dengan ketus.
" hay, apa maksud mu? berani sekali kau berkata seperti itu pada ku" ucap Albert dengan kesal mendengar ucapan Ara.
Bik surti dan John yang berdiri di dekat pintu kamar Ara hanya bisa menahan nafas saat mendengar Ara dengan Beraninya Beraninya pertanyaan Albert dengan ketua.
" ya, dua anak buahmu tiba-tiba datang ke rumahku, mereka menyeret ku ke sini dan melemparkan aku ke dalam kamar ini, lalu tuan datang menamparmu dan mencekik leher ku" ucap Ara dengan bibir bergetar.
" setelah itu seorang wanita datang, wanita itu juga menganiaya aku hingga aku menjadi seperti ini, katakan pada ku, apa ada orang yang harus aku salahkan selain anda"
Mendengar ucapan Ara membuat Albert terdiam seribu bahasa dan baru kali ini seorang Albert ketua mafia yang paling di segani dan di takuti , kini bisa terdiam seribu bahasa oleh seorang wanita lemah seperti Ara.
" Tuan memang sudah membelimu dari bibik ku, tapi aku ini manusia, aku bukan barang, tidak bisakah anda memperlakukan aku layaknya seorang manusia?"ucap Ara mengeluarkan isi hatinya.
Tatapan sendu Ara membuat hati seorang Albert bergetar, namun bayang bayang tentang penolakan Ara kembali membuatnya kesal.
" itu lah akibatnya kau menolak untuk melayani ku, makanya layani aku, maka aku akan menjadikan mu ratu di mansion ini dan aku akan menuruti semua keinginan mu" ucap Albert dengan seringai nya.
" katakan saja berapa nominal angka yang kau minta, aku akan memberikannya asal kau mau melayani ku"ucap Albert lagi.
Mendengar ucapan Albert membuat Ara tersenyum tipis.
" bukannya sudah aku katakan pada mu jika aku tidak akan melayani pria yang bukan mahram ku! dan aku sama sekali tidak tergiur dengan uang yang anda tawarkan pada ku" ucap Ara dengan tegas.
" kau.. " pekik Albert sangat kesal dan mendekat lalu mencengkram leher Ara.
Ara yang keadaan nya sudah lemah , hanya bisa pasrah ketika Albert kembali mencengkram lehernya, bahkan ia masih bisa tersenyum , hal itu membuat Albert menjadi heran, lalu melonggarkan cengkramannya.
" apa kau benar-benar tidak takut mati? " tanya Albert.
Lagi dan lagi Ara tersenyum lalu berkata.
" Bukannya setiap yang bernyawa pasti akan mati? lalu kenapa aku harus takut akan hal itu? aku justru merindukan akan hal itu, dengan begitu aku bisa bertemu dengan Allah dan juga kedua orang tuaku" pucat Ara dengan mata yang mulai menyipit.
" dasar tidak waras" pekik Albert kesal.
" Allah... Allah.... kau selalu saja menyebut namaNya, apa dia bisa menyelamatkanmu dari sini? "pekik Albert lagi.
Sejak kecil Albert memang terlahir dari keluarga yang tidak mengenal tentang agama, hingga membuat Albert tidak mengenal Tuhan , dan Albert pun tidak percaya akan hal itu.
Hening tak ada jawaban apapun dari Ara.
" oh shit! "ucap Albert kesal saat mendapati Ara sudah memejamkan matanya.
" hay buka mata mu, kau tidak boleh mari sebelum aku meniduri mu, sialan"
Mendengar hal itu, John dan bik surti pun bergegas masuk ke dalam kamar Ara. Bik surti langsung memeriksa denyut nadi Ara.
" Tuan , nona masih hidup, nona hanya pingsan dan suhu tubuh nona semakin meningkat tuan" ucap bik surti dengan panik.
Tak percaya dengan ucapan bik surti, Albert langusng meletakkan tangan nya di kening Ara , benar saja dan benar saja suhu tubuh Ara sangat panas dari yang tadi.
" John! cepat panggilkan dokter terbaik sekarang juga! Dia tidak boleh mati sebelum melayani ku" teriak Albert.
John menelan ludahnya kasar sambil berpikir apa ada yang mau datang dini hari begini?.
" apa kau tidak mendengarkan perkataan ku John? cepat panggilkan dokter" teriak Albert kesal.
" Ba-baik Tuan! " jawab jawab John yang langsung bergegas berlari keluar kamar.
***
Perlahan Ara membuka matanya, kepalanya masih terasa berat.
"Aukhhh.... " ringisnya kala menggerakkan tangannya.
" tangan ku di infus? apa yang terjadi denganku? "ucapnya saat mendapati tanganya yang di padang selang infus, lalu ia mencoba untuk mengingat apa yang menimpanya.
" selamat pagi nona, nona sudah bangun? " pertanyaan lembut dari bik surti dengan membawa semangkuk bubur untuk Ara.
" bibik, apa yang terjadi denganku? " tanya Ara berusaha untuk bangkit.
Bik surti meletakkan bubur di atas nakas, kemudian membantu Ara untuk bangun dari ranjang.
" semalam nona demam tinggi, lalu tuan meminta dokter untuk memeriksa nona. nona sempat pingsan dan mengigau, mangkanya tangan nona di infus" tutur bik surti lalu mengambil semangkuk bubur ayam untuk Ara.
" ini bibik sudah masak bubur untuk nona, nona makan ya, biar cepat sembuh" ucap bik surti yang hendak menyuapi Ara.
" jam berapa sekarang bik? " tanya Ara yang tak menanggapi saat bik surti hendak menyuapinya.
" jam tujuh pagi nona"
" Astaghfirullah " ucap Ara yang langsung mencabut selang infus yang terpasang di tangan nya.
.
.
.