Putri seorang Duke pada zaman abad pertengahan terkejut saat terbangun dari pingsannya di saat pesta debutantenya di kalangan sosialisasi bangsawan kelas atas. Ia kembali mengulang waktu setelah mati dibunuh suami dan selir sang suami saat akan melahirkan bayinya. Sang putri bertekad akan membalas perbuatan mereka dikehidupan lampau dengan pembalasan yang sangat kejam bagi akal sehat manusia pada zaman itu.
Berhasilkah ia membalas kejahatan mereka dikehidupan yang kedua ini?
Akankah ia berhasil menyelamatkan keluarganya dari tragedi pembantaian yang didalangi suaminya di kehidupan lampau?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GadihJambi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bergerak cepat
Brak !!!! Gedebum!!!! Duar!!!!!
Suara berisik batang pohon besar yang tumbang akibat pukulan dan ledakan besar oleh Pangeran Oscar membuat area hutan tempat ia melampiaskan emosinya menjadi hangus dan berantakan.
Tidak hanya satu pohon besar, ledakan yang dikeluarkan oleh Pangeran Oscar membakar pohon-pohon kecil disekelilingnya seperti pembukaan lahan.
Hosh....hosh...hosh...
Terdengar deru napas ngos-ngosan yang tidak teratur dari pria berambut coklat kehitaman itu. Keturunan Kaisar Aldrick semuanya mempunyai rambut berwarna coklat kehitaman karena keturunan langsung dari Kaisar sendiri. Yang membedakan hanya iris mata mereka dimana anak-anak Kaisar dari Selir Agung Janice memiliki iris mata hitam pekat seperti ibu mereka, sedangkan anak-anaknya dari Permaisuri Joanna memiliki iris mata biru kehijauan kecuali Putra Mahkota yang memiliki iris mata merah pekat seperti gumpalan darah pekat persis iris mata mendiang Ibu Suri Magdalena yang keturunan langsung penyihir kuno.
Oscar melampiaskan gejolak emosi dihutan yang tidak jauh dari Dukedom Caleste sehingga getaran ledakan dari sihir api miliknya terasa oleh tiga desa yang mencakupi wilayah Duke Caleste.
"Ah, sial! Lagi-lagi aku kelepasan dengan merusak hutan ini!" umpat Pangeran Oscar seraya menegakkan tubuhnya begitu napasnya kembali normal.
Ia membuang kasar napasnya saat melihat kerusakan kecil yang disebabkan oleh sihir apinya yang sukar untuk ia kendalikan.
"Aku harus cepat-cepat pergi dari wilayah ini sebelum ada yang memergokiku dan melaporkannya pada Duke Caleste," gumamnya dengan pelan sambil berlari pergi meninggalkan kerusakan lingkungan yang baru saja terjadi.
♧♧♧
Dua hari setelah selesainya pesta debutante Ruby, saat ini gadis itu sedang duduk santai ditaman bunga milik sang ibunda sambil menikmati teh mawar kesukaannya.
Ruby menoleh kebelakang begitu telinganya mendengar langkah kaki seseorang yang masih jauh.
"Sepertinya suasana santaiku akan berakhir dengan kedatangan seseorang yang pasti itu bukan Darya," gumamnya pelan sembari memalingkan kembali mukanya seperti tidak terjadi apa-apa.
Ia meneguk pelan tehnya yang masih hangat sembari menunggu kedatangan orang itu.
"Maaf, Nona muda, izinkan saya memasuki taman ini!" ucap Dame Charles dari jarak beberapa meter.
"Silakan saja, Kak!" jawab Ruby dengan santai.
Dame Charles sedikit sungkan saat Nona mudanya memanggil dirinya dengan panggilan seperti kedua Tuan Duke muda yang tidak lain adalah kakak Nona mudanya.
"Nona, bisakah anda memanggil nama saya saja? Rasanya saya tidak pantas dipanggil seperti itu?" protes Dame Charles begitu mendekati bangku yang diduduki Ruby.
"Tidak! Kakak seusia dengan kedua kakakku, dan bagiku sangat tidak sopan memanggil orang yang lebih tua usianya dari kita dengan namanya saja. Terlebih lagi aku juga menganggap semua teman kakakku sebagai kakakku juga, termasuk Para Dame yang dimiliki kediaman ini dan Dokter Geraldine," tolak Ruby dengan lembut menjelaskannya pada Dame Charles.
Terdengar helaan napas kasar yang keluar dari mulut Ksatria tangguh itu ditelinga Ruby sehingga membuat gadis itu terkekeh pelan.
"Kakak tidak usah takut, aku akan memanggil kalian kakak jika berada di dekatku saja, bukan ditempat umum atau tempat keramaian. Hehehe...," kekeh Ruby sembari meneguk tehnya.
"Baiklah, terserah Nona saja!" jawab Dame Charles dengan pasrah.
"Duduklah, kakak! Katakan padaku apa yang ingin kakak sampaikan padaku!" ucap Ruby dengan anggun memerintahkan Dame Charles duduk dikursi kosong dihadapannya.
Sikap tenang dan dewasa Ruby setelah insiden pinggir kolam hingga saat ini masih membuat Dame Charles terkejut meskipun ia menutupi dengan baik dibalik wajah datarnya. Namun keterkejutan itu tidak bisa ditutupi dari sorot matanya.
"Semalam surat dari Panglima Deon Adler Caleste sampai di tangan saya, Nona! Beliau meminta saya untuk menyusul ke perbatasan karena mereka kewalahan menghadapi pihak kerajaan Geno yang tiba-tiba saja mendapatkan bantuan prajurit. Saat ini Jenderal muda juga sedikit kesusahan akibat kurangnya bahan makanan dan obat-obatan untuk para prajurit yang ada di benteng Eagle. Saya akan membawa prajurit khusus milik Caleste yang selama ini tersembunyi untuk membantu Panglima Deon dan Jenderal David sekaligus membawa bahan makanan dan obat-obatan untuk para prajurit yang ada disana. Untuk itu saya akan menugaskan dua Dame bawahan saya untuk menjaga Nona muda selama saya pergi keperbatasan. Mereka adalah Dame Leona dan Dame Keana yang keduanya adalah Dame perempuan yang memiliki keahlian Medis dan ahli Racun," jawab Dame Charles panjang lebar menjelaskan maksud kedatangannya.
Ruby termenung mendengar jawaban Dame Charles karena teringat akan hal ini dimasa lalunya.
"Ini persis kejadiannya dimasa lalu, tetapi kenapa waktunya dipercepat seperti ini? Seingatku dimasa lalu Kak Deon dan Kak David mengalami masalah ini saat aku akan menikah dengan bajingan itu. Sedangkan waktu dari sekarang hingga waktu pernikahan ku dengan bajinagn itu masih sekitar dua tahunan lagi.Tetapi sekarang mereka mengalaminya setelah dua hari pesta debutante ku. Apa jangan-jangan ini efek aku terlahir kembali? Jika benar, aku harus bergerak cepat membantu kedua kakakku sebelum bajingan itu diperintahkan Kaisar membantu kedua kakakku bersama Putra Mahkota! Aku tidak akan membiarkan kedua kakakku gugur begitu saja seperti dimasa lalu karena kekurangan bahan makanan dan obat-obatan. Dimasa lalu Kak David terluka karena panah racun bunga peoni dari musuh dan Kak Deon terkena sabetan pedang di punggungnya. Karena medan yang ditempuh prajurit yang mengirimkan bahan obat-obatan sangat sulit karena banyak bandit yang mencegat mereka sehingga mereka terlambat datang dan membuat kedua kakakku kehilangan nyawanya. Kali ini aku akan menyelamatkan kedua kakakku dengan tanganku sendiri!" batin Ruby dengan tangan terkepal penuh semangat dan tekad.
"Kak, aku akan ikut denganmu ke perbatasan!" ucap Ruby memecahkan kesunyian diantara mereka.
"Iya,...Apa???" sahut Dame Charles terkejut dan memekik keras seraya berdiri dari duduknya.
"Astaga, Kakak! Suaramu membuat telingaku sakit!" omel Ruby sambil menggosok telinganya dengan muka cemberut.
"Eh, maaf Nona muda! Salahkan saya karena sungguh terkejut dengan ucapan Nona!" ucap Dame Charles dengan sangat menyesal.
"Hehehe, kakak lucu dengan muka panik begitu!" kekeh Ruby menertawakan ekspresi wajah Dame Charles yang berubah.
Dame Charles kembali mendaratkan bokongnya dikursi dengan wajah pucat seperti mayat.
"Nona, ini bukan hal lucu yang harus ditertawakan. Ini medan peperangan dan pertempuran hidup mati membela daerah kerajaan Venezia yang akan direbut musuh. Perkataan Nona tadi membuat saja hampir kehilangan nyawa," ucap Dame Charles dengan wajah frustasi.
"Aku serius kakak dan aku juga paham tempat itu adalah peperangan hidup dan mati prajurit Venezia. Dan karena hal itulah aku akan ikut denganmu terjun langsung membantu kedua kakakku apapun yang terjadi. Aku akan membawa Darya dan kedua Dame yang kakak katakan tadi ke perbatasan. Keahlian dan kemampuan mereka berdua sangat diperlukan disana selain bahan makanan dan obat-obatan," sahut Ruby juga dengan sorot mata tegas dan aura dominasi yang kuat keluar dari tubuhnya.
"A-aura ini....," batin Dame Charles dengan napas sesak tanpa Ruby sadari.
Bersambung....