Devan Arenra Michael adalah Laki-laki berumur 21 tahun yang menyukai sahabatnya sejak tiga tahun yang lalu. Takut ditolak yang berujung hubungan persahabatan mereka hancur, ia memilih memendamnya.
Vanya Allessia Lewis, perempuan dengan sejuta pesona, yang sedang berusaha mencari seorang pacar. Setiap ada yang dekat dengannya tidak sampai satu minggu cowok itu akan menghilang.
Vanya tidak tahu saja, dibalik pencarian dirinya mencari pacar, Devan dibalik rencana itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citveyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7 Marah
Vanya kesal pada Devan karena secara tidak langsung Devan mempermalukannya di depan semua orang.
Ponselnya terus berdering sejak tadi dan Vanya membiarkan saja karena tahu siapa yang menelfonnya. Pasti Devan mencarinya Vanya tahu itu. Biarkan saja, biar laki-laki itu tahu kalau ia sedang marah.
"Hei!"
"Astagfirullah,"Kagetnya.
"Eh sorry-sorry, lo jadi kaget." ucap orang yang mengagetkannya Vanya merasa bersalah.
"Gak papa,"
"Kita satu jurusan, boleh kenalan gak?"
"Boleh," Jawab Vanya karena dirinya memang sedang mencari seorang teman. "Nama gue Vanya, kalau lo?"
"Gue Anis gayatri,"
"Oh kirain Anis Baswedan," Gurau Vanya tertawa di ikuti Anis.
"Eh Bdw lo sudah makan?" Tanya Anis.
"Gak, gue tuh lagi kabur dari kejaran seseorang,"
"Gue tahu, pasti kak Devan kan?" Tebaknya.
"Kok lo tahu?"
"Ya dia sempat tanyain lo sama gue, ya gue bilang gak lihat."
"Bagus deh, gue tuh lagi kesal sama dia karena bikin gue malu."
Anis menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Iya sih, tapi kan----"
"Gak tahu pokoknya intinya dia bikin gue kesal. Gue gak mau sebut nama dia. Mending kita ke kantin aja."
"Oh...oke, ayo."
Anis sedikit mulai tahu sifat Vanya. Sebelum Vanya terlambat tadi, anak-anak sempat heboh di karenakan Vanya Allesia lewis yang mereka kenal pernah Viral di tiktok karena ada seorang laki-yang memvideo Vanya secara sembunyi-sembunyi kini satu jurusan dengan mereka.
Bahkan jurusan lain pun saat Vanya baru datang dan mengambil barisan, mereka semua langsung terpana dengan kecantikan Vanya yang Followersnya sudah ribuan.
•••
Devan mencari Vanya di seluruh fakultasnya, tapi ia sama sekali tak menemukan batang hidung gadis itu. Ia frustasi sedangkan Miko dan Noah hanya menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya yang seperti orang gila.
"Kalian ngapain diam aja, bantuin gue cari Vanya!"
"I...iya!"
Devan bukannya bertemu dengan Vanya ia malah bertemu dengan Vegas. Ia kesal karena gara-gara cowok itu ia jadi cemburu dan mengambil jalan yang menurutnya sangat di luar nalarnya. Karena kecemburuannya ia mengambil langkah yang mengakibatkan Vanya jadi marah seperti ini.
Devan curiga kalau Vegas sengaja caper di depan Vanya. Sudah dua kali, pertama saat ia yang menghentikan Vanya yang akan di hukum dan kedua saat Vegas sok-sokan berbicara seolah-olah ia adalah Mario teguh.
"Vegas, lo beneran gak suka sama Vanya kan?" Tanya Devan langsung membuat Vegas hanya menatap datar Devan yang wajahnya seperti mengintimidasinya.
Miko dan Noah saling tatap karena melihat kelakuan sahabat mereka.
"Gak, gue gak suka sama Vanya." Vegas kembali melanjutkan jalannya karena menurutnya ini tak penting baginya.
"Dengar kan kalian apa yang di bilang si Vegas itu," Devan berdecih.
"Sok-sokan banget. Kerengan gue juga kemana-mana. Pasti tuh anak mau caper sama Vanya. Kalian berdua harus awasin dia."
Miko dan Noah ingin protes namun mulut mereka langsung tertutup saat Devan melanjutkan perkataannya.
"Nanti gaji kalian bakal gue tambahin."
"Oke kita siap laksanain tugas dari lo!" Semangatnya. Lumayan tambah-tambah uang sewa Apartemen.
•••
Vanya heran saat masuk kantin kampus. Semua orang menatapnya membuat Vanya merasa curiga dengan penampilannya. Penampilannya aman-aman saja perasaan karena sebelum ke kantin Vanya sempat bercermin pada mobil yang terparkir di kantin. Apa jangan-jangan ada sesuatu di giginya, karena ia tak sempat memperhatikan giginya saat bercermin tadi. Vanya panik dan langsung menarik Anis untuk duduk.
Vanya duduk tepat di depan Anis yang kini. Ia sedikit menundukkan kepalanya karena ia ingin berbisik pada Anis.
"Anis ada sesuatu gak di gigi gue?" Vanya memperlihatkan deretan giginya.
"Gak ada, aman-aman aja tuh," Jawabnya.
"Terus kenapa mereka pada lihatin gue?"
"Loh gak tahu ya kalau selama upacara pembukaan tadi lo itu jadi tatapan semua orang?"
"Gue gak tahu, gue kira tadi pas gue datang mereka lihatin Presiden mahasiswa yang jalan di belakang gue,"
"Itu salah satunya. Tapi lo juga jadi bahan tatapan mereka ya secara lo kan terkenal, followers lo banyak, lo juga cantik, gimana gak jadi tatapan semua orang kalau lo spek kayak bidadari."
"Oh gue kira apaan," Vanya mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. "Tapi mereka lebay menurut gue,"Celetuknya, Anis hanya mengerutkan dahinya tak mengerti.
"Lebay? Gue rasa gak deh. Mereka itu kagum sama lo."
"Terserah deh tapi menurut gue mereka lebay."
Saat Vanya dan Anis sibuk makan ada seorang laki-laki yang Vanya dan anis yakini adalah senior berdiri di dekat meja mereka berdua.
Vanya dan Anis menelisik penampilan senior itu. Laki-laki itu punya badan atletis dan hidung mancung, kulitnya tidak hitam dan tidak putih, menurut Vanya perawakan laki-laki itu lumayan juga.
"Lo Vanya kan?" Tanyanya dengan senyum manisnya memperlihatkan lesung pipinya yang di sebelah kanan.
"Iya,"
"Kenalin nama gue Remi bagaskara, bisa di panggil Remi?"
"Oh ha...hai," Vanya menyapa Remi dan melirik sekilas Anis. "Oh iya kenalin teman gue Anis gayatri. Ayo Nis, kenalan," Vanya menyenggol lengan teman barunya itu.
"Hai," Sapanya.
Anis hanya balas tersenyum canggung.
"Gue boleh minta nomor telfon lo gak Vanya?"
"Gak boleh!"
Suara itu. Vanya melotot dan langsung menghadap q pemilik suara yang tak lain adalah Devan.
"Lo sahabatnya Vanya kan?" Tanya Remi karena ia sedikit tahu bagaimana kedekatan laki-laki yang bernama Devan dengan Vanya.
"Iya emang kenapa? Gak usah deh dekatin sahabat gue. Pergi lo dari sini," Usirnya mendelik tak suka.
"Devan!" Tegur Vanya berbisik. "Jaga sikap lo, malu di lihatin orang," Vanya mencubit kecil pinggang sahabatnya itu.
Devan tak perduli ia tetap menatap Remi dengan tatapan tajam.
"Gue gak bisa dekatin Vanya? Kenapa? Gue dengar-dengar Vanya jomblo," Remi tak berhenti, ia sudah memantapkan dirinya untuk mendekati Vanya.
"Tapi gue gak izinin."
"Lo juga suka sama Vanya?" Tanya Remi membuat suasana semakin menegang.
Miko dan Noah yang melihat Devan diam langsung mendekat.
"Dev, sudah kita jadi bahan tontonan orang-orang," Bisik Miko.
"Dekatin aja kalau Vanya mau, gue gak larang." Finalnya berubah pikiran.
"Makasih Devan. Vanya dengar kan, Devan sudah izinin gue dekatin lo," Seru Remi dengan bahagianya. Vanya hanya tersenyum seadanya membalas ucapan Remi.
Suasana hati Devan campur aduk. Akan ia beri peringatan pada Remi karena berani-berani melawannya. Dirinya mana mungkin membiarkan Vanya di dekati orang lain. Vanya itu miliknya, tidak ada seorang pun yang akan mendapatkannya kecuali Devan sendiri.
Ia tersenyum menyeringai menatap punggung Remi yang bertos riah dengan temannya di meja tak jauh darinya.
"Lihat aja apa yang akan gue lakuin."
Vanya menelisik wajah Devan yang menampilkan wajah dinginnya. Vanya merasa Devan punya masalah sehingga wajahnya seperti itu.
"Minum," Vanya menyodorkan jusnya pada Devan.
Devan menatap Vanya beberapa detik setelah itu menyeruput jus yang di berikan Vanya.
Anis yang melihat gelagat Devan yang memarahi Remi tadi jadi curiga. Sepertinya ada yang terjebak Friendzone dalan hubungan persahabatan mereka. Anis tersenyum tipis karena sudah tahu.
"Eh Vanya dia teman baru lo? Kenalin dong," Celetuk Miko.
"Dih, lo kan sudah punya pacar ngapain gangguin teman gue."
"Gue sudah putus beberapa menit yang lalu," Kekeh Miko.
"Vanya lo tahu sendiri kan gimana Miko. Dia itu playboy, sehari gak punya pacar hidupnya berasa makan tanpa garam," Noah yang langsung mendapatkan jitakan dari Miko.
"Eh kenalin nama gue Miko," Miko mengulurkan tangannya pada Anis yang kini melirik Vanya meminta persetujuan.
"Anis kak."
"Ah suaranya," Miko memegang dadanya. "Suaranya bikin dada gue berdetak."
"Modus," Cibir Vanya.
"Sudah punya pacar gak?"
Anis melirik Vanya lagi, ia bingung harus menjawab apa.
"Miko jangan gangguin teman gue, cari mangsa yang lain aja jangan teman gue," Omelnya.
"Ya gak asik, tapi gue tertariknya sama teman lo gimana dong?" Balas Miko membuat Vanya semakin kesal.
"Ih Devan, Masa Miko ga--- astaga Devan!" Vanya merebut sendok yang ada di tangan Devan.
Devan menatap Vanya dengan tatapan protes karena Vanya yang merampas sendoknya begitu saja saat ia sibuk makan.
"Lo gak bisa makan ini Devan. Ini pedas Dev."
"Bukan urusan lo."
"Tapi perut lo bakal sakit kalau lo makan sambel banyak gini."
"Gue gak perduli," Devan mengambil sendok yang lainnya dan kembali memakan baksonya.
"Dev stop, perut lo bakal sakit. Lo gak bisa makan pedas, kalau lo sampai sakit gimana? Dev jangan makan itu,"
"Ini urusan gue, gak usah larang gue makan ini," Tajam Devan.
Vanya menggertakkan giginya. "Yaudah makan aja, jangan ngeluh sama gue kalau lo sakit perut. Ayo Nis."
Anis cepat-cepat berdiri karena tak mau membuat mood Vanya tambah rusak. Anis rasa keduanya mempunyai perasaan yang sama tapi terhalang sesuatu yang Anis tah tahu. Tapi ini cuma perasaan Anis saja, ia tidak tahu dengan kenyataan yang sebenarnya.