NovelToon NovelToon
Untuk Aldo Dari Tania

Untuk Aldo Dari Tania

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah A

Berawal dari pertemuan singkat di sebuah mal dan memperebutkan tas berwarna pink membuat Aldo dan Tania akhirnya saling mengenal. Tania yang agresif dan Aldo yang cenderung pendiam membuat sifat yang bertolak belakang. Bagaikan langit dan bumi, mereka saling melengkapi.

Aldo yang tidak suka didekati Tania, dan Tania yang terpaksa harus mendekati Aldo akhirnya timbul perasaan masing-masing. Tapi, apa jadinya dengan Jean yang menyukai Aldo dan Kevin yang menyukai Tania?

Akhirnya, Aldo dan Tania memilih untuk berpisah. Dan hal itu diikuti dengan masalah yang membuat mereka malah semakin merenggang. Tapi bukan Aldo namanya jika kekanak-kanakan, dia memperbaiki semua hubungan yang retak hingga akhirnya pulih kembali.

Tapi sayangnya Aldo dan Tania tidak bisa bersatu, lantaran trauma masing-masing. Jadi nyatanya kisah mereka hanya sekadar cerita, sekadar angin lalu yang menyejukkan hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jean

"Tadi 'kan yang ngecek mikrofon suaranya kak Kevin," ujar Tania. "Dan yang kasih pengumuman itu suaranya—"

"Gue mau ke ruang OSIS, kalian berdua mau ikut nggak?" tanya Amanda bersiap berdiri.

"Enggak, lo aja sana," ujar Nabilla.

"Oke." Amanda meneguk es tehnya lalu bersiap melangkah pergi.

"Eh Amanda, gue ikut," ujar Tania menyusul langkah Amanda.

"Eh, gue gimana?" tanya Nabilla. Tatapannya begitu prihatin melihat kepergian Tania dan Amanda.

"Katanya mau sendiri," ujar Amanda dari jauh.

Nabilla berdecak sebal. Dia pikir Tania tidak akan ikut dengan Amanda, nyatanya tidak seperti itu. Dan, sekarang dia harus menyelesaikan makanannya dan terpaksa menunggu kedua temannya kembali ke dalam kelas.

******

Ruangan OSIS begitu ramai dipenuhi ketua kelas dari masing-masing kelas. Anak-anak OSIS sampai kewalahan menanggapi ini. Apalagi tidak ada Kevin dan angkatannya membuat Aldo dan teman-temannya kesulitan mengondisikan anak-anak.

"Iya, sabar ya, satu-satu," ujar Jean.

Bima sudah menyerah, wajahnya sudah lelah dipenuhi keringat karena kipas angin yang terhalang tubuh Nico.

Tania berdecak sebal dan berkacak pinggang saat melihat kerumunan di depannya. "Ya ampun, sebanyak inikah ketua kelas SMA kita?" tanya Tania.

Amanda menoleh pada Tania. "Lo serius mau ikut gue antri di sana?" tanya Amanda menunjuk keramaian.

Tania mengangguk mantap. "Iyalah," ujarnya.

Amanda hanya mengangguk ringan. Sulit dipercaya juga jika Tania ingin ikut dengannya, apalagi bertahan di antara kerumunan. Amanda dan Tania ikut mengantre di antara orang-orang yang bersuara.

"Saya belum dapet!"

"Saya juga!"

"Iya, sabar ya," ujar Aldo sangat ramah pada orang-orang di depannya.

Tania menatap Aldo yang sedang membagikan kertas dengan wajah yang sangat tenang. Dia juga melihat seorang gadis manis berdiri di samping Aldo. Tania lantas menoleh ke samping dan menemukan Kevin berjalan tergopoh-gopoh bersama dengan seorang gadis cantik.

Tania segera melambaikan tangannya seraya tersenyum manis untuk memberikan aba-aba kalau dia ada di antara kerumunan itu. Biasanya Kevin bisa melihat Tania di mana pun saat gadis itu melambaikan tangan. Tapi kali ini, Tania kecewa berat karena Kevin sama sekali tidak menoleh, lebih parahnya lagi Kevin mengabaikannya.

"Gini ya, nanti setelah selesai kegiatan belajar mengajar jangan pulang dulu. Kumpul di auditorium," ujar Kevin mengingatkan.

"Iya!" jawab semua orang.

"Iya sudah, yang sudah mendapatkan infonya silahkan kembali ke kelas dan jangan lupa infonya dipasang di papan pengumuman kelas," ujar Kevin lagi.

"Iya!" jawab semua orang.

"Yang belum dapat silahkan maju," ujar Kevin membuat anak-anak yang sudah mendapatkan informasi berjalan keluar dan yang belum segera merapat.

Amanda maju ke depan. Dan, tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan Nico membuat pria itu salah tingkah dengan mematikan kipas angin membuat Bima menoyor jidatnya. Amanda sempat terkekeh melihat hal itu.

"Do, lo pasang di mading ya," ujar Kevin memberikan tiga lembar kertas informasi.

"Biar gue aja," ujar Jean.

Kevin mengangguk dan memberikan tiga lembar kertas informasi itu pada Jean dan gadis itu segera melaksanakan tugasnya.

"Amanda, sendirian aja?" tanya Kevin saat dia memberikan kertas informasi.

"Ah, enggak, ada Tan—ah, pasti dia kabur karena nggak mau antri," ujar Amanda.

"Emang tadi dia ikut lo?" tanya Kevin.

Amanda mengangguk. "Iya. Gue duluan ya, Kak," ujar Amanda.

Kevin mengangguk mempersilakan Amanda keluar kelas. Amanda adalah perwakilan kelas terakhir yang mengambil informasi kampanye. Kevin dan yang lainnya menghela napas panjang saat satu tugas ini telah selesai.

"Gila, bagiin gituan aja reportnya nauzubillah," ujar Bima mengibas-ngibaskan kerah seragamnya.

Seseorang terkekeh geli. "Ini belum seberapa, lihat aja pas di auditorium nanti," ujar orang itu.

"Gue sama Tari ke kelas duluan ya," ujar Kevin membuat anak-anak lain mengangguk seraya berucap terima kasih karena telah membantu.

"Thanks, Kak," ujar Aldo.

Kevin segera meminta gadis yang selama ini bersamanya yang diketahui bernama Tari yaitu wakil ketua OSIS Kevin untuk ke kelas bersama. Tari adalah gadis cantik nan baik dengan gingsul di gigi kanannya. Kerap banyak orang yang menganggap kebersamaan antara Kevin dan Tari bukanlah sekadar tugas organisasi, melainkan lebih dari itu.

Lihat saja saat mereka turun dari lantai atas, mereka terlihat begitu kompak dan serasi.

...******...

Jean telah selesai memasang informasi seputar kampanye di mading sekolah membuat siswa-siswi yang ingin tahu segera mendekat dan berkerumun di mading sekolah. Saat dia sedang membersihkan lem perekat di tangannya saat itulah tanpa sengaja dia menabrak tubuh seseorang.

Bugh!

"Maaf," ujar Jean. Dia pikir setelah ini dia akan dimarahi habis-habisan oleh orang yang ditabrak, tetapi nyatanya orang yang ditabraknya ini justru diam bagaikan patung.

"Hm," deham Tania.

Jean sampai terkejut karena orang yang ditabraknya ini adalah orang yang sama sewaktu pagi bersama Aldo. Yang sedikit kentara adalah kantong mata yang menghitam dan mengendur.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Jean.

Tania menggeleng. "Enggak," ujarnya lalu melangkah melewati Jean.

Jean mengernyit bingung. Setahu yang dia dengar dari cerita Bima dan Nico kalau Tania adalah gadis yang agresif, tetapi kenyataannya Tania biasa saja seperti gadis pada umumnya.

Penasaran pada apa yang terjadi membuat Jean mengikuti langkah Tania. "Tunggu, tunggu," ujar Jean.

"Gue minta maaf tadi nggak sengaja," ujar Jean.

"Iya," jawab Tania.

"Lo serius nggak marah sama gue?" tanya Jean.

Tania menggeleng. "Enggak."

Jean mengangguk. Mungkin mengajak Tania berbicara saat ini bukan waktu yang baik. Jean melihat jelas sinyal kelelahan dari raut wajah Tania.

"Gue Jean," ujar Jean. "Gue pergi dulu ya kalau emang lo nggak apa-apa," lanjutnya.

Tania mengangguk.

"Kalau ada apa-apa lo bisa hubungi gue," ujar Jean.

Tania kembali mengangguk.

Jean tidak lagi berkata pada Tania. Dia memilih diam di tempatnya seraya melihat Tania dari belakang. Dia mengerutkan kening. Sifat Tania yang sekarang dan tadi pagi sangatlah berbeda. Ini terlihat seakan-akan Tania lelah, entah dengan tubuhnya ataupun hatinya. Jean bisa merasakan itu karena dia juga seorang perempuan.

Jean menghela napas panjang. "Tania, Tania," ujar Jean menggelengkan kepala.

...******...

Seharusnya usaha Tania semalam saat memperbaiki konsentrasinya itu berhasil hari ini. Tetapi ternyata itu tidak berhasil karena gadis itu terus menguap lebar. Amanda dan Nabilla jadi prihatin melihat kondisi Tania yang mengenaskan. Semenjak menghilang begitu saja dari ruang OSIS, saat itulah Tania tiba-tiba berubah.

Nabilla sempat berpikir kalau Tania kerasukan, tetapi hal itu segera ditepis Amanda dengan menoyor jidat Nabilla.

Penjelasan Pak Wayan tidak dihiraukan Tania. Padahal guru yang satu itu ditakuti seluruh murid karena dikenal killer habis.

"Oke, apa ada pertanyaan sampai sini?" tanya Pak Wayan.

"Tidak, Pak!" jawab seisi kelas.

Pak Wayan mengangguk mantap. Dia menatap seisi kelas lalu matanya tertuju pada Tania yang kondisinya terlihat mengenaskan.

"Tania," tegur Pak Wayan.

Amanda segera menyikut lengan Tania membuat gadis itu perlahan menoleh padanya lalu beralih pada Pak Wayan.

Tania menatap Pak Wayan sebagai artian: Apa?

"Mau belajar di sini atau di perpustakaan?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!