Namanya Aruna Azzahra, gadis cantik dengan impian sederhana
Cintanya pada seorang pria yang ia pikir bisa membawanya hingga ke Jannah nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Aruna harus hidup dengan pria menyebalkan dan minim ilmu agama. Aksa Biru Hartawan nama yang bahkan tidak ingin didengar olehnya
Bagaimana Aruna menjalani hari-harinya menjadi istri seorang Biru? atau akankah cinta itu datang tanpa mereka ketahui
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TUJUH
"Bapak mau ketaman? Nanti saya traktir makan eskrim!"
"Boleh!" Biru terlihat begitu antusias, bukan tak mampu beli eskrim, tapi mendapat perhatian dari Aruna membuatnya bahagia
Di taman
Keduanya tengah duduk disebuah bangku panjang dengan eskrim ditangan masing-masing
"Kenapa kita nggak makan eskrim di cafe aja sih?" Tanya Biru pada gadis yang kini sibuk dengan eskrim vanilla miliknya
"Makan eskrim ditaman gini lebih menyenangkan dari di cafe pak" Biru mengulas senyum diwajahnya, dia tak pernah bertemu gadis seperti Aruna yang bahkan membelikannya eskrim untuk menghibur dirinya
"Apa aku kenalin Aruna sama Mama dan Papa aja? Mereka nggak suka sama Laura karena dia matre sedangkan Aruna sama sekali nggak keliatan seperti itu, apalagi pakaiannya tertutup, mama pasti suka" ucap Biru dalam hatinya, mencoba mencari solusi terbaik untuk masalah perjodohannya
Setelah makan eskrim ditaman, keduanya kembali kekantor setelah makan siang, Biru mengajak Aruna ke ruangannya dengan alasan ada yang harus gadis itu kerjakan disana
"Pak Kevin!" Sapa Aruna, gadis itu menatap heran kearah pria tampan yang tengah duduk di sofa panjang diruang kerja sang CEO sambil meringis
"Pak Kevin kenapa? Mukanya merah-merah gitu" entah lupa atau apa Aruna bahkan masih bertanya ketika melihat wajah tampan pria itu yang dipenuhi luka cakaran
"Aruna!" Ia menatap Aruna sekilas lalu kembali memegangi pipinya yang terasa perih "Dicakar sama singa betina, semoga aja nggak rabies" Aruna sampai tertawa mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Kevin, ia memang tak begitu mengenal Kevin. Selama dua bulan bekerja disini ini adalah kali pertama ia berbicara seperti ini pada pria dengan sejuta pengalaman itu
"Mau saya bantu obatin pak!" Tawar Aruna, Biru memang masih berada dikamar mandi untuk membersihkan pakaiannya yang tadi ketumpahan eskrim
"Nggak usah Aruna" pria itu masih menolak walaupun dapat Aruna lihat dia tengah kesusahan dalam mengobati lukanya
"Nggak pa-pa pak, biar saya bantu saja" Aruna mengambil alih kotak obat lalu mengoleskan krim pada luka di wajah Kevin
"Aww.. sshhit" Kevin memejamkan matanya, wajahnya benar-benar terasa perih sekarang
"Saya tiup ya pak" sebelum melakukannya, Aruna meminta izin terlebih dahulu walaupun sebelum pria itu menjawab ia sudah melakukannya
Nafas Aruna menyapu wajah Kevin, hingga perih pada wajahnya sedikit berkurang membuatnya memejamkan matanya meresapi obat yang kini mulai bereaksi
"Sedang apa kalian?" Suara bariton itu mengejutkan keduanya hingga Aruna refleks berdiri
"It-itu pak, saya sedang membantu pak Kevin mengobati lukanya" ucap Aruna sambil menunduk sementara Kevin kembali melihat luka diwajahnya dengan cermin kecil yang ia minta dari salah seorang karyawan wanita
"Dia bisa sendiri Aruna!" Ucap Biru lalu kembali duduk dikursi kebesarannya
"Tapi pak!"
"Jangan terbiasa membantah Aruna"
"Maaf pak" Aruna kembali menunduk jemarinya saling bertaut mencoba menghilangkan rasa gugupnya
Kevin hanya diam saja mendengar perdebatan keduanya walaupun itu tentang dirinya sesekali ia meringis saat merasakan perih pada wajahnya, hari ini bosnya itu berhutang banyak padanya hingga tak ada rasa takut pada Biru hari ini
Kediaman Hartawan
"Besok malam kita kerumahnya pak Firman untuk bertemu dengan keluarga mereka" ucapan Sandi membuat Biru tersedak makanannya
Suasana makan malam yang semula damai harus dirusak oleh ucapan sang ayah benar-benar membuat Biru kehilangan nafsu makannya
"Maksud papa?" Tanya Biru yang sudah menghentikan makannya
"Ya kita akan kerumah pak Firman agar kamu bisa bertemu dengan putrinya"
"Pah, aku kan udah bilang kalau aku punya pilihan sendiri" Biru bahkan sudah memelas
"Memangnya siapa wanita yang sudah menjadi pilihan kamu? Laura?" Tanya Sandi pada putranya
"Bukan, bukan Laura. Dia salah satu karyawan di perusahaan kita" ucap Biru penuh keyakinan
"Karyawan?" Sandi mengerutkan dahinya "Kamu bahkan belum sebulan berada di perusahaan dan sudah mencintai seorang karyawan?"
"Apa kamu yakin perempuan itu tidak sedang memanfaatkan nama besar kamu Biru?" Faradina yang sedari tadi diam mulai angkat bicara
"Dia bukan perempuan seperti itu Mah" ucap Biru yakin sekali
"Ya tapikan kita juga harus waspada Biru, jangan sampai yang kamu dapat nggak jauh-jauh sifatnya dari Laura"
"Terserah kamu! Intinya kita tetap akan bertemu dengan keluarga pak Firman besok malam" ujar Sandi tak terbantahkan
"Terserah Papa aja!" Biru bangkit dari duduknya meninggalkan meja makan dan berlalu menuju kamarnya
"Kamu siapkan perempuannya sekarang saya tunggu di golden hotel. SEGERA!" Isi pesan yang ia kirimkan pada Kevin
"Baik pak" setelah mendapat pesan balasan Biru segera bersiap dengan pakaian casual dan berlalu, malam ini dirinya benar-benar butuh hiburan, ada banyak masalah yang berputar di kepalanya hingga ia butuh menyalurkan semuanya dengan bersenang-senang
Tak jauh berbeda dari apa yang dirasakan Biru, Aruna kini juga tengah merenungi nasibnya, menatap langit-langit kamar berwarna biru miliknya dengan perasaan yang begitu sulit ia artikan
Besok, keluarga dari pria yang akan dijodohkan dengannya akan datang besok. Sungguh Aruna ingin sekali lari dan pergi sejauh mungkin, dia benar-benar tidak ingin menikah dengan siapapun
Bayangan indahnya menjalani pernikahan dengan pria sempurna seperti Yusuf benar-benar harus ia kubur dalam-dalam. Jika saja Aruna bisa terbang, mungkin dia sudah melesat ke tempat dimana pria idamannya berada menghampirinya dan minta segera dinikahi, namun itu tak lebih dari khayalan seorang gadis yang jatuh cinta
***
"Apa pak Biru sedang ada masalah" Tanya Kevin yang tengah bingung dengan sikap sang bos pagi ini, sejak tadi Biru hanya diam dan saat Kevin memberi tahukan tentang kegiatannya hari ini pria itu hanya menjawab dengan bergumam
"Hemm.. Masalahnya sedikit rumit, Vin" jawabnya dengan nada terdengar lemah
"Apa pak Biru mau saya siapkan hiburan?" tawar Kevin, baginya mungkin Biru akan lebih baik setelah bersama wanita-wanita itu
"Tidak Kevin, saya sedang tidak ingin"
"Oh ya, kamu bisa handle kantor dulu kan! Saya ada urusan sebentar" sambungnya lagi, Biru sudah bangkit dari duduknya seperti mendapat harapan pria itu berjalan keluar dari ruangannya dan berlalu entah kemana setelah mendapat anggukan dari sang asisten pribadi
"Ayo ikut saya!" Suara Biru mengejutkan semua karyawan yang tengah berada diruangan tersebut
"Pak Biru?" Aruna yang terkejut bahkan sampai berdiri menatap tak percaya pria tampan yang menjulang dihadapannya
"Nggak usah melotot gitu, Cepat!" Titahnya bahkan tanpa aba-aba Biru menarik pergelangan tangan Aruna, beruntung gadis itu berhasil meraih tas yang berada di mejanya
"Aruna tuh pake pelet apa sih, sampe pak Biru kayanya kesemsem gitu sama dia"