Novel kali ini mengisahkan tentang seorang pangeran yang dibuang oleh ayahnya, karena menganggap anaknya yang lahir itu adalah sebuah kutukan dari langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KPYT 007. Bertemu Gadis Kecil yang Dingin
Kapal besar berlayar tinggi dan lebar itu meluncur cukup kencang melintasi hamparan lautan yang amat luas ini, membelah setiap ombak yang dilintasi. Sementara gelapnya malam yang begitu pekat masih menghampar di seantero lautan maha luas ini.
Tampak bocah Zhao Jinlong masih asyik duduk di sebuah bangku yang ada di samping sebelah kanan buritan kapal sambil menikmati makan malamnya.
Makan malam itu berupa nasi bungkus daun yang diperoleh dari salah seorang dari dua lelaki yang baru pertama kali ditemuinya. Lelaki yang ternyata anak buah kapal itu memberikan padanya dengan cuma-cuma karena beranggapan kalau Zhao Jinlong tengah lapar.
Dan memang Zhao Jinlong cukup kelaparan bukan?
Sambil makan dengan tenang sepasang matanya menatap hamparan kegelapan yang membentang di samudra luas. Namun sepertinya pikirannya tidak fokus pada apa yang dia lihat.
Dia sibuk memikirkan tentang rencana-rencana yang akan dilakukan selama mengembara.
Tentu hal yang tidak boleh dia lupakan, bahkan wajib adalah terus melakukan semedi agar kelima elemen energi sakti di dalam tubuhnya dapat dia kuasai sepenuhnya dengan sempurna.
Pekerjaan berat berikut yang wajib dia lakukan adalah terus mendalami dalam mempelajari Kitab Sembilan Bulan hingga mencapai tingkat sempurna.
Terus mendalami tentang ilmu pengobatan dan ilmu racun yang sudah dipelajari dari kedua orang tua angkatnya, mendiang Raja Obat dan mendiang Dewi Racun. Berusaha menyembuhkan penyakit yang orang-orang derita dengan ilmu yang sudah dia kuasai.
Selanjutnya dia akan mencari tahu tentang siapa yang telah membunuh Bunda Yin Huang-nya. Zhao Jinlong akan menuntut balas kepada orang yang telah membunuh bunda tercintanya itu.
Terus terang, Zhao Jinlong masih kabur tentang siapa yang telah membunuh ibunya. Tidak ada petunjuk atau tanda-tanda dia temukan di rumah ibunya waktu itu. Tapi dia yakin suatu saat dia akan menemukan pembunuh ibunya.
Namun, bersamaan dengan itu kedua orang tua angkat sekaligus gurunya selalu menasehatinya agar memberantas orang-orang jahat atau tokoh sesat dunia persilatan, jangan dilandasi dengan dendam.
Karena hal itu hanyalah permainan hawa nafsu yang pastinya akan berujung tidak baik.
Namun apa mau dikata dendam sudah terpatri di dalam dada Zhao Jinlong. Rasanya hatinya tidak akan tenang kalau tidak menuntut balas terhadap orang yang telah membunuh ibunya.
Saat ini dia sudah berusia 12 tahun. Dia sudah hampir menguasai Kitab Sembilan Bulan sesuai yang dibimbingkan oleh kedua orang tua angkatnya, mendiang Raja Obat dan mendiang Dewi Racun.
Mungkin jika diibaratkan, Zhao Jinlong sudah mencapai tingkatan ke 8 dari 12 tingkatan dalam menguasai kitab tersebut. Tinggal 4 tingkat lagi.
Di samping itu pula, dia sudah mencapai level 6 dari 12 level dalam menguasai kelima elemen enegi sakti bawaan sejak lahir.
Dua elemen energi sakti yang segelnya sudah terbuka sejak dia nongol di dunia ini, yaitu elemen energi api dan elemen energi es.
Tiga elemen energi sakti lainnya, segelnya baru terbuka saat dia baru mempelajari teknik semedi yang terluang dalam Kitab Sembilan Bulan.
Tiga elemen energi sakti itu antara lain elemen energi air, elemen energi angin, dan elemen energi cahaya (elemen energi penyembuh).
Dengan kata lain, bocah Zhao Jinlong sudah bisa mengendalikan kelima elemen energi saktinya itu, tinggal menyempurnakannya saja.
Mungkin, karena dia sudah cukup menguasai ilmu pengobatan, langkah awal yang akan dia tempuh adalah mengobati orang sakit.
Termasuk orang yang terkena racun ganas sekalipun dia mampu mengobati dengan teknik pengobatan menggunakan elemen energi penyembuh atau elemen energi cahaya tingkat ke 6 yang dimiliki.
Kata orang tua angkatnya, membatu orang yang kesusahan atau mengobati orang yang sedang sakit tanpa kenal pamrih. Tapi kalau ada pemberian dari orang yang ditolong, boleh untuk diambil.
Tanpa terasa nasi bungkusnya telah tandas masuk ke dalam perutnya. Namun agenda-agenda yang akan dia lakukan kedepannya belum pula tuntas dia rancang. Sudahnya itu Zhao Jinlong seketika cegukan karena lehernya kering.
"Hegk! Hegk! Hegk!"
Tanpa sadar bungkusan nasi dia buang ke laut. Lalu telapak tangan kirinya segera mampir ke lehernya, terus mengurut-urut lehernya dengan sedikit kuat. Dengan harapan cegukannya hilang.
Namun apa lacur....
★☆★☆
Sudah cukup kuat dia mengurut lehernya, cegukannya belum juga hilang. Wajah tampannya yang masih tampak mungil dan periang langsung memerah tomat. Napasnya langsung megap-megap. Membuatnya seketika didera kepanikan, meski sudah berusaha dia tenang.
Selagi bocah itu menikmati ketersiksaannya karena terus-terus cegukan, tiba-tiba muncul botol minum dari logam bercat motif berikut telapak tangan mungil putih halus di depan wajahnya.
Awalnya Zhao Jinlong belum menyadari kehadiran benda itu di depan wajahnya karena matanya setengah terpejam.
Namun begitu menyadari kehadiran botol minum, telapak tangan kanannya dengan cepat menyambar botol minum itu, tangan kiri segera membuka tutupnya, lalu meminum air yang ada di dalam botol itu tanpa pikir-pikir dulu.
Setelah cukup puas meminum air dalam botol minum yang rasanya sedikit pedas bercampur manis sedikit pekat itu, dahaganya sudah hilang dan cegukannya sudah berhenti, baru dia berhenti.
Ditutup kembali botol dari logam perak itu yang dirasa isinya masih ada meski sudah kurang dari setengahnya. Sejenak dia termenung memikirkan minuman yang dia minum.
Tidak butuh waktu lama memikirkan, Zhao Jinlong segera tahu kalau yang dia minum adalah minuman herbal. Tepatnya herbal penghangat badan. Karena beberapa kejap berikut dirasa badannya langsung hangat akibat pengaruh minuman itu.
Bocah Zhao Jinlong langsung segera mengetahui jika minuman herbal ini bukan minuman penghangat badan biasa. Melainkan minuman herbal ini dipakai sebagai obat bagi penderita penyakit dingin.
Setelah cukup lama tercenung tiba-tiba Zhao Jinlong terhenyak kaget. Baru dia sadari kalau pasti ada orang yang memberikan botol minum tanpa dia minta pada saat momen yang tepat.
Bersamaan dengan itu pula dia langsung menyadari ada orang lain selain dirinya di tempat ini. Lebih tepatnya orang itu berada di samping kirinya.
Namun belum juga bergerak melakukan sesuatu, maksudnya hendak menoleh ke samping kirinya hendak melihat rupa orang itu, sebuah tangan mungil putih halus langsung menyambar kembali botol minum itu dari tangannya dengan cepat.
Sehingga tidak lama kemudian, botol minum tadi sudah berpindah tangan dengan cepat. Tapi Zhao Jinlong masih sempat melihat ke mana botol minum itu dibawa oleh si tangal mungil.
Lalu dengan cepat Zhao Jinlong menoleh ke samping kirinya. Awalnya dia terkejut tapi tidak sampai sangat, apalagi tercengang. Karena dia memang sudah mengetahui ada orang di situ.
Di situ, di ujung bangku yang masih didudukinya sebelah kiri ternyata sudah berdiri seorang gadis kecil. Wajahnya yang masih tampak mungil sungguh cantik dan manis, tapi tampak pucat.
Di wajah cantik tapi pucat itu tak ada ekspresi sama sekali, begitu datar bercampur dingin. Sama dengan sorot matanya, datar dan dingin.
Tapi di balik wajah dingin dan sorot mata gadis itu Zhao Jinlong dapat merasakan kalau di situ seperti tersembunyi rasa duka yang amat dalam. Entah gadis kecil itu berduka karena apa, atau dia berduka karena siapa?
Rambutnya cukup panjang dikuncir ekor kuda di belakang atas kepalanya. Berponi halus berbaris rapi dan indah di atas dahinya.
Dia berpakaian rangkap dengan baju luar lengan panjang warna biru muda sebenarnya. Tapi pakaian luarnya masih dilapisi jaket panjang dan tebal, terbuat dari bulu warna putih.
Umurnya sepertinya tidak jauh beda dengan Zhao Jinlong. Atau bisa saja umur gadis dingin itu sama dengan dirinya. Yang artinya berumur 12 tahun.
Zhao Jinlong tidak tahu sudah berapa lama gadis dingin itu berada di situ. Sepertinya dia terlambat menyadari. Entah sudah berapa lama gadis kecil itu menatapnya dengan sorot datarnya, dia baru mengetahui hal itu saat menoleh ke arahnya.
Saat ini pula gadis kecil itu masih menatap Zhao Jinlong. Dan tatapan gadis itu masih saja datar, terkesan dingin. Wajahnya juga masih tampak dingin, tanpa ada ekspresi sedikitpun.
Namun bocah Zhao Jinlong dapat mengetahui sebuah fakta lagi di balik tatapan datar gadis dingin itu. Di samping rasa asing karena baru pertama kali melihat dirinya, juga tersembunyi rasa kagum terhadapnya saat menatapnya.
Entah gadis kecil itu kagum pada dirinya dari segi mananya, dan entah kenapa?
Dan begitu Zhao Jinlong beralih memandang telapak tangan kanan gadis kecil nan dingin yang memegang botol minum itu, bocah itu segera tahu kalau gadis itulah yang ternyata memberinya minum tadi.
★☆★☆★