Annisa menerima perjodohan kedua orang tuanya setelah mengetahui jika calon suaminya adalah cinta pertamanya.
Anissa yang awalnya bahagia berubah sedih ketika mengetahui bahwa suaminya sama sekali tidak mencintainya pada malam pertama mereka.
"Aku menikahimu hanya karena terpaksa. Aku telah memiliki seorang kekasih. Kami telah menjalin hubungan lebih dari 6 tahun. Jadi aku ingatkan, jangan berharap aku akan memberikan hak kamu sebagai istri."
Annisa memegang dadanya yang terasa sesak mendengar ucapan Farhan yang menusuk hatinya. Annisa mengira dia akan bahagia karena menikah dengan cinta pertamanya, tapi semua itu berubah setelah pernyataan yang membuat Anissa sadar. Bahwa dirinya tidaklah dicintai.
"Aku akan terus bersabar, bahkan sampai kesabaran itu sendiri merasa lelah dengan diriku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tujuh. NTC.
Annisa turun dari taksi bertepatan dengan Atha yang juga keluar dari mobilnya.
"Selamat Pagi, Pak Atha," sapa Annisa dengan senyum semringah.
"Selamat Pagi, Nissa. Pagi benar datangnya?" tanya Atha.
"Aku mau membaca dan mempelajari berkas buat meeting nanti. Bapak aja yang atasan juga udah datang."
"Aku juga mau persiapan meeting nanti. Semoga kerja sama dengan perusahaan itu berhasil. Ada satu perusahaan saingan yang juga kuat. Semoga kemenangan ada dipihak kita."
"Semoga,Pak."
Annisa berjalan dibelakang Atha mengikutinya hingga ke ruangan. Annisa membuatkan Atha secangkir kopi. Mereka berdua berdiskusi mengenai rapat yang akan diadakan nanti.
Jam sembilan pagi Atha mengajak Annisa pergi. Atha berharap dapat memenangkan tender kali ini. Ada beberapa perusahaan yang akan mengadakan presentasi.
Atha masuk ke salah satu hotel dengan Annisa yang selalu mengikutinya. Sampai di ruang meeting ternyata perusahaan saingannya telah datang. Ada lima perusahaan, dan semua pimpinan itu didampingi sekretaris masing-masing.
Atha berjalan dengan langkah tegak memasuki ruang rapat ikuti Annisa dibelakangnya.
Saat telah sampai di dekat meja, Atha tersenyum pada salah satu pimpinan perusahaan yang menjadi saingan terbesarnya.
"Selamat pagi, Farhan. Ketemu lagi kita," ucap Atha.
"Selamat pagi," ucap Farhan masih menunduk dengan melihat ponselnya tanpa menoleh ke arah suara. Farhan tahu suara orang yang menyapanya.
Annisa yang berdiri di samping Atha tersenyum ke arah sekretaris Farhan. Wanita itu belum menyadari jika dihadapkannya saat ini Farhan, suaminya.
"Selamat Pagi, Mbak. Selamat Pagi, Pak," sapa Annisa. Mendengar suara yang tidak asing baginya, Farhan menegakkan kepala..
Baik Farhan maupun Annisa kaget saat beradu pandang. Mereka saling pandang dan terdiam.
"Selamat Pagi, Mbak. Sekretaris baru Pak Atha?" tanya sekretarisnya Farhan.
"Iya, Mbak," jawab Annisa gugup karena Farhan masih memandangi dirinya tanpa kedip.
Atha menarik kursi agar Annisa bisa duduk. Semua itu tidak luput dari pandangannya Farhan.
"Cantik banget sekretarisnya Pak Atha. Bukan begitu Pak Farhan?" bisik sekretarisnya Farhan.
Farhan hanya diam tanpa menjawab pertanyaan sekretarisnya. Matanya memandang dengan nyala ke arah Annisa. Wanita itu hanya bisa menunduk.
Saat rapat berlangsung, Atha selalu saja memberikan perhatian pada Annisa. Seperti mengambilkan makanan atau minuman yang disediakan.
Tiba saatnya Presentasi Atha dibantu Annisa, menunjukkan kerjasama yang baik. Presentasi mereka berjalan lancar. Tampaknya perusahaan yang memiliki tender suka.
Empat perusahaan saingan mengagumi cara Presentasi dari Annisa. Selesai melakukan presentasi semua memberikan tepuk tangan untuknya.
"Pintar banget sekretarisnya Pak Atha," ucap hampir seluruh peserta rapat yang ada diruangan.
Setelah semua presentasi selesai. Tibalah saatnya untuk semua pimpinan perusahaan itu berbincang sekadar menanyakan kabar.
Saat makan siang, Farhan sengaja berdiri di samping Annisa istrinya.
"Kenapa kamu nggak pernah mengatakan jika bekerja diperusahaan milik Atha," bisik Farhan di telinga Annisa.
"Kak Farhan nggak pernah bertanya," ucap Annisa.
"Kamu sengaja melamar di perusahaan sainganku karena aku nggak mengizinkan kamu kerja di perusahaan milikku."
"Jangan selalu berburuk sangka,Kak. Jatuhnya fitnah. Aku aja nggak tau perusahaan mana yang jadi saingan kak Farhan."
"Jangan pernah katakan jika kamu istrinya aku!" ucap Farhan.
"Jika Kak Farhan melarang, aku akan mengikuti."
"Apa yang sedang kalian bicarakan. Serius banget," ucap Atha.
Annisa dan Farhan kaget saat menyadari ada Atha di samping mereka.
Atha membantu Annisa membawakan makanannya. Farhan hanya memandangi hingga Annisa duduk di dekat Atha.
Rata-rata para pimpinan memuji kepintaran dan kecantikan Annisa. Setelah makan siang, semua pamit dan akan berkumpul lagi seminggu lagi untuk mendapatkan hasilnya. Perusahaan mana yang akan memenangkan tender.
Atha meninggalkan ruangan diikuti Annisa. Annisa langsung masuk ke mobil begitu sampai diparkiran. Farhan yang mengikuti dari belakang menghampiri Atha.
"Pak Farhan, kami pamit dulu."
"Apakah bapak Atha menerima sekretaris akan menanyakan status perkawinannya?" tanya Farhan.
"Apa maksud pertanyaan pak Farhan? Tentu aja setiap karyawan yang melamar, pasti akan aku tanyakan statusnya."
"Berarti anda tau status sekretaris anda saat ini?" tanya Farhan lagi.
"Tentu aja. Emang kenapa? Apa Pak Farhan mengenalnya? Kenapa pak Farhan sepertinya perhatian sekali dengan sekretaris saya."
"Saya tidak mengenalnya. Namun sepertinya dia telah berkeluarga."
"Telah berkeluarga atau belum itu bukan urusan pak Farhan. Maaf, aku harus pamit."
Tanpa menunggu jawaban dari Farhan, pria itu masuk ke mobil. Annisa dari tadi telah menunggu dengan perasaan cemas dan ingin tahu. Apa yang dibicarakan bos dan suaminya.
"Bapak Atha bicara apa dengan bapak Farhan?" tanya Annisa begitu Atha duduk.
"Kamu mengenal Pak Farhan?" tanya Atha.
"Bukankah tadi udah mengenalkan diri saat presentasi?"
"Kamu mengingatkannya dengan cepat!" ucap Atha.
"Bukan begitu, Pak," ucap Annisa gugup.
"Jangan gugup. Aku cuma bercanda."
"Bapak ngomong apa dengan pak Atha? Annisa mengulang pertanyaannya.
"Kamu dan Farhan ternyata saling ingin tau. Dia ingin tau tentang kamu, begitu juga kamu."
Atha menjalankan mobil dengan pelan menuju perusahaannya.
"Nggak ada hal penting yang aku dan Atha omongkan. Kami tidak pernah akrab. Perusahaan kami selalu berebut tender yang sama. Kalau bukan aku, pasti Farhan yang menang."
"Maaf, Pak. Saya lancang bertanya. Saya bukannya ingin tau itu."
"Nggak perlu minta maaf, kamu nggak salah."
Atha dan Annisa sampai di perusahaan sekitar pukul tiga. Atha mengizinkan Annisa pulang karena tidak ada lagi yang harus dia kerjakan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
**Bersambung
Visual Atha, Annisa dan Farhan**.
akhirnya happy ending buat Farhan dan Annisa..
seperti kata Atha, Farhan sebenernya lelaki yg baik..
tapi karena sudah dibutakan oleh cintanya ke Sherlin, jadinya sedikit bodoh..
untung aja cepet nyadar, klo nggak pasti Annisa bakalan direbut ma Atha..
Annisa jg sabar banget yak..
congrats dah buat kalian berdua, semoga terus bersama sehidup sesurga..
mama, ceritanya keren deh..
walopun babnya cuma sedikit, hehe..
oke lanjut yg lain ya mam, jangan bosen sama komenku..
semoga sehat selalu dan tetap semangat untuk berkarya..
semoga sukses selalu ya mam..
💪🏻🙏🏻😘🥰😍🤩💕💕💕