NovelToon NovelToon
Maverick Obsession

Maverick Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Obsesi / Kehidupan di Kantor
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Oveleaa_

Maura seorang asisten pribadi, mendapati dirinya terperangkap dalam hubungan rumit dengan atasannya, Marvel-seorang CEO muda yang ambisius dan obsesif. Ketika Marvel menunjukkan obsesi terhadap dirinya, Maura terperangkap dalam hubungan terlarang yang membuatnya dihadapkan pada dilema besar.

Masalah semakin pelik ketika Marvel, yang berencana bertunangan dengan kekasihnya, tetap enggan melepaskan Maura dari hidupnya. Di tengah tekanan ini, Maura harus berjuang mempertahankan batas antara pekerjaan dan perasaan, sekaligus meyakinkan keluarganya bahwa hubungannya dengan Marvel hanyalah sebatas atasan dan bawahan.

Namun, seberapa lama Maura mampu bertahan di tengah hasrat, penyesalan, dan rahasia yang membayangi hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oveleaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

"Masalah akan selesai ketika di atas ranjang", teori itu masih berlaku.

Setelah digempur habis-habisan di dalam mobil, kini Maura terbaring lemah di atas ranjang kamar Marvel. Menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya. Kesadarannya seperti di ambang jurang, tetapi ia tidak bisa terlelap, takut Marvel akan kembali menggagahinya dalam keadaan tidak sadar.

Maura mengangkat pandangannya pada sosok yang berdiri di balkon. Cahaya langit senja membuat siluet Marvel yang sedang merokok dan mengangkat telepon terlihat dengan jelas. Hanya dengan melihat gesturnya dari belakang, ia tahu pria itu sedang marah.

Maura mendecih lemah, lalu memejamkan mata begitu melihat Marvel masuk ke dalam kamar.

"Berhenti mengatakan yang tidak-tidak, aku benar-benar pergi ke Bali." Marvel menatap layar ponselnya beberapa saat diiringi decakan kecil, lalu kembali menempelkan ke telinga.

"Aku bersumpah tidak akan melupakan pertunangan kita!" pungkasnya. Memutus panggilan sepihak dan mengantongi ponselnya.

Ia berdiri di tepi ranjang mengamati Maura yang masih menutup mata setelah kegiatan mereka berakhir setengah jam yang lalu. "Pergi mandi. Saya akan menyiapkan makanan!" perintahnya, tahu wanita itu bisa mendengar dengan jelas.

Maura membuka mata begitu langkah Marvel menjauh. Sedikit mengangkat kepala untuk melihat kepergian pria itu. Egois dan otoriter, sifat itu terlukis jelas di punggungnya.

“Dasar bajingan pemaksa!” decaknya.

Mau tidak mau Maura bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Ia menggerutu kesal karena selangkangannya sakit, bahkan sampai tidak tahan dan harus bersandar di pintu kamar mandi untuk meredakan rasa sakitnya. Matanya sudah berembun dan hampir menangis saat tiba-tiba pintu kamar dibuka. Sontak tubuhnya merosot ke lantai, lalu memeluk lutut untuk melindungi asetnya.

Jangan lupa, tubuhnya masih polos, tidak dilapisi sehelai benang pun.

Pandangannya mengikuti pergerakan Marvel yang mengobrak-abrik lemari, sepertinya pria itu belum menyadari keberadaannya. Di tempatnya, Maura melihat pria itu mengambil sebuah botol kecil berwarna hitam.

Begitu pria itu akan berjalan keluar, langkahnya tiba-tiba terhenti. Kepalanya menoleh ke samping, mendapati Maura sedang duduk di lantai dengan memeluk lutut. Sebelah alisnya terangkat melihat wanita itu seperti mayat hidup.

“Apa yang kamu lakukan di sana?” tanyanya dengan kening mengkerut heran.

Maura diam saja, pura-pura linglung menatap kosong ke arah lantai. Rautnya terlihat seperti orang bodoh, tetapi jantungnya berdebar hebat disertai umpatan-umpatan kasar di dalam hati.

Marvel berdecak keras, lalu berjalan menghampirinya. Membimbing Maura untuk berdiri dengan menarik lengannya, tetapi wanita itu diam saja, kaku seperti batu. Membuat Marvel semakin keheranan.

"Sebenarnya ada apa denganmu?" tanya pria itu, kesal.

Maura masih diam seribu bahasa dengan lamunan bodohnya.

"Apa kamu ingin saya membawamu kembali ke ranjang dan melakukan apa yang—"

Mendengar ancaman itu Maura menggeleng cepat dan langsung masuk ke kamar mandi secepat kilat. Mengunci pintu rapat-rapat. Ia berjalan tertatih menuju bathub, menenggelamkan diri di sana tanpa menunggu air hangat yang ia nyalakan penuh.

"Dua puluh menit lagi kutunggu di meja makan. Kalau tidak, kamu kuhabisi di dalam!" teriak Marvel dari luar.

Maura hanya bisa menghela napas dan memejamkan mata. Memangnya kapan pria itu tidak bertingkah semaunya sendiri? Di saat seperti ini pun ia tidak peduli Maura sedang kesakitan.

"Dasar Brengsek!" umpat Maura.

°°°

Dua puluh menit kemudian Maura sudah duduk cantik di meja makan dengan handuk melilit kepala, menampakkan leher jenjangnya yang dipenuhi tanda kemerahan. Ia berusaha terlihat biasa saja walau perutnya berteriak minta makan. Tentu saja ia memilih kelaparan sebab tidak ingin membuat Marvel besar kepala karena terlihat melunak, pria itu harus tahu ia sedang marah dan bisa melakukan perlawanan.

Maura pastikan, si penurut itu sudah tidak ada lagi!

"Apa yang kamu tunggu, cepat makan!"

Maura menatap malas makanan itu, lalu mendecih sinis. Terlihat sangat menggoda, tetapi ia masih ingin terus bersikap jual mahal.

Akhirnya, Marvel mengalah dengan mengambilkan seporsi nasi goreng dan menyodorkan ke hadapan Maura. "Makan!" titahnya.

"Saya tidak mau—"

"Maura!" Marvel menggeram marah. "Berapa kali saya katakan, jangan berkata formal saat kita sedang berdua!"

"Itu Pak Marvel juga pakai bahasa formal! Tapi kalau sama Mbak Jesika tidak!" Wajah Maura memberengut kesal. Ia tidak habis pikir, entah ada apa dengan bosnya itu. Saat berbicara dengannya dia selalu menekankan kata "saya" seolah menunjukkan posisi mereka. Namun, berbeda saat bersama Jesica, dia akan dengan lembut menyebutkan "aku".

Marvel menarik napas kasar dan mengembuskan cepat, wajahnya kaku seolah menahan diri untuk tidak merobek bibir Maura.

"Hentikan pertengkaran ini, sekarang cepat makan. Atau kamu ingin makan di atas ranjang?" Ia menaikkan sebelah alisnya dengan sebelah sudut bibir terangkat.

Pertanyaan penuh arti itu sontak membuat bola mata Maura melotot lebar, pipinya cubby-nya bersemu kemerahan. Takut sekaligus malu. Tidak ingin memperpanjang masalah, ia segera mengambil piring itu dan menyuapkan satu sendok penuh nasi goreng ke mulutnya, matanya mengarah pada Marvel.

"Good girl," gumam pria itu, tersenyum tipis.

Maura terus menatap pria itu sedangkan bibirnya tidak berhenti mengunyah dengan rakus. Menunjukkan bahwa semua makanan itu benar-benar akan masuk ke perutnya, selain karena ia memang lapar.

"Saya harus pergi, mungkin selama empat hari. Selama itu, kamu tidak boleh keluar dari rumah ini. Tugasmu hanya duduk santai menungguku pulang."

Tangan Maura menggantung di udara, lalu meletakkan sendok ke piring dengan kasar. "Kenapa aku harus di sini?" tanyanya nyalang dengan tangan terlipat di depan dada dan mengempaskan punggung ke sandaran kursi. "Tidak bisa seperti itu, aku mau pulang sekarang!"

"No! Saya tidak mau mengambil risiko." Kehilangan Maura untuk pertama kali saja sudah membuatnya frustasi, ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi untuk kedua kalinya.

"Aku akan berdiam diri di rumah kalau memang itu yang kamu inginkan!"

"Tidak ada bedanya dengan berdiam diri di sini."

"Pokonya aku mau pulang, sekarang!" ucap Maura penuh penekanan. Ia tidak bohong, benar-benar akan pulang ke rumah orang tuanya, lalu mengajak sang ayah ke kampung halaman dan hidup bahagia di sana. Meninggalkan si brengsek gila selangkangan ini.

"Pulanglah kalau ingin Dave saya kubur hidup-hidup," balas Marvel dengan nada datar.

"Apa hubungannya sama Dave? Kita tidak punya hubungan apa pun!" Entah harus berapa kali Maura mengatakannya, mulutnya nyaris berbusa.

"Karena saya tahu kamu diam-diam akan menemuinya."

"Benar-benar tidak masuk akal. Tahu dari mana aku akan

lakukan itu? Cih!" Maura membuang wajah ke sembarang arah dengan wajah ditekuk dan mengepalkan jari-jari tangan, menahan diri agar tidak melemparkan piring ke wajah sok tahu pria itu.

"Apa pun yang terjadi kamu tidak diperbolehkan menolak. Setelah pertunangan selesai nanti, saya akan kembali ke sini."

Kepala Maura berputar cepat ke arah Marvel. Keningnya mengkerut. "Pertunangan?" tanyanya.

Jadi dipercepat itu, benar-benar secepat itu?

1
Hennyy Handriani
Makin kesini alur nya makin bangus dan makin penasaran..semangat kk buat up nya💪
Agnes Gulo
cerita nya sangat menarik kak, semangat utk UP 😍
Hennyy Handriani
bagus kok kk....💪💪💪
Hennyy Handriani
kapan upnya jangan lama" ya kk
IG: Oveleaa: siapp
total 1 replies
Hennyy Handriani
alurnya sangat bagus
IG: Oveleaa: terima kasih atas dukungan dan ulasan positifnya, Kak♥️
total 1 replies
Hennyy Handriani
Makin menarik nih
Hennyy Handriani
alurnya bagus banget💪
SweetPoison
Gimana bisa ceritanya sebagus ini, bikin aku ketagihan bacanya thor!
Dama9_
Menyentuh
Ermintrude
Buat mood pembaca semakin bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!