Ayu Larasati, seorang dokter spesialis kejiwaan yang lebih senang tidur di rumah sakit daripada harus pulang ke rumahnya. Ada sebab nya dia jarang pulang ke rumah. Apalagi jika bukan drama ibunya yang menginginkannya menikah dan segera memberikannya cucu.
Ibunya memaksa ingin menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki.
Duta Wicaksana, seorang bupati yang amat disegani di kota Magelang. Dia amat pintar mengelola kota nya sehingga kota nya bisa menjadi kota maju. Tapi sayangnya belum memiliki pendamping. Dirinya pasrah ketika akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang perempuan.
Mereka dipertemukan dalam ta'aruf. Mungkinkah cinta mereka akan bersemi?
Atau mungkinkah bunga cinta itu akan layu sebelum waktunya?
Mari kita simak perjalanan kisah cinta mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mak Nyak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pak Bupati Ya?
Laras sudah sampai parkiran. Dirinya merasa ada yang memanggil namanya. Dia celingukan mencari arah suara. Ketemu. Dokter Aisyah, dokter bedah umum yang masih sama-sama single. Usia nya tak jauh berbeda dengan Laras, hanya berbeda 2 tahun. Ya dokter Aisyah berusia 30 tahun dan seprinsip dengan Laras.
"Kak Ais? Ada apa?" Laras heran melihat dokter Aisyah mengejar nya.
Nafas dokter Ais masih tersengal-sengal. Dia mencoba mengatur nafasnya dan menjawab pertanyaan Laras.
"Umi nyuruh ke rumah. Katanya kamu mau dita'arufkan sama seseorang. Jadi pengen tahu kakak orangnya kayak apa"
"Ish, umiiiii. Apaan sih. Belum tentu juga aku terima. Selalu deh umi begini!"
"Udah lah Ras, umi pengen kamu ada yang nemenin. Tapi kakak emang kepo sih. Jiwa kepo kakak meronta-ronta ingin melihat seperti apa orang yang berniat dita'arufkan sama kamu"
"Yaudah lah. Masuk gih"
Mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil. Laras mengemudikan mobilnya meninggalkan rumah sakit menuju rumahnya.
"Emang kakak gak ada jadwal operasi? Sampai bisa nyempetin menuruti jiwa kepo kakak?"
"Hahaha, tadi ada 2 kasus apendicitis. Udah selesai juga. Ya udah kesempatan kakak bisa lihat calon imam mu" goda Ais sambil nyengar nyengir sendiri.
"Ih apaan sih, calon imam. Lebay deh kakak. Mampir ke toko kue dulu ya kak. Disuruh umi beli kue buat jamuan"
"Manut"
"Okey"
Laras menuju toko kue langganan umi nya. Agak jauh dari arah rumahnya. Karena umi sangat menyukai aroma dan rasa kue dari toko kue tersebut makanya belinya harus disana.
"Kamu udah tahu orangnya gimana Ras?" tanya Ais sambil bermain ponsel.
"Belum. Umi aja datang ngasih tahu sambil ngamuk kok kak. Gimana bisa tahu"
"Ooh, kemarin itu? Nina sampai ngumpet di ruangan ku tahu. Katanya, dok ayo ngumpet bareng. Umi datang. Kayaknya mau nerkam dokter Laras. Beuuhh langsung aku ikut dia ngumpet di kolong meja. Dia di kolong bed"
"Hahahahah. Emang umi nyari kalian sampai ngumpet gitu?"
"Nah itu dia! Kakak baru ngeh. Ngapain mesti ngumpet? Umi kan ke ruangan kamu bukan ke ruangan kakak"
"Hahahah, bodoh jangan dipelihara kak Ais"
"Gara-gara Nina tuh kakak jadi ikutan bodoh. Hem, bentar lagi kamu nikah, kakak gak ada temen jomblo nya dong"
"Belum tentu Laras terima kak Ais yang cantik. Kenapa gak coba ungkapin ke dokter Arjun sih kalau kakak ada rasa ke dia"
"Kamu ini gak peka banget sih Ras. Dia itu sukanya sama kamu. Kamu nya menjauh. Malah sekarang dia curhat nya ke aku. Sakit tahu kalau dia curhat tentang kamu" Ais mengungkapkan rasa dihatinya kepada Laras.
"Justru karena Laras tahu kalau kakak suka sama dokter Arjun, Laras menjauhi nya. Aku mundur alon-alon mergo sadar aku sopo"
"Hilih malah nyanyi. Cara ngungkapinnya gimana Ras?" tanya Ais bingung.
"Lhaaahh, malah tanya Laras. Laras mana ada pengalaman kak ngungkapin perasaan gitu" jawab Laras cepat.
"Sama lah, kakak pun mana pernah punya pengalaman ngungkapin rasa gitu"
"Tanya mbah gugel coba"
"Ih apaan sih, masa nyatain cinta tanya di internet?"
"Ya maksudnya biar ada pandangan harus ngapain dulu gitu kak" jawab Laras tersenyum sendiri atas sarannya.
"Tanya Nina aja. Kan dia pernah pacaran tuh. Pasti tahu dong cara mengungkapkan perasaan gimana" Ais sumringah saat menemukan ide.
Sesampainya di toko kue itu, Laras pamit kepada Ais ke toilet. Di saat yang sama, Duta dan mamah nya juga sudah berada di dalam toko kue itu. Ais yang tahu Duta adalah Bupati kotanya mencoba menghampirinya.
"Assalamualaikum pak bupati ya?" sapa Ais berbasa basi.
Mamah Aini dan Duta yang sedang mencari kue menoleh ke sumber suara.
"Waalaikum salam. Iya betul. Kok kenal?" jawab Duta mencoba melucu.
"Yah si bapak. Masa bupati sendiri saya gak tahu?"
Duta dan mamah Aini hanya tersenyum.
"Duta, ini aja ya. Kayaknya enak" Mamah Aini mengambil kue yang hendak dibeli nya.
"Kami permisi dulu ya" pamit Duta kepada Ais.
"Ya pak, silahkan" balas Ais mempersilahkan bupati nya pergi.
Duta membayar di kasir dan diajak berfoto dengan kasir itu. Mamah Aini hanya tersenyum. Ternyata anaknya memang dikenal baik oleh warganya.
Laras masuk dan langsung memilih kue yang diinginkan umi nya. Duta keluar bersama mamah Aini.
"Kakak ngapain senyum sendiri?" tanya Laras terheran.
"Tahu gak Ras, tadi ada pak bupati ganteng lhoh" jawab Ais
"Mana?" Laras mengedarkan pandangannya. Mencari pak bupati yang dibilang ganteng oleh Ais.
"Udah pulang lah"
"Emang bupati kita yang kayak mana sih kak?"
"Ha? Kamu beneran gak tahu bupati kita? Jangan-jangan dulu pas pemilu kamu golput lagi Ras"
"Hehehe, nyoblos lah, pokoknya yang cowok"
"Nah itu tahu. Kan pasti ada fotonya dong. Coba namanya siapa"
"Kalau nama Laras tahu kak, cuma gak inget wajahnya. Orang lurah Laras aja lupa wajahnya kak" ucap Laras nyengir dan kembali memilih kue.
"Ya Allah Larassss. Ada ya yang kayak kamu? Bisa-bisa nya dia gak tahu kepala daerah nya, gak tahu lurahnya. Jangan-jangan kamu juga gak tahu RT RW kamu siapa?"
Laras kembali nyengir dan menggeleng dan menuju kasir. Membuat Ais hanya tepok jidat.
"Ayo kak, udah selesai nih. Udah mau ashar juga. Keburu umi ngamuk-ngamuk lagi"
Ais mengikuti Laras kembali ke dalam mobil. Laras mengemudikan mobilnya menuju rumahnya.
Sesampainya di rumah umi dan abi sedang mempersiapkan jamuan untuk tamunya nanti.
"Assalamualaikum" ucap Laras dan Ais bersamaan melihat pintu rumah terbuka.
"Waalaikum salam" jawab umi dan abi bersamaan.
Ais dan Laras sampai melongo dengan sajian yang ada diatas karpet. Laras dan Ais menyalami umi dan abi.
"Bi, mi, ini makanan segini banyak nya buat apa?" tanya Laras bodoh membuat Ais tertawa.
"Kamu ini Ras, ya buat jamuan tamu kita nanti. Kita jamu tamu kita sebaik mungkin" jawab abi.
"Ya tapi kan nanti kalau sisa jadinya mubadzir bi"
"Udaaaahhh, siap-siap sana. Ais, bantu adeknya make up" jawab umi
"Siap mi, ayo Ras, kakak bantuin"
Laras meninggalkan abi dan umi nya menuju kamarnya diikuti dengan Ais.
"Heran Laras, makanan sampai segitu banyaknya masih disuruh beli kue. Kayak apa sih orangnya?"
"Mana kakak tahu, udah cepetan mandi sana. Terus sholat. Nanti tak bantuin make up. Nanti kakak pinjem baju kamu ya"
"Iya" Laras berlalu dan masuk kamar mandi.
Laras dan keluarganya sudah siap menyambut kedatangan Duta dan keluarganya.
"Duh kak, kok Laras jadi gugup ya" ucap Laras sambil mondar mandir.
"Cieee, kamu grogi ya?" goda Ais.
"Ih kakak nih"
"Tarik nafas dong, baca bismillah, perbanyak sholawat"
Tok tok tok
Suara pintu diketuk membuat Laras yang mendengarnya semakin gugup. Tangannya dingin.
.
.
.
Like
Komen
Vote
Tip
😂😂😂