Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Terjebak
Dua jam Lila berkutat di perpustakaan meneliti dan membaca informasi kesehatan Husien dari rekam medis yang ditemukannya.
"Sudah beres." batin Lila saat sudah mendapatkan informasi yang cukup.
Lila mengintip dari gorden jendela, saat bunyi mobil berhenti, dari dalam mobil keluar Yura.
"Sudah ku duga dia akan pulang." gumam Lila, Lila kembali keposisinya, tidak memperdulikan kehadiran Yura.
Satu, dua, tiga, perkiraan Lila tidak meleset, sesuai rencana dan hitungan jam. Terdengar teriakan lantang suara Yura.
"Bik! Bik!" teriak Yura dari kamar Husien.
Bersamaan Lila dan Sumi berlari ke kamar Husien. Lila berpura-pura panik.
"Tuan!" seru Lila.
Serentak Lila dan Sumi berjongkok di di samping Tuan Husien.
"Kau ingin membunuh papa!" Husien menunjuk Yura, dia merasa tenggorokannya sakit, perutnya mual dan ingin muntah setelah meminum air yang diberikan Yura.
Husien bernapas tersendat-sendat nyeri ditenggorokan ya terasa menyayat dan panas.
"Kau tidak akan mati Husien. Ini hanya pelajaran kecil untuk mu." batin Lila.
"Papa! Papa kenapa?" tanya Vito yang tiba-tiba datang, lalu berjongkok di samping Lila.
"Tanyakan ke Nona Yura. Apa yang sudah diberikannya ke tuan Husien." Jawab Lila memprovokasi.
"Dia meracuni ku." ujar Husien dengan suara hampir tak terdengar.
"Yura! kau.." Vito kaget kala mendengar ucapan Husien, spontan dia menatap Yura. Vito sama sekali tidak menyangka kalau Yura akan melakukan semuanya itu. Vito berdiri mendekati Yura dan menggelengkan kepalanya.
"Vito aku tidak bermaksud mencelakai papa." ujar Yura membela diri dengan berlinang air mata. Dia sama sekali tak menduga kalau air yang diberikannya pada Husien itu ada racunnya.
"Ini pasti rencana wanita sampah itu." batin Yura.
"Sudah diam kau!" bentak Vito.
Vito tidak percaya dengan pembelaan Yura, karena banyak motif yang memicu kalau Yura pelakunya. Saat Husien dirawat dan meminta Vito menggantikan posisinya sementara di kantor pusat. Yura sempat marah dan mengatakan kalau Husien sudah tak menyayanginya, begitu juga saat Husien mengambil Lila sebagai sebagai asisten pribadinya.
"Vito! kamu harus percaya padaku." Yura bermohon pada Vito.
"Tuan! Keadaan tuan Husien semakin melemah." ujar Lila membuyarkan perhatian Vito pada Yura, Vito kemudian berjongkok di samping Lila.
"Kita bawa ke rumah sakit." saran Vito.
"Jangan! Dari sini rumah sakit jauh, takutnya tidak sempat, tuan Husien membutuhkan pertolongan segera." jawab Lila.
"Bik! tolong ambilkan air putih dan buatkan segelas susu untuk Tuan." titah Lila, Sumi berlari ke dapur, kemudian kembali lagi dengan dua gelas di tangannya.
"Tuan Vito, Tolong pangku tuan Husien."
Saat Vito mengambil alih Husien, Lila berdiri mengambil gelas air susu dan air putih yang diberikan Sumi.
"Tuan minum susunya." ujar Lila seraya meminta Vito untuk meninggikan kepala Husien.
Setelah Husein meminum segelas susu, Lila memberikan air putih yang sudah diberinya obat penawar secara diam-diam. Begitu meminum air putih yang berikan Lila seketika tenggorokan Husien terasa lapang dan lega.
"Pa! Aku.." Yura berjongkok di samping Vito. Namun Husien tak mengijinkan untuk berbicara.
"Bagaimana Pa! Apa perlu memanggil dokter Raju?" tanya Vito.
"Tidak perlu."
Husien yang merasa tenggorokan dan perutnya sudah terasa nyaman, melarang Vito menelepon dokter Raju.
"Terima kasih Lila, kamu memang pantas menduduki posisi asisten pribadi saya. Saya akan menaikan gajimu dua kali lipat." ujar tuan Husien seraya berdiri dan menepuk pundak Lila.
Lila meraih kedua tangan Husien lalu menciumnya seraya mengucapkan terima kasih berkali-kali. Lila sengaja melakukan itu hanya untuk memanas-manasi Yura.
"Pa!" Yura berdiri mendekat dan menepis tangan Lila, lalu menggapai tangan Husien. Namun Husien menepis tangannya dengan kasar.
"Dasar anak Durhaka! untuk apa kau pulang ke sini!" bentak Husien.
"Pa! Aku ini putri papa! Bukan dia!" teriak Yura seraya menunjuk Lila.
"Kalau merasa putri ku. Kenapa kau ingin mencelakai papamu?"
"Tuan sudah! jangan marah lagi dengan Nona Yura, Nona Yura mungkin tidak sengaja melakukannya." ujar Lila menenangkan Husien, semata-mata mata dia mengatakan itu untuk mengambil simpati Husain.
"Ini semua pasti rencanamu! kau kan yang menaruh air beracun itu di situ." ujar Yura sambil menatap Lila dengan tajam.
"Saya? kalau saya ingin meracuni Tuan Husien. Kenapa harus menunggu Nona Yura datang. Saya punya banyak kesempatan berduaan dengan Tuan Husien." ucap Lila dengan sangat tenang.
"Kau pasti bohong! kau pasti sudah merencanakan sesuatu!" teriak Yura dengan suara lantang dan kasar.
Teriakan Yura tidak membuat Lila takut, karena dia tahu Vito dan Tuan Husien pasti akan percaya dan membelanya.
"Yura! turunkan suaramu!"bentak Husien lagi.
"Saya tidak apa-apa tuan! Nona Yura marah mungkin hanya karena emosi sesaat. Tolong Tuan jangan marahi dia." ujar Lila terus pura-pura membela Yura dan berusaha meyakinkan Husien.
Mendengar ucapan Lila, emosi Yura semakin meledak-ledak dia tahu Lila melakukan itu, hanya untuk mengambil simpati papanya, tidak ada sedikitpun ketulusan.
"Pa! papa harus percaya aku. Pasti ini semua rencana dia." ujar Lila lagi seraya mendekati Lila, kemudian dengan kasar menjambak rambutnya.
"Au..Sakit." rintih Lila, kemudian pura-pura terjatuh ke lantai.
Sebenarnya kalau Lila ingin melawan hanya sekali kibas Yura akan terpental ke lantai, tapi dia tidak melakukan itu karena dengan trik begini Husien akan semakin simpati padanya.
"Lila kamu tidak apa-apa?" Spontan Vito berjongkok dan membantu Lila berdiri kembali.
"Yura! walaupun kau jahat dengan Lila, Namun dia masih membelamu. Aku menyesal punya Putri sepertimu." Husien memegang dadanya yang kembali terasa sesak.
Karena emosi yang tidak stabil membuat kesehatan Husien drastis menurun, dia mulai kesulitan lagi untuk bernapas.
"Tuan! tuan tidak boleh emosi. ingat jantung tuan." ujar Lila menenangkan Husien kembali seraya membimbingnya duduk di tepi tempat tidur.
"Pa! Beri aku kesempatan untuk menjelaskan kepada papa." ujar Yura tak berputus asa dia tetap berusaha meyakinkan Husien bahwa dia tidak ada niat untuk meracuni Husien.
"Yura! Bisakah kau diam, Apa kau tak melihat bagaimana kondisi papa sekarang." omel Vito saat Yura ngotot.
"Tuan! lebih baik Tuan dengarkan saja penjelasan Nona Yura." ujar Lila pada Vito. Namun Husien memberi isyarat kepada Yura agar segera berhenti bicara dan meninggalkan kamarnya.
"Tuan biarkan Nona Yula menyampaikan uneg-unegnya, biar hatinya puas." Lila mencoba membujuk Husien sambil mengelus dada Husien untuk mengurangi sesaknya.
Husien akhirnya memberi kesempatan kepada Yura untuk berbicara.
"Pa! aku hanya memberikan air yang terletak di atas nakas itu. Mana aku tahu kalau itu ada racunnya, kalau papa tidak percaya ucapanku, coba saja papa cek cctv yang ada di kamar papa." ucap Yura.
Yura sangat yakin setelah melihat rekaman di cctv, pasti papanya akan berpihak kepadanya dan mengusir Lila.
"Untuk apa cek cctv, ini sudah jelas perbuatanmu." tuduh Husien tegas.
"Pa!"
"Tidak usah bicara lagi. Papa muak dengan beribu alasanmu."
"Tuan! Agar Nona Yura tidak berprasangka buruk pada ku, sekarang saya yang bermohon untuk mengecek kebenarannya di rekaman cctv." ujar Lila, dia sangat yakin, tidak ada jejak dirinya di Rekam cctv itu.
Husein memenuhi keinginan Lila dan meminta Vito untuk membuka laptopnya dan mengecek rekaman cctv. Namun di dalam rekaman cctv hanya terlihat saat Lila memberikan minum kepada Husein, setelah itu Husein istirahat dan tertidur pulas. Dan disaat Husein terbangun bersamaan pada saat itu Yura masuk, kemudian mengambil air di atas nakas membuka tutup gelas dengan posisi membelakangi papanya.
"Tuan lihat sendiri kan? pada saat Nona Yura mengambil dan membuka tutup gelas posisinya membelakangi Tuan, saat itu pasti Nona Yura sudah memasukkan sesuatu ke dalam airnya." jelas Lila sambil tersenyum, dia merasa menang.
"Kau jangan mengarang cerita." ujar Yura marah atas tuduhan Lila.
"Maaf Nona Yura! Saya hanya menganalisis hasil rekaman cctv." ujar Lila dengan menekan suara saat mengatakan rekaman.
Husein dan Vito menerima penjelasan Lila. Penjelasannya sangat masuk akal tidak mungkin kalau Lila yang memasukkan racun ke dalam gelas itu, sementara pada saat kejadian di rekaman cctv itu Lila sama sekali tidak ada.
"Alasan apalagi yang ingin kau kemukakan, semua fakta sudah menjurus kalau kau pelaku sebenarnya." ujar Vito menguatkan analisis Lila dan menuduh Yura.
"Kau lebih percaya dia, ketimbang aku istrimu." geram Yura dengan ketus.
"Bukanya kau meminta kebenaran dengan melihat rekaman cctv. Sekarang sudah jelas hasilnya seperti apa." Suara Vito naik beberapa oktaf.
"Papa! Papa harus percaya aku kali ini saja." Yura mengabaikan ucapan Vito dan beralih memohon kepada Husien, agar tidak mendengarkan ucapan Lila dan Vito.
"Lebih baik Nona Yura akui saja, sebagai orang tua saya rasa Tuan Husien pasti akan memaafkan nona." Lila kembali memutar balikkan fakta.
"Benar kata Lila. Yura! lebih baik kau akui dan minta maaf sama papa." Vito menguatkan pendapat si Lila
"Kenapa kau dan papa tidak percaya aku. Kenapa kau lebih percaya dengan wanita sampah itu."
"Kau mau tahu! Kenapa papa tidak percaya denganmu? dengarkan Yura! aku papamu sudah berkali-kali memaafkan mu. Tapi apa? kau terus membuat kesalahan-kesalahan baru lagi." ucap Husien dengan rasa kecewa.
"Yura! kau jangan keras kepala lebih baik mengaku saja." Vito meyakinkan Yura, agar Husin tidak semakin marah padanya.
"Papa! percayalah dengan ku, kali ini saja." Yura berlutut di kaki Husien.
"Papa tidak percaya. biasanya jam segini kamu tidak pernah berada di rumah. Dan hari ini.. uhuk..uhuk." Husien tersedak dia tidak melanjutkan ucapannya.
"Tuan! lebih baik tuan istirahat dan jangan banyak bicara dulu." ujar Lila seraya meminta Husien kembali ke tempat tidur.
"Vito! usir anak durhaka itu dari kamarku." titah Husein.
"Pa! pa!" teriak Yura. Namun Vito segera menyeretnya keluar.
Melihat Yura menangis saat Vito menyeretnya keluar membuat Lila tersenyum bahagia. karena jebakan yang dipasangnya mengenai sasaran. Lila sengaja menyiapkan air putih yang sudah di campurnya sedikit racun arsenik di atas nakas di samping tempat tidur Husien.
"Husien! tunggu permainan berikutnya batin Lila.
Apalagi rencana Lila terusnya
Baca kelanjutannya di part 17
Para reader jangan lupa tinggalkan jejak like komen dan hadiahnya agar aku semangat menulis dan melanjutkan ceritanya.
Lope-lope sekebun cabe rawit buat kalian semua♥️♥️♥️
thanks you