"Aku akan membayarmu" Ucap Vaya sahabatnya.
"Kamu bercanda Va" Tanya Maura memastikan.
Sebuah tawaran yang cukup gila, membuat Maura harus menjalani hari - harinya bersama Gilang. Seorang pria tampan yang mempunyai segudang pengagum.
"Kamu cukup menjadi asistennya, dan buat dia jatuh cinta"
"What.!!" Teriak Maura.
Apakah Maura setuju dengan tawaran yang diajukan oleh Vaya?
Apakah Maura sanggup menjalani hari - harinya bersama Gilang?
Lalu hubungan seperti apa yang akan terbentuk antara Maura dengan Gilang?
Yuk mampir, ikuti kisahnya😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kurniasih Paturahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdebat
Mereka berdua sekarang, duduk bersama di kursi mobil. Gilang sibuk dengan laptop dan handphonenya sedangkan Maura sibuk menatap Gilang.
"Sampai kapan kamu akan melihatku seperti itu?" Tanya Gilang.
Maura menggerutu dalam hati. Kenapa pria ini menyebalkan. Memanganya Apa yang bisa Maura lakukan sekarang. Hanya bisa menatapnya yang terlalu berisik dengan bunyi jemarinya yang sibuk menyentuh keyboard laptop miliknya.
"Ini membosankan." Protes Maura sambil melirik Gilang yang tepat di sampingnya.
"Aku sudah mengirim beberapa file ke handphonemu." Ucap Gilang dan juga melirik Muara yang duduk di sampingnya itu.
Pandangan mereka bertemu, untuk beberapa detik mereka saling menatap. Maurapun mengalihkan pandangannya secepat yang ia bisa.
"Mulai besok, setiap pagi kau sudah harus sampai di apartemenku."
"Aku juga sudah menyebarkan nomor handphonemu ke beberapa orang. Jadi kamu jangan kaget jika ada yang menghubungimu dengan label nomor tidak dikenal." Lanjutnya.
"Oh iya, besok aku ada pemotretan, kau harus ikut."
"Itu jadwal terdekatku. Selanjutnya kau bisa lihat di file yang ku kirim barusan.
Maura terdiam, menatap Gilang yang tiada henti bicara. Bagaimana bisa Gilang berkata begitu banyak.
"Kau mengingatnyakan?" Tanya Gilang pada Maura.
"Ya.. sedikit.." Jawab Maura sambil tersenyum meledeknya.
"Sekarang kau ikut aku, aku perlu beli sesuatu untuk besok."
Gilang langsung menjalankan mobilnya, tanpa meminta persetujuan dari Maura akan ajaknya. Perjalanan merekapun tiba di sebuah mall di tengah kota.
Maura kembali menatap Gilang, apa yang sedang dilakukan pria ini. Kenapa dia sibuk mengenakan topi dan kaca mata hitam.
"Kau sedang apa?" Tanya Maura.
"Menurutmu?"
"Kau seperti mau mencuri di mall." Ucap Maura polos.
Gilang terbengong mendengarnya. Untuk pertama kalinya ada seorang wanita yang mengatainya pencuri. Padahal selama ini dia selalu dipuji oleh banyak wanita.
"Ayo kita turun." Pinta Gilang akhirnya tanpa mempedulikan ucapan Maura tadi.
Memasuki sebuah toko pakaian pria bersama. Terdengar alunan lagu yang sangat menyentuh saat memasuki toko ini. Sungguh romantis dan manis sekali liriknya.
Maura mulai mengedarkan pandanganya. Menyentuh satu demi satu pakaian yang berbaris rapi pada sebuah lemari putih yang terlihat sangat jelas. Sedangkan Gilang melangkah lebih ke dalam memasuki toko ini.
Sesekali Maura melirik harga yang tertera pada pakaian yang ada di hadapanya itu. Wah.. apakah semahal ini kehidupan Gilang, fikirnya.
"Bagaimana menurutmu, kiri atau kanan?" Tanyanya sambil menunjukkan dua buah pakaian di kedua tangannya.
"Aku suka yang kanan." Jawab Maura.
"Oke, bungkus keduanya." Jawab Gilang pada penjaga toko saat itu.
Maura kembali dibuat terdiam olehnya. Satu kata untuk Gilang, menyebalkan. Kenapa juga dia bertanya. Kalau ujung - ujungnya dia memilih keduanya.
"Yuk, kita pulang." Ucapnya setelah sebuah kantong belanjaan telah hadir di genggaman Gilang sekarang.
Gilang melangkah, diikuti dengan Maura di sampingnya.
"Maaf, boleh minta tanda tangannya." Ucap pelayan toko menghampiri kami.
Gilangpun meraih pena yang diberikan oleh pelayan toko itu, memberi tanda tangannya dan tersenyum kemudian.
"Kenapa dia meminta tanda tanganmu?" Tanya Maura yang mulai penasaran dengan sosok Gilang.
"Kau tau penyanyi yang lagunya diputar di toko tadi?"
"Tidak."
"Kau sungguh tidak kenal penyanyinya?"
"Tidak."
"Hei.. selama ini kamu tinggal di mana?" Protesnya kesal.
"Jangan salahkan aku , kalau aku tidak mengenalnya. Salahkan dia karena tidak cukup di kenal."
Mulut Gilang terbuka lebar mendengar ucapan Maura. Tak percaya, bisa - bisanya Maura begitu lancar mengatakan itu.
"Jangan bilang kamu penyanyinya?" Ucap Maura asal.
"Fikirkan saja sendiri."
Gilang pergi begitu saja, meninggalkan kebingungan Maura saat itu. Kesal, pasti.. Maura memang berbeda.. dia tidak mengenali Gilang. Itu yang membuat Maura berbeda dengan wanita lain.
"Gilang.. tunggu." Teriak Maura.
Gilangpun berhenti melangkah. Menoleh ke belakang dan menghampir Maura. Wajahnya tampak kesal sekarang.
"Bisakah tidak berteriak." Bisik Gilang, saat dirinya sudah berada tepat di hadapan Maura.
"Bagaimana bisa kau dengar, kalau aku tidak berteriak."
Gilang menghela nafas lalu menarik tangan Maura untuk mengikuti langkahnya. Gilang sadar bahwa dia tidak akan bisa menang jika berdebat dengan dirinya sekarang.
Maura sebenarnya adalah wanita yang sangat ramah. Entah kenapa dengan Gilang sikapnya sangat berbeda. Mungkin karena informasi yang di dapat dari Vaya, bahwa Gilang merupakan pria yang sombong dan tidak baik di mata sahabatnya itu. Padahal tidak demikian kenyataannya.
Setelah berbelanja, merekapun kembali ke mobil. Gilangpun mengantar Maura pulang.
"Di mana kostanmu?" Tanya Gilang.
"Ah.. Gerbang hitam itu." Tunjuk Maura.
Maurapun turun dari mobil Gilang setelah mobilnya mendarat tepat di depan gerbang kostan Maura.
"Aku tunggu kamu besok pagi, jangan lupa."
"Ya.. aku ingat."
"Istirahatlah." Ucapnya kemudian dan berlalu pergi.
Apa yang barusan diucapkan Gilang membuat Maura terdiam. Dia sungguh telah mengatakan itu untuk dirinya.
"Tunggu.., bukuku tertinggal di mobilnya." Ucap Maura tiba - tiba, saat menyadari ada sesuatu yang kurang di genggamannya.
"Sudahlah , besok aku akan bertemu dengannya." Yakin Maura dalam hati dan berlalu pergi menuju kamar kostnya.
Malam itu Maura berfikir, bagaimana caranya buat Gilang jatuh cinta. Seharian ini Maura malah membuat Gilang selalu marah padanya. Walaupun dia tak tau alasannya. Tapi jika mengingat ekspresi Gilang, dia sangat marah. Apalagi saat Maura mengatakan bahwa ia memang tidak mengenal penyanyi itu.
Jangan - jangan penyanyi itu memang Gilang. Tapi Gilang tidak menjawab tadi.
"Ah.. aku lelah." Bisik Maura.
Rasa penasaranya pupus seketika, saat rasa kantuk mulai menghampirinya.
.
.
.
.
Semoga suka dengan kisah Maura dan Gilang ya. 😘
Tinggalkan jejaknya dan likenya ya kak.
Di jadikan Favorite trus kasih Rate yang banyak. Supaya tambah semangat up nya.
💪😊
Semoga selalu setia membacanya dan menunggu upnya.
Mau likenya ya kak 😊
Mau ratenya juga ya kak😇
Mampir juga yuk ke novelku yang lain, judulnya "Cinta Pak bos."
lanjut
lanjut
semangat Thor, ceritanya bagus, penasaran laras maunya apa sekarang . . 💪
Tuan rumah ngebucinin Art sendiri