NovelToon NovelToon
ANTARA CINTA DAN DENDAM

ANTARA CINTA DAN DENDAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Sania, seorang dokter spesialis forensik, merasakan hancur saat calon suaminya, Adam, seorang aktor terkenal, meninggal misterius sebelum pernikahan mereka. Polisi menyatakan Adam tewas karena jatuh dari apartemen dalam keadaan mabuk, namun Sania tidak percaya. Setelah melakukan otopsi, ia menemukan bukti suntikan narkotika dan bekas operasi di perut Adam. Menyadari ini adalah pembunuhan, Sania menelusuri jejak pelaku hingga menemukan mafia kejam bernama Salvatore. Untuk menghadapi Salvatore, Sania harus mengoperasi wajahnya dan setelah itu ia berpura-pura lemah dan pingsan di depan mobilnya, membuat Salvatore membawanya ke apartemen. Namun lama-kelamaan Salvatore justru jatuh hati pada Sania, tanpa mengetahui kecerdikan dan tekadnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Sesampainya di rumah, Sania langsung turun dari mobil tanpa menunggu Bima.

Ia segera turun ke ruang tanah yang digunakan untuk mengoperasi Papa Erwin.

Segera ia menaruh semua tabung sampel yang ia bawa dari makam ke atas meja laboratorium bawah tanah.

Tangannya bergetar saat ia menaruhnya sampel tabung dari makam Adam.

Bima berdiri di belakangnya, memperhatikan setiap gerakannya.

Lampu putih terang menyala di atas meja stainless, membuat suasana ruang itu terasa dingin dan sunyi.

Sania mulai memeriksa satu per satu tabung yang ia ambil dari tubuh Adam.

Mulai dari darah, cairan lambung, dan potongan jaringan lainnya.

Ia menyalakan mikroskop, lalu meneteskan cairan uji ke dalam slide kaca.

Beberapa menit kemudian terdengar suara mesin analisa kimia berdengung pelan, disusul bunyi klik dari komputer yang menampilkan hasil uji laboratorium.

Sania menatap layar monitor dan ia langsung membelalakkan matanya.

“Narkotika?!” gumamnya pelan.

“Maksudmu?”

Sania menelan ludah, jemarinya menari cepat di atas keyboard.

“Hasil toksikologi menunjukkan kadar morfin dan heroin yang tinggi di dalam darah Adam tapi ada juga kandungan tetrodotoxin racun dari ikan buntal.” jawab Sania sambil menunjukkan tanda grafik ke layar komputer.

“Bukankah itu racun saraf yang mematikan dan bisa cuma digunakan oleh sindikat pembunuh kelas atas.” ucap Bima.

Sania kembali mengambil cairan lain dan menelitinya lagi.

Namun ketika ia meneliti pada sampel jaringan dari bagian perut.

Ia melihat cairan yang seharusnya tidak ada di dalam perut Adam.

“A-apa yang mereka lakukan pada Adam? Kenapa ada cairan sperma di perut Adam?”

Bima menatapnya terkejut saat mendengar perkataan dari Sania.

"Sperma? Kamu yakin, La?" tanya Papa Erwin.

Sania menganggukkan kepalanya sambil menatap wajah Papanya.

"Ya, Pa. Dan sepertinya ini bukan milik Adam. Ya Tuhan, kenapa mereka sangat kejam sekali?Mereka sudah membedah tubuhnya dan memperkosanya."

Ia mundur beberapa langkah, meraih sisi meja untuk menahan diri agar tidak jatuh.

“Adam, apa yang sebenarnya mereka cari dari tubuhmu?”

Sania mengambi tasnya dan disaat akan mengambil pulpennya, jari-jarinya menyentuh sesuatu yang keras.

Ia mengambilnya dan melihat sebuah flashdisk hitam kecil.

"A-apa ini?" gumam Sania yang langsung memasang flashdisk ke laptopnya

Layar menyala menampilkan folder tunggal bertuliskan 'PLAY ME'

Sania mengkliknya dan melihat wajah Adam muncul di layar.

Adam tampak merekam dirinya sendiri di sebuah ruangan gelap seperti gudang tua.

Sayang, kalau kamu melihat ini, berarti mereka sudah berhasil membungkamku.

Sania, kamu harus tahu kalau semua ini bukan cuma tentang aku.

Ini tentang uang, senjata, dan nyawa banyak orang.

Di dalam flashdisk ini, ada bukti pencucian uang lintas negara, penjualan senjata ilegal, dan jaringan mafia yang dikendalikan oleh Salvatore dan Widi.

Jangan percaya siapa pun, bahkan mereka yang berpakaian seperti penegak hukum.

Lindungi dirimu, San. Dan selesaikan apa yang sudah aku mulai.

Di layar tersebut ada foto Salvatore bersama keluarga besarnya

Disana juga ada foto Widi, Sisil, Rubby, Robby dan ke 32 lainnya.

Kemudian rekaman berakhir dan Sania hanya menatap layar kosong dengan air matanya yang menetes tanpa suara.

“Jadi, ini yang yang mereka cari selama ini? Mereka membunuh kamu karena flashdisk ini.” ucap Sania yang langsung pingsan.

Bima menahan tubuh Sania sebelum sempat jatuh membentur lantai.

Tubuhnya terasa dingin dan lemas, napasnya tersengal.

Dengan sigap, Bima mengangkat Sania ke atas ranjang medis di sudut ruangan.

Cahaya lampu putih yang menggantung di atas meja menyorot wajah Sania yang pucat.

Bima menarik napas dalam, kemudian membuka lemari medis di sebelah kanan, mengambil satu set alat infus.

"Kasihan dia, Bim." ucap Papa Erwin sambil membelai rambut putrinya yang sedang tidak sadarkan diri.

Bima menganggukkan kepalanya sambil memasang selang infus ke pergelangan tangan Sania.

"Aku janji akan menjaga Sania." ucap Bima.

Kemudian Bima dan Papa Erwin duduk di samping tempat tidur Sania.

Beberapa jam setelah Sania pingsan, suasana ruang bawah tanah itu masih dipenuhi suara lembut cairan infus yang menetes perlahan.

Lampu putih yang tergantung di langit-langit memantulkan bayangan lembut di wajah Sania yang masih terbaring.

Bima duduk di kursi sebelahnya, tak berhenti memperhatikan monitor detak jantung.

Sementara Papa Erwin duduk di sisi lain ranjang, menggenggam tangan putrinya erat.

“Dia sudah terlalu lelah, Bim,” ucap Papa Erwin pelan. “Setelah kehilangan Adam, lalu menemukan semua ini… aku takut dia nggak sanggup menanggungnya.”

Bima menatap wajah Sania yang terlihat sangat pucat.

“Dia kuat, Pak. Lebih kuat dari yang Bapak kira. Tapi kita harus segera pindahkan dia. Salvatore nggak akan tinggal diam.”

Sebelum Papa sempat menjawab, Sania bergerak pelan.

Matanya terbuka perlahan-lahan dan pandangannya buram sesaat sebelum akhirnya fokus pada dua sosok yang menjaganya.

“Om Bima… Papa…” panggil Sania

Bima segera mendekat sambil menggenggam tangan Sania.

“Kamu aman di sini, San. Istirahatlah dulu.”

Sania menggelengkan kepalanya dan mencoba untuk bangkit dari tempat tidurnya.

"Om Bima, tolong aku. Bukankan Om dulu seorang dokter bedah plastik?"

"Iya, dulu San. Sebelumnya Ayah bergabung menjadi investigasi forensik. Memang kenapa, San?" tanya Bima dengan wajah kebingungan.

Sania menarik napas dalam-dalam, menatap lurus ke arah Bima dan Papa Erwin.

“Aku ingin Om mengoperasi wajahku. Ubah semuanya. Buat aku seperti mendiang istri Salvatore.”

Bima dan Papa Erwin langsung membelalakkan matanya saat mendengar perkataan dari Sania.

“San! Kamu sudah gila?! Kamu tahu siapa dia? Salvatore itu monster! Kamu mau bunuh diri!”

Sania menatap wajah Papa Erwin yang terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Sania.

“Pa, mereka sudah bunuh Adam. Mereka bunuh Mama. Mereka hampir bunuh Papa juga. Apa aku harus diam saja dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa?”

Papa Erwin menatap wajah putrinya yang penuh amarah.

“Sayang, Papa hanya takut kehilangan kamu juga.”

Sania memegang tangan ayahnya dan menatap lurus ke matanya.

“Pa, ini satu-satunya jalan aku membalas dendam dan menghentikan mereka. Sekarang giliranku menyelesaikan apa yang dia mulai.”

Papa Erwin menundukkan kepalanya cukup lama dan dengan berat hati akhirnya ia menyetujui permintaan Putrinya

“Baiklah, San. Kalau ini memang jalan yang kamu pilih. Papa akan mendukungmu. Tapi janji satu hal.”

“Apa, Pa?”

“Jangan meninggal sebelum mereka semua membayar.”

Sania terdiam sesaat, sambil menganggukkan kepalanya.

“Aku janji, Pa.”

Bima yang sedari tadi hanya berdiri di dekat meja operasi akhirnya membuka masker medisnya.

“Kalau begitu, kita mulai sekarang. Semakin lama kita tunda, semakin besar risiko jejak kalian terdeteksi.”

Ia berjalan ke meja stainless dan mulai menyalakan lampu operasi besar yang menggantung di langit-langit.

Cahaya putih yang menyilaukan langsung membanjiri ruangan bawah tanah.

Bima membuka laci besar berisi alat-alat bedah steril seperti pisau, gunting, jarum jahit, dan selang infus anestesi.

Semua tertata rapi seperti ruang operasi sungguhan, hanya saja di tempat yang tersembunyi.

Papa Erwin berdiri di sisi Sania, menggenggam tangannya erat sebelum topeng anestesi diletakkan di wajahnya.

Wajahnya tampak tegar, namun matanya tak bisa menyembunyikan ketakutan seorang ayah.

“Pa…” suara Sania lirih.

“Ya, Sayang?”

“Kalau aku gagal, tolong kuburkan aku di samping Adam.”

Air mata kembali mengalir di pipi Papa Erwin, setelah mendengar perkataan dari putrinya.

“Jangan bicara begitu. Kamu akan hidup dan akan balas dendam untuk semua yang mereka ambil.”

Bima menatap jarum suntik di tangannya, menarik napas berat, lalu menatap Sania.

“Siap?” tanya Bima.

“Siap.”

Bima menekan plunger perlahan. Cairan bening mengalir ke dalam selang infus.

Dalam hitungan detik, napas Sania melambat, matanya perlahan tertutup.

“Selamat tinggal, Sania Erwin. Dan selamat datang Shelena Rosalia.” bisik Bima.

Sementara itu di villa milik Salvatore dimana Widi, Sisil dan Rubby berada di villa milik Salvatore.

Mereka duduk bersama sambil menunggu kedatangan Salvatore.

Tak! tak! tak!

Terdengar suara langkah kaki Salvatore yang sudah datang.

Salvatore melihat mereka bertiga yang sudah menunggunya.

"Bagaimana? Apa kalian sudah mendapatkan flashdisk itu?" tanya Salvatore.

Widi menggelengkan kepalanya dan mengatakan kalau Stela berhasil kabur.

Salvatore yang mendengar langsung membanting gelas sampai mengenali wajah Widi.

"Kalian ada 32 orang dan ternyata bodoh semua! PENGAWAL!! BUNUH MEREKA!!"

Widi menggelengkan kepalanya dan memohonkan kepada Salvatore.

"Tolong beri satu kesempatan lagi. Kami janji akan menemukan flashdisk itu." pinta Widi yang ketakutan saat melihat anak buah Salvatore yang akan menembak nya.

DORR!

Salvatore mengambil senjata dan menembus salah satu kaki Widi.

"Aku akan memberikan satu kesempatan lagi, Wid. Tapi, jika kamu gagal aku akan membunuh kamu dan keluarga kamu. MENGERTI!!"

Widi menganggukkan kepalanya sambil merintis kesakitan.

Kemudian Salvatore meninggalkan villa dan masuk kembali ke mobilnya.

1
kalea rizuky
buat pergi jauh lahh sejauh jauhnya
kalea rizuky
biadap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!