Setelah 3 tahun berpisah, takdir kembali mempertemukan Rexi dengan cinta pertamanya, Rania, yang kini tengah dilanda ujian dalam prahara rumah tangganya bersama sang suami, Raffael Senzio.
Dari pertemuan itu, Rexi mulai menyelidiki kehidupan Rania, wanita yang masih bertahta kuat di dalam hatinya. Melihat ada kesempatan, akhirnya Rexi memutuskan untuk merebut kembali cinta pertamanya.
Sementara di sisi lain, ada Raffael yang berusaha keras memperbaiki hubungannya bersama Rania dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka.
Akankah cinta pertama mendapatkan kesempatan kedua? atau Rania akan memberikan kesempatan itu pada suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Menahan Sang Mantan.
"Tuan, mantan kekasih Anda ada di perusahaan!!!!!"
Pesan singkat yang masuk ke dalam ponsel Rexi. Jack mengetiknya cepat dan langsung mengirimkan seiring ia memimpin langkah Raffael dan Rania menuju ruangan.
Namun, Rexi baru membaca pesan tersebut berbarengan dengan pintu ruang kerjanya yang telah terbuka.
Raffael tersenyum lebar, ia ingin menyapa Rexi dan sudah ingin beranjak masuk mengikuti langkah Jack, tapi ayunan kakinya tertahan karena merasakan istrinya yang berhenti melangkah.
Ruangan tiba-tiba terasa sunyi. Jam berhenti. Bagaikan sebuah radar, pandangan Rexi dan Rania sudah langsung bertemu. Bagi keduanya, dunia seakan berhenti berputar. Ekspresi mereka sama-sama sulit dibaca.
Sampai akhirnya netra Rania bergulir ke arah tangan Rexi yang tengah menyentuh tangan seorang wanita yang berdiri di sisi meja kerjanya.
Pria tampan yang duduk di kursi kekuasannya itu mengikuti arah pandang Rania. Ia terjingkat pelan dan dengan tetap mempertahankan aura dinginnya ia menarik segera tangannya. Karena fokus pada pesan singkat Jack, Rexi tidak sengaja menyentuh tangan Stella, sekretarisnya yang tengah menyiapkan makan siang di atas meja.
"Maaf, sepertinya kami sudah mengganggu waktu kebersamaan kalian, Tuan Rexi," ucap Raffael tersenyum dengan perasaan yang tidak enak. Ia pikir telah mengganggu waktu Rexi dengan Stella, yang ia kira adalah kekasih Rexi.
Dengan gaya sombong dan angkuhnya di mata Raffael, Rexi tetap terlihat tenang, ia mempersilahkan Raffael masuk dan meminta Jack yang sudah salah membawa Raffael ke ruangannya itu untuk segera menyiapkan makan siang bersama.
Jack seharusnya membawa Raffael ke ruangan lain, bukan langsung ke ruangannya. Karena Rexi berniat hendak membuat suami kekasihnya itu menunggu dirinya yang sedang bersantap siang, menikmati makanan yang dikirimkan oleh ibunya, Amanda.
Jack yang berdiri dengan wajah memucat, menyadari kesalahannya itu pun dengan cepat melaksanakan perintah Rexi. Dan tak memerlukan waktu lama, semuanya sudah siap seperti permintaan bosnya.
"Saya jadi merasa tidak nyaman karena sudah mengganggu. Kalian pasti tengah merayakan sesuatu yang spesial," ucap Raffael di sela mereka menyantap makan siang bersama.
Suasananya terasa agak sesak. Padahal ruang kerja Rexi begitu luas. Masing-masing orang yang berada di sana seperti menyimpan ketegangannya sendiri, termasuk Jack dan Stella. Sementara Natalie, fokus memperhatikan wajah rupawan Rexi.
Rexi yang duduk dengan santai, menikmati makan siangnya itu pun memandang Raffael dengan tatapan yang tajam. Ia muak mendengar asumsi Raffael itu. "Kami tidak merayakan apa pun. Tidak ada yang spesial di antara aku dan sekretarisku," kata Rexi begitu menekan, ia beralih memandang Rania yang duduk di sebelah Raffael dengan tatapan yang tidak bisa disembunyikan lagi.
Sementara Rania hanya menunduk, mengaduk makananya yang ada di atas piring.
"Ah, maaf. Apa saya sudah salah mengira? Saya pikir dia adalah kekasih yang kemarin Anda maksud telah memberikan Anda hadiah spesial itu," kata Raffael.
"Benar, Tuan. Saya juga mengiranya demikian," sambung Natalie yang mencari kesempatan untuk bersuara di hadapan Rexi. Ia bahkan mengeluarkan kekehan manjanya.
Rexi tak memperdulikan ucapan Raffael dan Natalie. Netra tajamnya sudah membidik Rania yang tersenyum tipis bercampur sinis selesai mendengar ucapan suaminya itu.
Rania pamit pada Raffael untuk pergi ke toilet. Wanita itu beranjak meninggalkan ruang kerja Rexi, meski sebelumnya, Stella sempat mengarahkan agar Rania menggunakan toilet yang ada di ruang kerja tuannya saja.
Stella yang tidak mengetahui situasi sebenarnya, merasa tidak nyaman dengan sangkaan Raffael serta Natalie, terlebih melihat kilatan yang tidak biasa dari mata sang atasan, namun ia tetap tersenyum profesional karena Jack yang menenangkannya.
"Stella, bawa dokumen kerja sama itu ke sini." Rexi memberikan perintah, membuat Stella yang dari tadi sudah gugup itu semakin terkejut. Dengan segera ia mengambil berkas yang dipinta Rexi.
Rexi menandatanganinya dengan cepat. Tanpa sepatah kata pun, Rexi berdiri dan langsung meninggalkan ruangan, meninggalkan suasana yang tegang.
Jack sigap mengambil alih, mengalihkan perhatian Raffael. "Tidak apa-apa, Tuan Raffael. Tuan Rexi hanya sedang memiliki janji penting. Tentang kerja sama bisa dilanjutkan dengan saya dan Stella," ucap Jack, berusaha meredakan ketegangan, yang mau tak mau diangguki oleh Raffael.
Sebenarnya Raffael geram melihat sikap Rexi. Pria itu selalu bersikap sesuka hati. Jika, tidak mengingat bahwa kerja sama ini sangat penting untuknya, Raffael tidak akan mau berelasi dengan pria arogan seperti Rexi.
Pertemuan itu berlangsung cepat karena semuanya sudah mendapatkan persetujuan dari Rexi. Raffael sempat menunggu istrinya yang belum kembali dari toilet, namun ia segera beranjak pergi bersama Natalie saat pesan singkat dari Rania masuk.
"Perutku kurang nyaman, aku kembali lebih dulu."
Tanpa ragu, Raffael benar-benar beranjak pergi, meninggalkan perusahaan Rykhad Holdings tanpa menyadari bahwa Rania sedang tertahan dan terperangkap dalam kenangan bersama masa lalunya.