NovelToon NovelToon
Tangisan Di Malam Pertama

Tangisan Di Malam Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Naia Seora 25 tahun, pengantin baru yang percaya pada cinta, terbangun dari mimpi buruk ke dalam kenyataan yang jauh lebih mengerikan yaitu malam pertamanya bersama suami, Aryasatya, berakhir dengan pengkhianatan.


Naia dijual kepada pria bernama Atharva Aldric Dirgantara seharga dua miliar. Terseret ke dunia baru penuh keangkuhan, ancaman, dan kekerasan psikologis, Naia harus menghadapi kenyataan bahwa kebebasan, harga diri, dan masa depannya dipertaruhkan.


Dengan hati hancur namun tekad menyala, ia bersumpah tidak akan menyerah meski hidupnya berubah menjadi neraka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 6

Berselang beberapa menit kemudian setelah Aryasatya pergi dari dalam kamar hotel…

“Percantik wajahnya, karena dalam waktu satu jam kami akan menikah!” Titahnya Atharva dengan tegas.

“Siap Tuan Muda Atharva,” balasnya Claudia sambil menuntun Naia berjalan ke arah kamar mandi.

Naia berjalan sedikit tertatih, mirip pinguin disebabkan oleh perbuatannya Atharva yang terus menggagahinya tanpa jeda saking tergila-gilanya duda berusia 37 tahun itu setelah merasakan kenikmatan diatas tubuh perempuan yang berstatus istri orang lain.

Naia menurut tanpa berniat untuk menentang ucapan Atharva karena kondisi tubuhnya benar-benar tak sanggup lagi untuk melakukan pemberontakan.

“Aku akan membuat Naia Seora pergi jauh dari kehidupan Tuan Muda Atharva dengan cara apa pun. Aku akan kembali sebagai penenang, sebagai bahu yang ia butuhkan ketika istri barunya melarikan diri.” batin Claudia, dingin namun mantap.

Claudia menuangkan air hangat ke bak, lalu menyiapkan sabun dan minyak harum yang paling mahal. Sentuhannya cekatan, profesional, namun di balik kelembutan itu, ada perencanaan yang tersusun rapi.

“Nona muda Naia,” suara Claudia lembut namun menyimpan niat terselubung dibalik semua itu.

Claudia tersenyum smirk sambil membantu Naia mandi, “Kamu tahu kalau Tuan Muda Atharva adalah pria yang gemar menikah dan kamu akan jadi calon istrinya yang kelima.”

Mendengar itu, Naia sontak mengangkat wajahnya, air memantulkan lekuk matanya.

“Ma-sa sih sudah empat kali? Lalu istri-istrinya sekarang semuanya ada di mana? Tapi, Kok katanya Tuan Muda ia sudah lama tak bersama istrinya?” Tanyanya dengan raut wajahnya yang kebingungan hingga keningnya seketika mengerut.

Claudia menyendok sabun berbusa, tangannya rapi meratakan busa ke punggung Naia.

Senyum tipis menghias bibirnya yang dingin. “Keempat istrinya berakhir tragis, Nona. Mereka jatuh dalam bayang-bayang depresi, dirawat di rumah sakit jiwa dan keempatnya semuanya sudah meninggal.”

Ia berbicara dengan cukup santai seolah sedang menceritakan gosip artis bukan kebiadaban yang selalu mengintai.

Naia menelan ludah. “Astaghfirullah… Innalillahi wa innailaihi roji’un. Bagaimana bisa sampai seperti itu? Apakah mereka sakit jiwa lalu meninggal dunia karena disiksa?” tanyanya.

Suaranya tertahan hingga air di sekitar tubuhnya beriak pelan kala ia berbicara, matanya menatap kosong ke dinding kaca.

Claudia mencondongkan tubuh, berbisik seakan memberi fakta rahasia yang menggugah.

“Bukan disiksa secara kasar, Nona. Tapi Tuan Muda menuntut sesuatu yang sama pada setiap istrinya, yaitu ia tidak menginginkan mereka hamil. Dan jika ada yang hamil ia tak mau mengakui anak yang jelas-jelas darah dagingnya sendiri. Mereka yang membawa janin ditinggalkan, dibawa ke rumah sakit dan dari sana, sedikit demi sedikit, hidup mereka menghilang tanpa jejak.” Senyum liciknya menempel seperti noda diakhir ucapannya.

Ucapannya jatuh seperti hujan dingin di kepala Naia. Refleks ia mengusap perutnya, ingatan semalam melintas begitu saja. Sentuhan-sentuhan, desahan dari bibirnya Atharva. Ketakutan menjalar memenuhi setiap rongga hatinya.

“Ya Allah… kalau aku hamil gimana jadinya, apa jangan-jangan nasibku akan seperti mereka juga?” suaranya hampir memecah keheningan.

Bayangan akan dipisahkan dari keluarganya di kampung, berpisah selamanya hingga ia menutup matanya.

Di bawah gemerlap lampu kamar mandi, Claudia membiarkan Naia tenggelam dalam teror batin itu.

Di balik tutur yang lembut, rencananya berjalan mulus. “Perempuan naif dan tolol ini percaya begitu saja dengan ucapan yang lebih banyak bohongnya,” monolog Claudia di ruang hatinya sambil tersenyum puas.

“Rencana awal berhasil. Tinggal langkah berikutnya akan aku jalankan dengan hati-hati.” Claudia membantu.

Naia menunduk, bibirnya bergetar. “Aku… aku tak ingin ini menjadi akhir hidupku. Aku tak rela pergi tanpa pernah bertemu lagi dengan bapak ibu. Kalau memang harus menikah, aku ingin tetap punya cara untuk bertahan. Aku tak mau menderita begitu saja.”

Claudia menghela napas, menunjukan wajah prihatin yaitu sebuah topeng yang dipoles sempurna.

“Tenang, Nona. Aku akan membantu Nona agar bisa kabur dari sini. Untuk sekarang, biarlah tubuhmu terurus dulu.”

Tangannya halus menyeka air dari rambut Naia, tetapi di matanya ada janji yang lain yaitu sebuah janji untuk menggerakkan kepingan demi kepingan nasib yang akan menyingkirkan semua penghalang antara dirinya dan pria yang dicintainya.

Naia menatap ke cermin, melihat bayangan dirinya terdistorsi oleh uap. Di sana, di balik mata yang basah, ada tekad yang mulai menyala.

Apabila jalan ini harus dilalui demi mempertahankan harga dirinya dan keselamatan keluarganya di kampung, dia harus cerdas, bukan sekadar takut. Namun ketakutan itu tetap membekas, halus seperti bekas di garis di kaca.

Di dalam kamar mandi mewah itu, dua wanita berkutat pada nasib yang tak mereka pilih satu karena takut, satu karena ambisi. Dan di antara keduanya, Atharva tetap menjadi bayang besar yang menentukan segala.

Berselang beberapa menit kemudian, Naia sudah selesai mandi. Naia keluar dari dalam kamar mandi dan terlihat lelah dan masih terlihat bola matanya masih berkaca-kaca.

Claudia mengeringkan rambutnya yang panjang dengan handuk lembut, menyelimuti tubuhnya bak melindungi anak yang rapuh.

Berselang beberapa menit kemudian, pintu kamar khusus itu terbuka. Naia melangkah keluar dengan gaun pengantin putih yang tersemat indah di tubuh sintal, tinggi semampainya.

Riasan tipis namun mewah bisa menutupi wajah sendunya, menjadikannya bagaikan permaisuri yang dipaksa naik ke singgasana. Aura pesonanya kian terpancar, meski sorot matanya masih basah menahan sisa tangis.

Hampir bersamaan, beberapa pria paruh baya memasuki ruangan dengan berkas-berkas di tangan mereka adalah perwakilan dari kantor KUA setempat yang dipanggil secara khusus.

Suasana kamar hotel termegah milik Atharva itu mendadak hening, hanya dentuman jantung Naia yang terasa menggaung di telinganya sendiri.

Ijab kabul diucapkan dengan tegas. Suara saksi bergema, memecah keheningan.

“Sah!”

Kata itu meluncur begitu lantang, seolah memaku takdir baru Naia di hadapan puluhan pasang mata.

Sejak detik itu, Atharva dan Naia resmi menjadi sepasang suami istri pernikahan yang terjadi bukan di pelaminan suci penuh restu keluarga, melainkan di dalam kamar hotel yang dijaga ketat oleh barisan bodyguard pribadi.

Claudia berdiri di sudut ruangan, wajahnya tersenyum tipis, tetapi pikirannya penuh strategi busuk untuk memisahkan keduanya dan menyingkirkan Naia dari sisi majikannya.

POV Claudia

Aku berdiri di sudut ruangan, menyaksikan prosesi itu dengan dada bergejolak. Mata semua orang tertuju pada pengantin wanita yang seharusnya bukan Naia Seora, melainkan aku perempuan yang sudah hampir sepuluh tahun menemaninya, melindunginya, mengorbankan segalanya untuknya.

Tuan Muda Atharva, dengan segala kekuasaan dan kegagahannya, kembali menikah. Dan aku hanya menjadi bayangan, saksi bisu yang menahan amarah.

Tapi aku tidak akan diam.

Naia boleh tersenyum di sampingnya sekarang, boleh tampak sebagai pemenang, tapi aku akan memastikan pernikahan ini hancur.

Aku akan menyingkirkannya, dengan cara apa pun. Karena aku lah satu-satunya yang benar-benar pantas berada di sisi Tuan Muda.

Sementara itu, Naia menggigit bibirnya kuat-kuat, berusaha menahan tangis yang hampir pecah. Hatinya remuk, mengingat dalam kurun waktu tiga hari saja, ia telah dua kali duduk di pelaminan.

Kemarin sebagai istri sah Aryasatya Wijaya, dan kini, setelah diceraikan tanpa perasaan tanpa menunggu masa iddahnya, ia kembali dipaksa mengucap janji suci dengan pria lain yang bahkan lebih menakutkan dari mantan suaminya terdahulu.

Air matanya menetes diam-diam, jatuh membasahi gaun putihnya yang seharusnya menjadi simbol kebahagiaan. Tetapi bagi Naia, gaun itu hanya kain penjara, menutup rapat semua luka dan pilu yang tak seorang pun peduli.

Gaun putih ini terasa begitu berat di tubuhku, seakan setiap helainya menjerat langkahku.

Suara lantang “sah!” barusan masih bergema di telinga, membuat dadaku semakin sesak.

Aku resmi menjadi istri seorang pria yang tak pernah kuimpikan. Tiga hari lalu aku masih sah di sisi Arya, meski diperlakukan bak barang dagangan, setidaknya aku tahu siapa suamiku.

Kini, aku kembali duduk di pelaminan yang dingin tanpa kehadiran keluarga, tanpa doa, tanpa cinta. Hanya kesepian dan luka yang menemaniku.

Air mataku menetes, membasahi bibir yang dipaksa tersenyum.

Dalam hati aku berdoa lirih, “Ya Allah, kuatkan aku. Jika ini takdirku, jangan biarkan aku kehilangan diriku sendiri.”

Naia duduk sendirian di kamar hotel mewah itu. Semua terasa dingin dan sunyi meski lampu kristal di atas kepala masih menyala terang. Hatinya kacau, pikirannya campur aduk, seolah hidupnya diputar seperti roller coaster dalam semalam.

Dari celah pintu yang tak tertutup rapat, samar-samar ia mendengar suara suaminya.

“Baiklah, aku akan segera ke perusahaan. Relasi bisnis kita Tuan Besar Liem Tan dari China tidak boleh menungguku terlalu lama,” ujarnya Atharva sembari mengenakan jas kerja.

Lampard segera merespons. “Saya akan persiapkan keberangkatan Tuan Muda,” katanya dengan nada sigap.

Tak lama setelah berganti pakaian, Atharva menoleh ke arah perempuan yang berdiri tak jauh darinya.

“Claudia, jaga dan awasi istriku dengan baik. Jangan biarkan terjadi sesuatu kepadanya,” perintahnya tegas.

“Baik Tuan Muda, saya akan lakukan sesuai dengan yang Tuan Muda katakan,” imbuh Claudia sambil tersenyum samar, senyum yang menyimpan rahasia.

Naia yang mendengar semua itu hanya bisa menahan napas. Ada cahaya harapan kecil dalam benaknya. Mungkin inilah saatnya ia bisa keluar dari sangkar emas itu.

Begitu Atharva pergi bersama Lampard, Naia segera membuka lemari. Ia menyingkirkan gaun pengantinnya lalu menemukan pakaian olahraga milik suaminya. Ia cepat-cepat berganti baju, tubuhnya gemetar menahan rasa panik.

“Aku harus pergi sebelum dia balik lagi,” gumamnya lirih sambil merapikan rambut seadanya.

Ia kemudian memberanikan diri menemui Claudia. “Kak, tolong bantu aku keluar dari sini. Aku nggak kuat lagi,” pintanya dengan mata berkaca-kaca.

Claudia berpura-pura menolak. “Nggak semudah itu, Naia. Kamu tahu sendiri Tuan Muda nggak bakal gampang melepasmu,” katanya dingin.

Naia terdesak, akhirnya ia berlutut di hadapan Claudia. Air matanya jatuh, ia menatap penuh harap.

“Aku mohon tolong kak… aku rela melakukan apa aja, asal bisa pergi dari sini,” ujarnya.

Senyum Claudia makin lebar, penuh arti. “Baiklah, aku bantu kamu, tapi dengan satu syarat. Kamu harus janji nggak akan pernah muncul lagi di hidup Tuan Muda apapun yang terjadi kedepannya untuk selamanya,” ucapnya sambil mengeluarkan botol kecil dari sakunya.

Naia menatap botol itu dengan bingung. “Ini apa kak?” tanyanya lirih.

“Obat tidur. Aku bakal campurin ke minuman semua penjaga. Kamu tinggal keluar pakai topi dan masker ini. CCTV sudah aku matiin dan tentunya rencanamu bakal jalan mulus,” katanya Claudia santai.

Naia langsung berdiri lalu memeluknya erat. “Makasih banyak, kak. Aku janji, aku bakal pergi jauh dan nggak akan balik lagi,” imbuhnya dengan tangis kecil.

Claudia hanya menepuk bahu Naia. “Cepat bereskan, waktumu nggak banyak,” ucapnya singkat.

Tak lama, Claudia bergerak cepat. Ia menuangkan bubuk putih itu ke minuman para penjaga dan staf. Satu per satu akhirnya tak berdaya, terlelap tanpa sadar.

Naia mengendap-endap keluar kamar, langkahnya gugup tapi penuh tekad.

Sementara itu Claudia berdiri di balkon, menatap kepergian Naia dengan tawa yang ia tahan.

“Selamat tinggal, Naia Seora. Bagi Tuan Muda, kamu cuma wanita pengkhianat. Dan aku? Aku akan pura-pura jadi korban kelicikanmu,” batinnya seraya meneguk air yang sudah tercampur obat tidur untuk menghapus jejak keterlibatannya.

1
Isma Isma
baguss Leni kasih tau niaa biar Ndak timbul masalah baruu 🥰🥰🥰🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: kan bagus kalau banyak fans 🤭🤣
total 1 replies
Hana Ariska
gak sabar nunggu kelanjutan nya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak.. insya Allah besok double update
total 1 replies
Milla
Pasti nyaaa anak buah tuan muda arthava 🤭 semangat up thorrr🙏🌹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Belum tentu 🤭🤣
total 1 replies
Hijriah ju ju
sangat bagus menghibur
Marlina Taufik
seru ni di tunngu lanjut y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kak 🙏🏻🥰

insha Allah besok lanjut soalnya kalau malam mau jualan dulu cari tambahan penghasilan meski dikit ☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Milla
Lanjutt thorrr💪🌹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Hijriah ju ju
sungguh miris kisah hidupmu
Rahmi Jo
kenapa nggak dibantu??
Hijriah ju ju
najong loh Arya
Rahmi Jo
kok bisa dahulu bisa jatuh cinta??
Hijriah ju ju
wajar dikasari
Uba Muhammad Al-varo
semoga semua usaha kamu berhasil Naia dan kamu bisa bangkit sementara Artharva menjalani kesembuhan, sebenarnya Artharva orang nya baik tapi caranya salah besar membuat Naia menderita dan kau Arya tunggu detik2 kehancuran mu
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: oh ho siap
total 3 replies
Uba Muhammad Al-varo
sungguh memilukan hidup mu Naia, semoga ditempat baru nanti hidup mu akan bahagia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: amin ya rabbal alamin
total 1 replies
Uba Muhammad Al-varo
ayo Naia pergi dari kampung mu,cari daerah/tempat untuk menata hidup mu lebih baik lagi dan bikinlah hidup mu dan anakmu kuat,agar bisa membalas semua perbuatannya si Arya
Uba Muhammad Al-varo
kenapa kejadian tragis hanya terjadi pada Artahrva seharusnya terjadi juga pada si Arya keparat
Siti Aminah
ceritanya bagus
AsyifaA.Khan⨀⃝⃟⃞☯🎯™
semoga bahagia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: amin ya rabbal alamin
total 1 replies
Ana Natsir
setuju
Ana Natsir
semoga nggak gila
Ana Natsir
sedih jdi mewek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!