kisah cinta dua anak manusia yang tumbuh bersama sejak kecil, tapi karena suatu hal yang akhirnya membuat mereka berpisah.
kisah tentang seorang Elio pewaris tunggal keluarga konglomerat dengan seorang gadis bernama Aurora yang hidupnya penuh teka teki dan misterius.
bisakah elio membawa kembali gadis tercintanya untuk bisa selalu bersama dengannya?
ikuti kisah mereka, dan jangan lupa tinggalkan jejak untuk terus menyemangati author....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanswii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Dua sejoli dengan baju couple itu berjalan menyusuri mall terbesar dikota itu.
Seperti janji Geovano, dia akan membelikan Calista ice cream favoritnya, sekalian di juga ingin mengajak Calista main ke time zone dan mungkin juga nanti mereka akan nonton film.
meskipun terlihat sangat serasi tapi jangan harap ada adegan romantis diantara mereka, tangan Calista mengamit lengan Geovano, tangan Geovano sendiri anteng di dalam saku celananya.
mereka malah terlihat seperti kakak dan adik bukan sepasang kekasih, hanya baju saja yang sama, tapi tidak ada romantisnya sama sekali.
"kita mau kemana dulu?" tanya Geovano,
"katanya mau beliin ice cream", jawab Calista,
"ya siapa tahu kamu mau main dulu di time zone", tawar Geovano, mata Calista semakin berbinar,
"mauuuu", seru Calista sambil mengangguk anggukan kepalanya antusias, geovano tersenyum, dia mengacak rambut Calista gemas, dia paling bisa membuat Calista senang.
Keduanya berjalan bersama menuju ke area time zone, karena ini hari libur, jadi suasana time zone lumayan ramai, untuk permainan pertama Calista ingin memasukan bola basket kedalam keranjang, dan kali ini dia ingin lomba dengan Geovano, si kapten basket di sekolah mereka.
Tawa ceria Calista terdengar seiring tangannya memasukan bola bola itu ke dalam keranjang, sementara Geovano hanya terkekeh melihat Calista yang begitu antusias, tak peduli masuk atau tidak yang penting dia bisa melempar bola bola itu.
mereka mencoba semua permainan disana, banyak mata yang terpesona pada dua insan tersebut, cantik dan tampan, sungguh pasangan yang serasi.
"capek?", tanya Geovano saat melihat Calista sedikit ngos ngosan,
"lumayan", jawab Calista,
"kita makan dulu yuk" ajak Geovano dan Calista pun mengangguk, keduanya beranjak meninggalkan time zone dan bergegas menuju restaurant terdekat.
keduanya kembali berjalan berdampingan, lalu tiba tiba...
Grep...
"ehhh, Van, kenapa?", tanya bingung Calista karena tiba tiba saja tangan Geovano meraih dan memeluk pinggangnya,
"ada Hilda", bisik Geovano, dan benar saja sosok yang dibicarakan langsung menghampiri mereka berdua.
"kak Geovano, kakak disini juga", sapanya sok ramah, padahal sebenarnya hatinya mendidih melihat Geovano yang memeluk posesif pinggang Calista,
Tak menjawab, Geovano terlihat acuh dan hendak melanjutkan langkah bersama Calista, tapi tangan calista ditahan Hilda,
"kak, boleh gak aku gabung sama kalian?", tanya Hilda membuat kening Calista mengkerut penuh tanya, apa adik tirinya ini benar benar kehilangan urat malu Sampai minta ikut gabung dia dan Geovano yang jelas jelas sedang kencan.
Calista menarik tangannya dari cekalan hilda dan bergelayut manja bersandar di dada Geovano,
"gimana sayang, apa boleh?", tanya Calista manja,
"aku cuma mau berdua sama kamu sayang", jawab lembut Geovano menatap Calista,
"maaf, tapi calon tunangan aku gak mau ada yang ganggu, permisi", ucap Calista,
Dia dan Geovano meninggalkan Hilda begitu saja, muka Hilda sudah merah padam menahan emosi, tangannya terkepal erat, dia tidak terima Geovano menolaknya begitu saja, padahal menurutnya jelas jelas lebih cantik dirinya daripada Calista.
"awas ya Lo Calista gue bakal bikin perhitungan sama Lo, gak akan gue biarin Lo bahagia sama kak geo, dia hanya akan jadi milik gue, hanya milik gue, dan Lo Calista secepatnya bakal gue singkirin", ucapnya geram sambil terus menatap kearah Calista dan Geovano.
"baby, Lo masih aja ngarepin si geo, udah lupain dia, kita senang senang malam ini, oke", ucap seorang pemuda yang tiba tiba datang dan merangkul pinggang Hilda.
"gue kesel don, kak geo itu hanya boleh sama gue gak boleh dengan yang lain apalagi Calista", jawab Hilda,
"tapi mereka akan segera bertunangan, udahlah yuk kita ketempat biasa, malam ini aku akan buat kamu lupa sama si geo", ajak si lelaki dan Hilda langsung saja menurut.
Dari kejauhan, Geovano dan Calista sudah duduk anteng di dalam resto, setelah memesan beberapa makanan dan ice cream tentunya.
"murahan", ucap Geovano, membuat Calista mengernyit bingung,
"apa?", tanya Calista,
"adik tiri kamu pergi sama cowok", jawab Geovano,
"dia tadi Memang sengaja mau ikut kita, biar bisa cari perhatian kamu, dia kan cinta mati sama kamu, heheh, kenapa sih yang dijodohkan dengan kamu bukan dia aja, pasti aku bisa hidup dengan tenang, dianya gak fitnah terus, gak cemburu gak jelas terus, masa iya dia marah saat kita jalan bareng atau ngobrol, kan aneh, secara semua sudah tahu kalau kita dijodohin", ucap Calista,
"sorry, gara gara aku, kamu jadi perlakukan Tidak seharusnya sama mereka, aku milih kamu karena aku gak mau sama dia, meskipun perasaan kita sama sama perasaan tulus seperti adik dan kakak, setidaknya kita sama sama tulus, tapi dia, pasti ada yang dia incar dari aku cal, bukan hanya obsesi saja", kata Geovano,
"keluarga itu Memang aneh Van, rumah tangga papa sama Tante Tika juga, mereka hanya bertemu beberapa hari dalam setahun, tidak wajar sama sekali, kalau dipikir pikir mereka sama sama dewasa, gak mungkin kan kalau betah dan gak cari yang lain diluar", ucap Calista,
"gak usah dipikirin, ada hal yang lebih penting dari itu", kata Geovano membuyarkan pikiran Calista yang mulai berkelana kemana mana,
"ayah minta kita nikah dalam waktu dekat",
"APAAAAA...!!", pekik Calista kaget, matanya terbelalak, tapi segera mulutnya dia tutup dengan tangan, setelah sadar dia menjadi pusat perhatian,
"Van, gak lucu", cicit Calista,
"emang gak lucu sama sekali cal, dan gue juga gak lagi melucu atau bercanda", ucap Geovano,
"kenapa?", tanya Calista bingung,
"biar bisa bawa kamu keluar dari rumah itu",
"tapi gak harus menikah kan Van, apa gak ada cara lain??", tanya Calista frustasi,
"ada",
"apa?", tanya Calista tak sabaran,
"perjodohan diganti dengan Hilda", jawab datar Geovano, membuat Calista melongo, pilihannya sama sama tidak ada yang bisa dipilih dan Geovano pati tidak akan setuju.
"terus kita harus apa Van?", ucap Calista merengek, tiba tiba...
"Van, gue ingat tadi ayah ngasih gue sesuatu", ucap Calista semangat,
"apa?",
Calista mengeluarkan sesuatu dari tasnya, dan memberikannya pada Geovano,
"camera?", Geovano menatap bingung benda itu,
"kata ayah aku disuruh meletakkan camera itu di tempat tempat dimana mereka biasa melakukan kekerasan pada aku, biar nanti bisa buat senjata buat ngancem mereka", jelas Calista,
"kalau gitu habiskan makanan kamu dan kita kerumah kamu", ucap Geovano, calista pun menurut.
Tak Sampai 10 menit makanan mereka habis, mereka segera beranjak dari sana. Geovano membawa Calista di Boncengannya.
Setelah Sampai mereka tak langsung masuk, tapi menyusun rencana lebih dulu.
"kamu yakin akan aman Van?", tanya Calista was was,
"percaya sama gue, malam ini Hilda dan nyokap nya gak akan pulang, tinggal nenek lampir itu", ucap Geovano,
"hah, terus mereka pulang kemana?", tanya Calista bingung, pasalnya selama ini dia tidak pernah tahu kehidupan mama dan saudara tirinya itu,
"lagi enak enak, Udah kamu tenang aja, camera ini kecil tapi bisa menjangkau luas satu ruangan, cukup 1 camera ditempat yang akan jadi target kamu, semua akan terekam dengan jelas, aku akan mengalihkan perhatian nenek Kamila", jelas Geovano,
"satu diruang tamu dan satu di kamar aku, tapi apa tidak akan ketahuan Van?", tanya Calista ragu,
"aman cal, tenang aja, camera ini desainnya kecil dan tidak ada lampu sensor atau yang lain, tinggal kamu letakkan di vas atau samping televisi, atau manapun, akan aman, nanti aku akan bilang kalau kamu akan menginap di rumahku dan kamu akan ambil barang barang kamu, kameranya ada 3, satu aku yang bawa, berjaga jaga kalau kamu gak ada kesempatan", kata Geovano,
Setelah mengangguk paham dan yakin, Calista pun masuk bersama Geovano.
"masih ingat pulang juga kamu anak sialan", bentak nenek Kamila tapi matanya segera hampir loncat saat tahu kalau Calista bersama dengan Geovano,
"assalamualaikum nek" ucap datar Geovano,
"wa...walaikum salam, nak geovano, bukannya kamu di jakarta", ucap nenek Kamila terbata, bisa gawat kalau Geovano tahu sampai tahu bahwa selama ini mereka memperlakukan Calista tidak baik.
"baru kembali tadi siang, oh ya malam ini Calista akan menginap di rumahku, Oma kangen", kata geovano,
"oohh begitu, tapi apa kalian sudah izin papanya Calista?", tanya nenek Kamila yang duduk diatas kursi roda itu,
"sudah", jawab Geovano datar,
"sayang, kamu ambil keperluan kamu, aku tunggu disini", ucap Geovano dan Calista pun langsung menuju lantai dua tempat kamarnya berada, nenek Kamila tetap disana menemani Geovano sambil berbasa basi, dan tanpa mereka sadari Calista berhasil meletakkan camera di vas tepat pintu penghubung ruang tamu dan ruang tengah, tinggal di kamarnya saja.