NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Guru Baru

Istri Rahasia Guru Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Cinta Seiring Waktu / Idola sekolah / Pernikahan rahasia
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Gara-gara fitnah hamil, Emily Zara Azalea—siswi SMA paling bar-bar—harus nikah diam-diam dengan guru baru di sekolah, Haidar Zidan Alfarizqi. Ganteng, kalem, tapi nyebelin kalau lagi sok cool.

Di sekolah manggil “Pak”, di rumah manggil “Mas”.
Pernikahan mereka penuh drama, rahasia, dan... perasaan yang tumbuh diam-diam.

Tapi apa cinta bisa bertahan kalau masa lalu dari keduanya datang lagi dan semua rahasia terancam terbongkar?


Baca selengkapnya hanya di NovelToon

IG: Ijahkhadijah92

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permintaa Terakhir

Sudah lebih dari empat minggu Haidar mengajar di sekolah. Sosoknya yang dingin, pintar, dan berwibawa membuat hampir semua siswi menyimpan perasaan kagum padanya—termasuk beberapa guru perempuan yang mulai melirik diam-diam.

Tapi tidak dengan Emily.

Baginya, Haidar hanya guru aneh yang selalu menatapnya seperti sedang mengamati teka-teki sulit. Setiap masuk kelas, entah mengapa, nama Emily yang paling sering disebut. Entah disuruh menjawab soal, maju ke depan, atau sekadar menjadi bahan contoh.

Namun semakin sering Haidar melibatkan Emily, semakin banyak mata yang memelototi gadis itu. Bisik-bisik mulai terdengar di lorong sekolah. Bahkan beberapa siswi terang-terangan menyindir.

“Mentang-mentang jadi favorit Pak Haidar, ya?”

“Lihat deh, dia doang yang sering disuruh maju. Pasti ada apa-apanya tuh.”

“Apa jangan-jangan… dia deket sama guru sendiri?”

Emily hanya mendengus.

Dulu, mungkin dia akan merasa terganggu. Tapi setelah semua gosip menyakitkan, fitnah keji, dan tekanan keluarga—komentar seperti itu hanyalah debu di sepatunya. Ia terlalu letih untuk peduli.

"Aku nggak ada waktu buat dengerin drama kalian," gumamnya suatu siang, saat seorang teman sebangkunya kembali menyampaikan kabar gosip terbaru.

Namun, ada satu orang yang tak pernah bosan menyulut api: Disa.

Saat waktu istirahat, Disa datang menghampiri Emily yang sedang duduk sendirian di taman belakang sekolah. Taman itu biasanya sepi, dan Emily sedang ingin menikmati udara tenang.

"Seriusan lo masih bisa santai kayak gini?" suara Disa terdengar nyinyir.

Emily menoleh malas. “Apa lagi, Dis?”

“Gue cuma nggak habis pikir… udah dibilangin lo tuh cewek murahan, tapi masih bisa ngadep ke guru dengan kepala tegak.”

Emily menyipitkan mata. “Hidup lo nggak bahagia banget ya sampai harus sibuk urusin hidup orang lain terus-menerus?”

Disa melipat tangan di dada. “Gue punya mata, dan gue nggak buta. Pak Haidar itu kayaknya udah termakan pesona lo yang pura-pura sok alim, padahal aslinya...”

Plak!

Emily berdiri. Cepat. Tegas. Tapi bukan untuk menampar, melainkan menahan tangannya sendiri agar tidak terpancing.

“Sekali lagi lo sebut nama Pak Haidar sambil bawa-bawa fitnah ke gue, Dis, lo akan lihat gimana gue bisa lebih bar-bar dari yang lo pikir.”

Disa tertawa kecil, lalu melangkah pergi dengan tatapan licik. Tapi sebelum benar-benar pergi, ia berbisik pelan.

“Lo nggak akan menang, Emily. Bukan cuma gue yang benci lo sekarang. Lihat sekeliling lo. Semua teman-teman lo muak.”

Emily menatap punggung Disa yang menjauh. Lalu menghembuskan napas berat.

Dia tahu, perjuangannya belum selesai. Dan fitnah itu belum berhenti. Tapi dia juga tahu, dia tidak sendiri. Orang tua dan kakaknya masih berpihak kepadanya, itu lebih penting baginya. Apa lagi saat mengetahui pengorbanan ayahnya, Emily harus lebih hati-hati lagi dalam bersikap. Kalau tidak ingat pengorbanan ayahnya yang sampai tadi saja mengantarnya ke sekolah, bisa saja dia menampar Disa semaunya. Tapi, dia mencoba tenang walaupun tangannya sudah gatal.

***

Sementara itu di tempat lain, Haidar berdiri di lantai dua gedung sekolah, tepat di depan jendela kelas kosong. Dari tempatnya, ia bisa melihat taman belakang yang sepi—tempat yang akhir-akhir ini sering dipilih Emily untuk menghindari keramaian.

Ia sengaja mengambil waktu mengoreksi tugas di sana, bukan di ruang guru. Bukan karena menghindar dari pertanyaan-pertanyaan para guru perempuan, tapi karena pikirannya sedang dipenuhi oleh satu nama: Emily.

Bukan karena pesona, tapi karena rasa penasaran. Gadis itu terlalu kuat untuk seorang anak SMA. Terlalu tangguh, bahkan saat semua mata seolah-olah berubah menjadi penghakim.

Dan saat ia melihat Disa mendekat ke arah Emily, ia langsung waspada.

Dari balik kaca, Haidar menyaksikan percakapan yang memanas. Gerak tubuh mereka cukup jelas untuk dipahami. Emily berdiri, matanya tajam, tubuhnya menegang seperti menahan sesuatu. Lalu Disa pergi… dengan senyum puas di wajahnya.

Ada yang salah, batin Haidar.

Lalu, sepuluh menit kemudian, saat Haidar hendak kembali ke ruang guru, ia melihat sosok Disa dari lantai bawah. Bukan di taman belakang, tapi di sisi kiri sekolah—jalan sempit yang biasanya hanya dilewati petugas kebersihan atau anak-anak yang diam-diam bolos.

Dia nyaris tak memperhatikan, sampai dia melihat Disa—masih berseragam sekolah—berdiri dekat dengan seorang laki-laki asing.

Bukan murid. Jelas bukan. Laki-laki itu lebih dewasa. Wajahnya mencurigakan, dan gaya bicaranya kasar. Mereka seperti sedang bertengkar. Tangan laki-laki itu mencengkeram lengan Disa. Gadis itu tampak memaksa menjauh, namun emosinya tak tertahan—ia menangis.

Dan yang membuat Haidar nyaris membeku adalah—di tengah perdebatan itu, laki-laki itu mendekatkan wajahnya. Disa terlihat menolak, tapi detik berikutnya… sebuah kecupan singkat mendarat di bibirnya.

Haidar memejamkan mata sejenak.

“Disa…” gumamnya pelan.

Tak butuh banyak tebakan untuk menyadari bahwa gadis yang selama ini paling keras menjatuhkan Emily… justru menyimpan rahasia yang jauh lebih dalam dan mencurigakan.

Haidar segera mengambil ponselnya. Ia bukan tipe guru yang suka ikut campur urusan pribadi murid, tapi jika hal ini menyangkut kehormatan seseorang yang telah difitnah secara keji, maka ia akan bertindak.

Ia menekan tombol kamera dan berhasil mengabadikan satu-dua detik terakhir sebelum Disa menyadari keberadaan seseorang di kejauhan. Disa segera berlari, sementara laki-laki itu menghilang di tikungan.

Haidar menyimpan ponselnya. Wajahnya masih datar, tapi matanya kini menyala. Kali ini, ia tahu siapa yang sebenarnya harus dibongkar.

***

Suasana sekolah siang itu sudah mulai sepi ketika Emily keluar dari gerbang. Beberapa siswa masih duduk-duduk di halte, dan langit tampak mendung seperti menyimpan firasat buruk.

“Emily,” panggil suara berat dari balik kaca mobil hitam yang terparkir di pinggir jalan.

Emily menoleh. Rakha, ayahnya, membuka pintu mobil dan turun dengan ekspresi cemas.

“Ayo ikut, Nak. Kita harus ke rumah sakit sekarang.”

Emily mengerutkan kening. “Kenapa, Yah?”

“Om Dian masuk rumah sakit lagi. Keadaannya kritis,” jawab Rakha cepat. “Tadi Tante Soraya telepon, dia minta kita segera datang. Ada hal penting yang harus dibicarakan.”

Indira yang duduk di kursi depan hanya bisa memeluk tasnya erat-erat. Wajahnya pucat. Mobil pun melaju dalam diam, hanya suara klakson dan desahan napas gelisah yang terdengar.

Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menuju ruang ICU.

Soraya, Mama Haidar menangis tertahan di depan pintu ruangan. Melihat kedatangan mereka, ia langsung mendekat dan menggenggam tangan Indira erat.

“Mas Dian... dia minta satu hal, Kak. Tolong... tolong kabulkan. Dia ingin lihat anak-anak kita menikah. Sebelum dia pergi…”

Emily yang baru tiba di belakang Rakha langsung menghentikan langkahnya. “Menikah? Siapa?”

“Kamu dan Nak Haidar,” jawab Rakha perlahan. “Ini permintaan terakhir dari sahabat Ayah. Kami sudah lama menjodohkan kalian, bahkan sebelum kalian lahir.”

Emily membelalak, lalu tertawa hambar. “Ini gila, Ayah. Aku belum siap menikah! Aku masih sekolah. Aku bahkan—aku bahkan baru selesai dari fitnah besar!”

“Emily…” Indira mencoba menenangkannya. Tapi Emily sudah melangkah mundur, dadanya naik turun karena amarah dan bingung bercampur menjadi satu.

“Aku gak mau!” serunya. “Kalian pikir ini mainan? Hidup aku? Aku belum selesai dengan semua tuduhan itu, sekarang disuruh nikah?!”

Suasana menjadi tegang. Semua mata tertuju pada Haidar yang sejak tadi berdiri di pojok ruangan, diam dengan ekspresi tak terbaca. Haidar sendiri sudah lebih dulu datang.

Emily menatap Haidar, marah. “Bapak juga diem aja? Bapak gak keberatan diseret ke situasi ini?”

Haidar membuka mulutnya, tapi tak ada kata yang keluar.

“Aku juga belum siap…” ucapnya akhirnya, jujur. “Tapi…”

Ia tiba-tiba terduduk di kursi. Tangannya mencengkeram celananya. Wajahnya memucat.

“Haidar?” panggil Soraya, khawatir.

Tubuh Haidar limbung. Dalam sekejap, ia ambruk ke lantai. Semua orang berteriak.

“Haidar!!”

Tim medis segera datang dan memeriksa. Setelah beberapa menit, mereka menyatakan tekanan darahnya turun drastis karena kelelahan, stres, dan kondisi lambung yang buruk.

Setelah Haidar sadar kembali dan dipindahkan ke ruang observasi sementara, Haidar meminta hanya Emily yang menunggunya, lebih tepatnya ia ingin berbicara dengan Emily empat mata.

Dengan suara serak dan lemah, Haidar menatap Emily.

“Maaf... saya tahu ini berat buat kamu. Tapi kalau... kalau menikah dengan saya bisa membuat Ayahku tenang... walau hanya sebentar... tolong...”

Emily menatap wajah pucat itu. Lalu dia teringat dengan kebiasaan Haidar satu bulan ini. Dia memalingkan wajahnya. Mau bilang kualat, Emily tidak bisa karena bukan waktunya mengolok-olok orang yang sedang kesulitan. Bahkan masalah yang dia hadapi juga masih banyak.

“Baik...” ucap Emily lirih. “Tapi hanya karena permintaan Om Dian. Dan... Aku minta satu syarat.”

Haidar menatapnya dengan sorot harapan.

“Pernikahan ini... harus dirahasiakan dan jangan panggil aku ke depan lagi kalau di sekolah. Bapak itu kayak kecintaan banget sama aku, panggil-panggil mulu ke depan.”

Haidar tersenyum tipis dan itu membuat Emily terlonjak.

"Bapak senyum?"

Haidar memalingkan wajahnya, kemudian ia kembali menatap Emily dengan wajah datar dan mengangguk. "Baik."

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!