NovelToon NovelToon
Duda Perjaka Dan Cegilnya

Duda Perjaka Dan Cegilnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Cinta setelah menikah
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lisdaa Rustandy

Damian, duda muda yang masih perjaka, dikenal dingin dan sulit didekati. Hidupnya tenang… sampai seorang cewek cantik, centil, dan jahil hadir kembali mengusik kesehariannya. Dengan senyum manis dan tingkah 'cegil'-nya, ia terus menguji batas kesabaran Damian.
Tapi, sampai kapan pria itu bisa bertahan tanpa jatuh ke dalam pesonanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisdaa Rustandy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dijodohkan

[Keesokan Paginya]

Damian merasakan sesuatu yang aneh. Kepalanya terasa nyaman, seperti bersandar di atas sesuatu yang empuk dan hangat. Kepalanya bergerak, menggeleng-geleng menikmati hangatnya sesuatu yang empuk itu.

Tapi, ketenangan itu tidak berlangsung lama karena tiba-tiba kepalanya dihantam sesuatu yang empuk bertubi-tubi.

Buk! Buk! Buk!

"Bangun, dasar anak gak tahu diri!"

"Enghhh..."

Damian mengerang dan membuka matanya dengan malas. Saat ia mengangkat kepalanya, ia melihat ibunya berdiri di samping tempat tidurnya dengan ekspresi marah sambil memegang bantal, siap memukulnya lagi.

"Mama?" Damian mengerjap, masih setengah sadar.

"Iya, ini Mama. Kenapa? Merasa terganggu, hah?!"

"Mama ngapain di sini? Ngapain juga timpukin aku pakai bantal?"

"Lihat kelakuan kamu!" bentak ibunya, menunjuk ke arah kasur.

Damian tak mengerti, tapi ia mengalihkan pandangannya ke arah samping dan langsung membeku. Ia baru sadar bahwa semalam ia tidur dengan Aletha dan orang tuanya tentu akan berpikir buruk tentang itu.

Matanya membelalak. Gila! Kenapa dia lupa mengunci pintu?!

Refleks, Damian langsung meloncat bangun dengan wajah merah padam. "Ma, ini nggak seperti yang Mama pikirkan! Jangan salah paham dulu!" serunya panik.

"Nggak seperti yang Mama pikirkan? Terus, ini maksudnya apa?! Kamu tidur di dada perempuan, terus bilang nggak ada apa-apa, hah?!" Ibunya semakin naik pitam dan kembali memukul Damian dengan bantal.

"Tunggu... tunggu!" Damian menahan pukulan dari ibunya, "apa maksudnya aku tidur di dada perempuan?"

"Apa maksudnya?" mata Bu Santi melotot, "jangan pura-pura nggak tahu. Mama jelas-jelas melihat kamu menelusup ke dadanya Aletha dan kamu terlihat menikmatinya. Dasar mesum!"

Damian terbelalak, ia baru sadar kalau tadi yang empuk itu adalah dadanya Aletha.

"Astaga, masalah besar nih!" gumamnya dalam hati.

Buk! Buk! Buk!

Bu Santi kembali memukuli anaknya dengan bantal, Damian terus berusaha menghindar.

Sementara itu, Aletha yang masih setengah tidur mengerang pelan dan menggeliat. "Hmm… Damian… jangan nakal… geli, sayang..." gumamnya dengan suara malas, lalu menarik selimut lebih erat.

Mata Damian dan Bu Santi melebar mendengar gumaman Aletha, tentu saja itu bisa menjadi masalah yang lebih besar bagi Damian.

"MATI AKU!" umpat Damian. Ada rasa kesal juga pada Aletha.

"Damian!!!" teriak Bu Santi, siap memukul lagi.

"Tunggu dulu!" Damian menahannya.

Damian semakin panik dan buru-buru mengguncang Aletha agar bangun. "Hei! Bangun! Jangan ngomong sembarangan!" bisiknya dengan nada cemas.

Aletha membuka matanya perlahan dan menguap kecil. Saat matanya akhirnya fokus, ia melihat wajah Damian yang panik dan ibunya yang berdiri di samping tempat tidur dengan ekspresi marah.

Aletha mengerjap. "Eh? Ada apa nih?"

"Aletha! Kamu juga!" Ibunya Damian menunjuk gadis itu dengan bantal. "Apa yang kalian lakukan semalaman, hah?!"

Aletha masih bingung, tak mengerti dengan pertanyaan Bu Santi padanya.

"Tante, ada apa? Kok, marah-marah sih?" tanya Aletha polos, belum sadar apa yang terjadi.

"Kamu tanya kenapa Tante marah-marah? Gimana Tante nggak marah-marah, kamu dan Damian tidur sekasur bahkan Damian dengan nyamannya menelusup ke dada kamu. Apa yang kalian lakukan semalam, hah?!" Bu Santi semakin murka.

Aletha terbelalak, menatap Damian dengan penuh keterkejutan setelah menyadari bahwa Damian baru saja tidur di dadanya, wajahnya langsung merah padam.

"ASTAGA!" Aletha berteriak dan langsung mendorong Damian keras-keras hingga jatuh dari tempat tidur.

BRUKKK!

"Aduh!" Damian meringis kesakitan sambil memegangi pinggangnya.

Aletha buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, lalu menatap Bu Santi dengan gugup. "Tante, ini nggak seperti yang Tante bayangkan! Aku cuma numpang tidur karena hujan deras semalam! Aku sama dia gak ngapa-ngapain kok, sumpah!"

Bu Santi melipat tangan di dada dengan ekspresi skeptis. "Numpang tidur? Di kamar laki-laki? Kamu pikir Tante bakal percaya begitu saja? Mana ada wanita dan laki-laki tidur sekamar tanpa melakukan apapun!"

"Serius, Tante! Aku sama Damian gak ngapa-ngapain!" Aletha mati-matian berusaha meyakinkan. "Lihat aku dan dia, kami masih pakai baju kok!"

Bu Santi menatap Damian dan Aletha bergantian, keduanya memang sama-sama masih memakai baju. Namun, tetap saja ia tak percaya jika tak terjadi apapun antara anak dan keponakannya.

Damian, yang masih tergeletak di lantai, hanya bisa mendesah. "Ma, sumpah, gak terjadi apa-apa! Aletha datang semalam karena kabur dari rumah, terus aku suruh dia mandi dan pakai baju aku. Dia tidur denganku karena memang gak mungkin dia pulang ke rumahnya dalam kondisi hujan deras."

"Kamu kan bisa minta izin sama Mama supaya Aletha tidur di kamar tamu dan meminjam baju perempuan di rumah ini. Kenapa dia harus memakai baju kamu dan tidur?"

Damian terdiam, garuk-garuk kepala tak gatal karena bingung harus memberikan alasan apalagi. Ia sadar, dirinya bersalah karena langsung saja setuju Aletha tidur di kamarnya tanpa memikirkan efek buruk yang akan mereka dapatkan di pagi hari.

"Maaf, aku gak kepikiran ke sana, Ma. Tapi, sumpah, antara aku dan Aletha nggak terjadi apa-apa semalam. Kita cuma tidur bareng, nggak melakukan sesuatu yang lain selain tidur nyenyak," Damian berusaha meyakinkan ibunya.

Bu Santi masih menatap mereka curiga. "Kalau memang gak terjadi apa-apa, kenapa kamu bisa tidur menelusup di dada dia, hah?"

Damian tidak bisa menjawab. Ia sendiri tidak tahu bagaimana bisa tertidur seperti itu. Seingatnya, semalam ia dan Aletha tidur dengan posisi sedikit berjarak dan Aletha membelakanginya. Damian tak tahu bagaimana dirinya bisa menelusup ke dada Aletha.

"Aletha, Tante akan hubungi orang tua kamu dan memberitahu tentang ini pada mereka!" ujar Bu Santi pada Aletha.

Aletha, yang mulai sadar situasinya semakin buruk, buru-buru bangkit dan berlutut di depan Bu Santi dengan wajah memelas. "Tante, tolong jangan salah paham! Aku janji, aku cuma numpang tidur! Damian juga nggak bermaksud apa-apa! Tolong, jangan bilangin ke Papa dan Mama. Please..."

Aletha sangat takut dilaporkan kepada orang tuanya, terlebih ayahnya yang memiliki watak keras dan galak, tentu tidak akan suka dengan kabar seperti ini. Aletha sudah bersalah karena kabur dari rumah, ditambah dengan adanya masalah ini dia yakin ayahnya akan semakin marah padanya.

"Tante... Aku mohon, jangan kasih tahu Papa dan Mama... nanti mereka bisa marah besar," Aletha mencoba memohon lagi pada Bu Santi.

Bu Santi menghela napas panjang, lalu menatap Damian tajam. "Kamu mandi sekarang! Terus, antar Aletha pulang. Mama gak mau ada masalah dengan orang tuanya!"

Damian bangkit sambil mengusap wajah frustasi. "I-iya, iya, aku mandi sekarang, Ma."

Bu Santi menatap mereka berdua dengan tajam sekali lagi sebelum akhirnya keluar dari kamar.

Saat pintu tertutup, Damian dan Aletha saling berpandangan. Mereka menghela napas lega, setidaknya sudah selesai dimarahi oleh Bu Santi habis-habisan.

"Gara-gara kamu, aku kena omel pagi-pagi," keluh Damian sambil mengacak rambutnya.

Aletha cemberut. "Eh, salah sendiri kenapa tidur di dada aku!"

Damian mendengus. "Mana aku tahu?! Aku tidur ya tidur aja! Aku gak ingat apa-apa!"

Aletha melipat tangan di dada dan matanya menyipit. "Jangan-jangan kamu sengaja ya?"

"Apa?! Sumpah, kalau aku tahu bakal kayak gini, mending aku tidur di lantai! Ngapain juga dengan sengaja tidur di dada kamu? Aku kan udah bilang, aku gak suka cewek!" Damian berusaha mengelak, namun ia terlihat gugup.

Aletha terkekeh kecil melihat ekspresi Damian yang kesal. "Udah lah, santai aja. Lagian, nggak ada yang dirugiin juga kan?"

"Maksudnya?"

"Aku dan kamu gak melakukan apapun, jadi aku gak rugi. Kalau semalam kamu melakukan yang lebih dari itu, aku pasti rugi karena keperawanan aku kamu curi!"

"Kamu gak rugi dada kamu aku jadikan bantal?"

"Mau rugi pun aku gak ingat apa-apa, kalau aku ingat ya aku rugi. Lagian kamu gak ada nafsu ke aku, aku gak perlu khawatir, anggap aja kamu cewek juga!" jawabnya enteng.

Damian mendelik, menghela napas panjang. "Ya udah, ayo pulang sebelum Mama marah lagi."

Aletha tersenyum jahil. "Atau… aku nginep lagi malam ini?"

"JANGAN GILA!" jawab Damian dengan mata melotot.

Aletha tertawa puas, sementara Damian hanya bisa mendesah panjang.

*****

Mobil Damian tiba di depan gerbang tinggi rumah keluarga Aletha, gadis itu memintanya agar berhenti di sana.

"Kenapa?" tanya Damian.

Aletha terdiam sejenak, lalu menoleh pada Damian dan menatapnya. "Anterin aku ke tempat lain aja, aku nggak mau pulang ke rumah. Kamu kan tahu semalam aku kabur dari rumah demi menghindari perjodohan, kalau sekarang aku pulang, itu artinya sama aja aku menyerahkan diri untuk dijodohkan."

"Apa salahnya kalau kamu ketemu dulu dengan orang yang akan dijodohkan sama kamu? Kamu coba aja menolak lagi dan katakan kalau kamu gak suka, mungkin orang tua kamu akan mengerti kalau kamu kasih alasan yang tepat," timpal Damian, berusaha membuat Aletha mau menghadap orang tuanya.

Aletha menggeleng, "Itu nggak akan mungkin, Dam. Orang tuaku tetap ingin aku menikah dengan orang itu, karena orang itu memang kaya raya, dia pengusaha tambang yang kekayaannya ada di mana-mana. Aku gak akan bisa menolak, orang tuaku matre."

"Dicoba aja dulu, Al. Kita gak akan tahu sebelum mencoba."

Aletha terdiam, mendudukkan kepala seakan memang tak ada jalan keluar untuknya jika sudah berhadapan dengan orang tuanya. Damian menatap gadis itu, ada rasa kasihan padanya, tapi ia juga tak bisa membantu.

Damian menghela napas panjang, lalu berkata. "Aku antarkan kamu ke dalam, biar aku temani kamu untuk bicara dengan orang tua kamu tentang perjodohan kamu dengan orang itu."

"Buat apa? Kehadiran kamu nggak akan mengubah apapun. Paling-paling, nanti kamu bakal dibilang ikut campur dengan urusan orang lain," jawab Aletha.

"Nggak apa-apa, aku mungkin bisa bantu kamu untuk bicara dengan orang tua kamu kalau kamu nggak mau dijodohkan."

Aletha akhirnya menghela napas panjang, lalu menatap Damian dengan penuh pertimbangan. Meski ragu, akhirnya ia mengangguk pelan.

"Oke, kita masuk bareng," katanya.

Damian mengangguk dan segera keluar dari mobil, diikuti Aletha yang masih terlihat gelisah. Keduanya berjalan menuju pintu utama rumah besar keluarga Aletha. Begitu mereka masuk, suasana mencekam langsung terasa.

Di ruang tamu, Pak Hartman sudah duduk dengan ekspresi dingin, sementara di sebelahnya ada Bu Agnes, ibunya Aletha, yang menatap putrinya dengan kecewa. Begitu melihat Aletha dan Damian, ekspresi Pak Hartman langsung berubah murka.

"Jadi, setelah kabur semalaman, kamu masih berani pulang, hah?!" bentaknya dengan suara menggelegar.

Aletha mengepalkan tangannya, berusaha tetap tenang. "Papa, aku nggak bisa menerima perjodohan ini! Aku nggak mau menikah dengan orang yang bahkan belum aku kenal!"

Pak Hartman bangkit dari duduknya dan dengan cepat menghampiri Aletha.

PLAKKK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Aletha, membuat Damian terkejut dan refleks melangkah maju untuk melindungi gadis itu dengan tubuhnya yang tinggi dan kekar.

"Om!" seru Damian, kaget melihat Pak Hartman begitu kasar pada putrinya sendiri.

Pak Hartman menatap Damian dengan tajam. "Kamu nggak usah ikut campur, Damian! Ini urusan keluarga kami!"

Damian mengepalkan tangannya. "Aku ikut campur karena aku termasuk keluarga! Aletha itu sepupuku, dan aku nggak bisa diam melihat dia diperlakukan seperti ini! Om terlalu kasar, padahal Aletha ini anak perempuan Om satu-satunya!"

Pak Hartman mendengus sinis. "Oh, jadi sekarang kamu yang jadi pembela dia? Kamu pikir kamu bisa melawan keputusan Om?"

Aletha menahan air matanya sambil memegangi pipinya yang panas akibat tamparan tadi. "Papa, aku nggak akan pernah setuju dengan perjodohan ini. Kenapa Papa selalu melihat uang, bukan kebahagiaan aku?"

Pak Hartman berdiri dan menatap Aletha yang masih dilindungi Damian dengan penuh amarah. "Karena hidup nggak cuma soal cinta! Kamu pikir cinta bisa kasih kamu kehidupan mewah?! Kamu pikir kamu bisa bahagia tanpa uang?! Laki-laki yang Papa pilih adalah pengusaha tambang emas yang sudah sukses! Dia bisa memberikan segalanya untukmu! Papa nggak mau dengar penolakan lagi!"

Aletha memberanikan diri menatap ayahnya dari balik tubuh Damian dengan mata berkaca-kaca. "Tapi aku nggak butuh uang kalau aku nggak bahagia! Aku ingin menikah dengan orang yang bisa membuatku bahagia, Pa!"

Pak Hartman tertawa sinis. "Bahagia? Kamu nggak akan tahu rasanya jadi miskin, Aletha! Dan Papa nggak akan biarkan kamu mengalami itu! Minggu depan, kamu akan bertunangan dengan pria yang sudah Papa pilih, dan itu final!"

Aletha semakin gemetar. Ia mencengkeram kemeja Damian, berharap ada sesuatu yang bisa Damian lakukan, tapi Damian pun tampak kesulitan menemukan kata-kata.

Damian mengepalkan tangannya, lalu memberanikan diri berbicara. "Om, dengan segala hormat, menikahkan anak tanpa persetujuannya itu bukan hal yang benar. Aletha berhak memilih kehidupannya sendiri karena dia yang akan menjalani!"

Pak Hartman menatap Damian dengan tajam. "Dan kamu pikir, kamu lebih baik daripada pria yang Om pilih?! Kamu sendiri gagal dalam pernikahan kamu, sekarang kamu coba-coba bicara seperti itu pada Om?!"

Damian terdiam, kata-kata Pak Hartman benar-benar menyinggung perasaannya. Damian merasa Pak Hartman tak pantas membahas tentang kegagalan pernikahannya dengan Bella.

"Kenapa diam, Dam? Om benar, kan? Kamu sendiri gagal dalam pernikahan kamu, dan sebaiknya kamu tidak ikut campur ketika Om ingin menjodohkan Aletha dengan pria yang Om pilih," kata Pak Hartman dengan tatapan puas pada Damian yang diam membisu setelah kata-katanya menghantam hati Damian.

"Dengar, Dam. Tidak ada yang bisa menolak keputusan Om!" lanjut Pak Hartman dengan nada penuh otoritas. "Bahkan kamu ataupun Kakak (ayah Damian) sekalipun!"

Ruangan itu diliputi ketegangan yang semakin menyesakkan. Damian mengepalkan tangannya, menahan emosi yang meluap-luap dalam dirinya. Kata-kata Pak Hartman tadi benar-benar menusuknya, tetapi yang lebih membuatnya marah adalah cara Pak Hartman memperlakukan Aletha seolah-olah dia hanya sebuah barang yang bisa diperjualbelikan demi keuntungan keluarga.

Aletha masih berdiri di belakang Damian, tubuhnya gemetar, matanya berkaca-kaca. Ia tahu Damian marah, tetapi tidak menyangka sepupunya akan berdiri di pihaknya sejauh ini.

Damian menghembuskan napas panjang, lalu menatap langsung ke mata Pak Hartman dengan penuh ketegasan. "Kalau Om hanya ingin Aletha menikah dengan pria kaya, maka aku akan menikahinya."

'DHUARRR!'

Seperti ledakan petir di ruangan itu, semua orang terdiam.

Pak Hartman membelalakkan mata, Bu Agnes menutup mulutnya karena kaget, dan Aletha sendiri terperanjat, matanya menatap Damian dengan penuh keterkejutan. Ia tak percaya Damian akan mengatakan itu pada orang tuanya.

"Apa?!" suara Aletha terdengar hampir berbisik.

BERSAMBUNG...

1
amilia amel
duhhhh gedeg banget sama si Bella, masih merasa sok karena dia pikir Damian masih begitu mencintainya
padahal Damian sudah menemukan pelabuhannya
amilia amel
nanti kalo ketemu Bella lagi kamu berubah pikiran lagi....
selesaikan dulu masa lalumu dam
amilia amel
tenangkan dirimu ale.... pergilah untuk mengobati hatimu dulu
amilia amel
sabar ya Aletha, kalo Bella pake cara licik untuk mendapatkan damian kembali
kamu harus menggunakannya cara yang lebih licik tapi elegan untuk menjaga Damian yang sudah jadi milikmu
amilia amel
duh sweet banget Damian, walaupun belum sepenuhnya mengakui perasaannya pada Aletha
amilia amel
pasti sebagai perempuan apalagi istri, sedih sekali dengan kalimat seperti itu apalagi yang mengucapkannya sang suami
amilia amel
awas ketagihan lho Dam....
amilia amel
gak sabar saat Aletha tau kalo Damian laki-laki normal
amilia amel
ceritanya bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!