Spinoff The Lost Emir
Nandara Blair, pembalap MotoGP dari tim Ducati, tanpa sengaja menabrak seorang gadis saat menghindari seekor kuda yang lari. Akibatnya, Wening Harmanto, putri duta besar Indonesia untuk Saudi Arabia yang sedang berlibur di Dubai, mengalami kebutaan. Nandara yang merasa bersalah, bersedia bertanggung jawab bahkan ikhlas menjadi mata bagi Wening. Bagaimana kisah antara Emir Blair dan seorang seniman tembikar yang harus kehilangan penglihatannya?
Generasi Ketujuh Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Taktik Nandara
Nandara menunggu sampai Wening benar-benar terlelap baru dirinya bersiap untuk tidur. Nandara benar-benar lelah hari ini karena tidak hanya kena amuk ayah dan opanya tapi juga kena omel manajer serta presiden Ducati karena dia mangkir latihan demi menemani Wening. Nandara menghela nafas panjang sebelum memejamkan matanya.
Wening bangun setelah mendengar Nandara terlelap dengan sedikit mengorok karena lelah. Tanpa pria itu tahu, Wening mendengar semuanya percakapan Nandara tadi dengan manajernya dengan bahasa Italia. Meskipun Wening tidak fasih, tapi karena ayahnya pernah ditugaskan di Kedubes Italia saat dia SD, sedikit demi sedikit dia bisa paham jika ada orang berbicara bahasa Italia. Wening hanya tidak fasih berbicara Italiano.
Wening tahu Nandara bingung memilih siapa dan mana. Satu sisi dia harus kembali latihan, sisi lain Nandara ada tanggung jawab dengan Wening. Gadis itu bertekad akan membicarakan sol ini besok ke Nandara.
***
"Selamat pagi," sapa Nandara yang sudah bangun ke Wening yang mulai membuka matanya meskipun hanya gelap yang terlihat.
"Pagi Nandara ...."
"Kamu mau turun? Mau aku bantu ke kamar mandi?" tawar Nandara.
"Oh belum. Nanti saja bersama suster, kamu mau ibadah subuh kan?" tolak Wening sopan.
"Iya. Yakin sama suster?"
"Positif."
"Oh, nanti siang kamu sudah boleh pulang tapi aku tidak bisa mengantarkan kamu karena aku mau sholat Jumat. Kata Oma, nanti yang jemput beliau."
"Oke. Oh Nanda ...."
Nandara yang hendak masuk ke dalam kamar mandi, menoleh ke arah Wening. "Ada apa?"
"Kamu kalau mau latihan, pergilah. Kamu sudah hampir tiga hari disini kan?"
Nandara tertegun. "Apa maksud kamu?"
"Aku memang tidak fasih berbicara bahasa Italia tapi aku bisa paham bahasanya. Kamu harus latihan kan?" Wening menoleh ke arah Nandara.
"Tapi ... Bagaimana dengan kamu?"
"Kan ada Oma Nura bersama aku."
Nandara menatap Wening. "Kamu mencuri dengar obrolan aku dengan manajerku?"
"Well, suara kalian cukup keras saat aku mendengar musik."
Nandara tersenyum. "Apa kamu benar tidak apa-apa aku tinggal?"
"Kamu sendiri kan yang bilang kalau sudah komitmen, pantang melanggar?" jawab Wening.
"Baiklah. Aku akan bilang sama Oma."
***
Nura datang menjemput Wening dengan ditemani tiga orang pengawal dan satu pelayan yang nantinya akan menjaga Wening selama di istana. Habibah, nama pelayan itu adalah lulusan akademi keperawatan namun dia memilih bekerja di istana menggantikan ibunya yang meninggal sementara ayahnya sudah meninggal saat dia kecil. Habibah lebih suka di istana karena tidak se hectic di rumah sakit.
"Halo Wening, Nandara sudah ke mesjid?" tanya Nura sambil masuk ke dalam kamar Wening.
"Sudah Oma," jawab Wening sambil tersenyum.
"Sayang, nanti kamu akan dibantu oleh Habibah ya. Oma masih menunggu hasil observasi mata kamu. Oma berharap kamu bisa dioperasi seperti keponakan Oma yang mengalami hal yang sama denganmu ...." Nura mengelus rambut coklat Wening. "Jika memang harus donor ... Kamu mau menunggu?"
"Tidak apa-apa Oma."
Nura menatap haru ke Wening. "Kamu gadis yang kuat, Wening."
"Aku berusaha menerima semua kemungkinannya ... bukankah harus bersikap positif Oma?"
Nura menitikkan air matanya lalu memeluk Wening. "Oma senang kamu bisa menghadapinya dengan sikap positif."
"Terima kasih Oma," balas Wening sambil memeluk Nura.
***
Usai dari sholat Jumat, Nandara pun menuju Dubai Circuit dimana tim Ducati sudah menunggu dirinya. Marcello Alposa, manajernya, tampak gemas dengan anak asuhnya yang sampai harus mengalami kecelakaan.
"Bukan salah kudanya. Aku yang kurang hati," jawab Nandara sambil berganti pakaian dengan ditemani Farouq dan Mail.
"Nandara, aku tahu yang namanya musibah itu kita tidak ada yang tahu tapi ... Tolong, kamu profesional!"
Nandara hanya mengangguk dan masuk ke dalam Paddock nya. Farouq yang tidak suka dengan cara Marcello Alposa memperlakukan Emirnya, langsung berdiri di pria paruh baya itu.
"Aku tidak perduli kamu legenda MotoGP yang sudah bersama dengan Emir Blair. Tapi selama ini kamu tidak punya empati! Emir Blair sudah memberikan semuanya untuk Ducati dan lima juara MotoGP ... Disaat dia mengalami musibah hingga membuat seorang gadis buta, dan dia adalah putri duta besar Republik Indonesia, kamu lebih mementingkan balapan? Apa kamu harus merasakan cucu perempuan kamu mengalami kecelakaan jadi tahu rasanya!" desis Farouq tanpa basa basi membuat Mail tersenyum smirk.
Dua pengawal Nandara memang sudah lama tidak suka dengan manajer itu apalagi ditambah Nandara menolak dijodohkan dengan cucu perempuannya. Sikap Marcello semakin seenaknya namun Nandara belum mau memecat pria itu karena musim balapan tinggal tiga perlombaan lagi. Poin Nandara juga nomor satu dan kemungkinan besar juara dunia lagi sudah di depan mata.
"Kamu harus ingat, kamu di Dubai, dimana kekuasaan keluarga Blair dan Schumacher kuat disini. Hanya sekali ucap, kamu bisa tinggal nama jika masih semena-mena dengan Emir Blair. Mungkin Emir Blair masih menghormati kamu tapi tidak dengan kami! Karena kami adalah saksi mata semua perlakuan kamu ke Emir Blair!" ancam Farouq.
Marcello Alposa tampak gemetar menatap mata hitam Farouq yang tampak ingin membunuhnya.
"Bagaimana jika kamu mengundurkan diri sekarang? Atau, semua uang yang kamu dapatkan dengan tidak halal, kami publikasikan?" timpal Mail.
Nandara bukannya tidak tahu tapi dia menunggu itikad baik Marcello Alposa setahun ini, hanya saja pria tua itu tidak paham maksud Emir Blair tersebut.
"Aku rasa aku sudah cukup bersamamu, Marcello. Dua tahun menjadi manajer aku dengan satu tahun kamu cukup oke tapi setahun terakhir ini, kamu mulai berulah dan tidak ada itikad baik ... Aku rasa sudah cukup! Enough is enough!" ucap Nandara.
Marcello Alposa menatap tajam ke arah Nandara. "Kamu tidak akan bisa begini tanpa aku!"
"Maaf, tapi sebelum kamu menjadi manajer aku, aku sudah menjuarai MotoGP empat kali! Semua itu berkat kerjasama Tim, bakat aku dan support semua orang. Kamu hanya mengatur jadwal latihan dan jumpa pers aku!" ucap Nandara datar. Matanya melirik ke arah Park Joon-seo yang datang bersama dengan polisi Dubai.
"Marcello Alposa, anda kami tahan karena penggelapan pajak, penunggakan pajak dan kasus pembunuhan terhadap agen IRS di New York, dua bulan lalu," ucap Park Joon-seo. "Oh, saya agen Park Joon-seo, FBI New York."
Marcello Alposa tidak bisa berkata apa-apa dan dirinya diam saja saat digelandang polisi ke mobil.
Nandara tersenyum ke arah iparnya.
"Terima kasih mau bersabar dengan penjahat ini," ucap vampir tiga. "Pintar dia, menjadi manajer kamu dan bisa pergi-pergi tanpa ada kecurigaan. Sayangnya, dia kesandung saat kamu balapan di Amerika."
"Aku sudah cukup banyak pikiran dan ditambah kamu bilang manajer aku tukang penggelapan pajak? Memang butuh waktu untuk membuktikan bukan?" senyum Nandara. "Lalu, Nefa dimana?"
"Istana Al Azzam Blair. Dia penasaran dengan Wening."
***
Kamar Wening di Istana Al Azzam Blair
Nefa menatap wajah Wening dengan seksama. Ibu dua anak itu tampak concern dengan kondisi mata Wening dan gadis itu tahu di depannya ada seseorang dari harum parfumnya yang lembut.
"Apakah aku mengenal anda?" tanya Wening.
"Belum ... Akan."
"Anda siapa?"
"Nefa Blair Park, saudara kembar Nandara."
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
biarkan Wening bahagia dengan keluarga barunya..