Update tiap hari ~
Follow Instagram: eido_481
untuk melihat visual dari karakter novel.
Setelah begadang selama tujuh hari demi mengejar deadline kerja, seorang pria dewasa akhirnya meregang nyawa bukan karena monster, bukan karena perang, tapi karena… kelelahan. Saat matanya terbuka kembali, ia terbangun di tubuh pemuda 18 tahun yang kurus, lemah, dan berlumur lumpur di dunia asing penuh energi spiritual.
Tak ada keluarga. Tak ada sekutu. Yang ada hanyalah tubuh cacat, meridian yang hancur, akibat pengkhianatan tunangan yang dulu ia percayai.
Dibuang. Dihina. Dianggap sampah yang tak bisa berkultivasi.
Namun, saat keputusasaan mencapai puncaknya...
[Sistem Tak Terukur telah diaktifkan.]
Dengan sistem misterius yang memungkinkannya menciptakan, memperluas, dan mengendalikan wilayah absolut, ruang pribadi tempat hukum dunia bisa dibengkokkan, pemuda ini akan bangkit.
Bukan hanya untuk membalas dendam, tapi untuk mendominasi semua.
Dan menjadi eksistensi tertinggi di antara lang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eido, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pusat Kota Perdagangan
Di dalam gerbong karavan yang diselimuti tirai hitam pekat itu, duduklah seorang gadis muda yang kecantikannya seolah menolak kenyataan dunia fana. Rambutnya panjang, hitam legam seperti malam tanpa bintang, terurai lembut hingga ke pinggang, dengan poni tipis di dahinya yang membuatnya tampak lebih muda dan memancarkan kesan polos serta imut.
Namun, jangan salah di balik kelembutan wajahnya, ada aura elegan yang tidak bisa diabaikan.
Alisnya melengkung indah, sehalus kuas kaligrafi yang disapu di atas kertas putih. Matanya besar, berwarna kuning terang seperti mata kucing emas, memancarkan sorot tajam dan tajamnya kecerdasan, namun tetap menyimpan misteri yang sulit dijangkau.
Hidungnya kecil namun mancung, memberikan proporsi sempurna pada wajahnya. Bibirnya merah muda alami, tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal, namun ketika diam, ia menampakkan garis senyum samar yang menyimpan banyak cerita.
Tubuhnya… ramping, lentur seperti cabang bambu muda. Namun sosoknya tak bisa dibilang lemah.
Dua gunung lembut yang menonjol di balik jubah ungu muda yang dikenakannya, membuat siapapun yang melihatnya tak bisa tidak mencuri pandang, terutama para pria yang tak kuat menahan godaan darah muda.
Di dada jubahnya, terpampang sebuah simbol huruf besar (Qin) yang disulam dengan benang emas. Huruf itu jelas menunjukkan identitasnya seorang anggota dari Keluarga Qin, salah satu klan cukup di wilayah ini, yang kekuatan dan pengaruhnya bahkan bisa mengguncang faksi-faksi kecil di sekitarnya.
Gadis itu menatap Batu Roh Tingkat Tinggi di tangannya dengan ekspresi datar, namun kilatan di matanya menunjukkan bahwa pikirannya tengah menganalisis sesuatu dengan cepat. Dengan kelembutan yang bertentangan dengan kekuatannya, ia mengelus permukaan batu itu perlahan.
“Pemuda itu… benar-benar menarik…” gumamnya pelan.
Ia menyandarkan tubuh ke bantal empuk di belakangnya, mata kuningnya mengarah ke luar, menembus tirai dan jarak, seolah mampu melihat Feng Jian yang tengah berjalan perlahan di belakang karavan.
Dan di balik senyum lembut di bibirnya, tersimpan rasa ingin tahu yang tak biasa.
Seolah... takdir mereka baru saja mulai saling bersinggungan.
Qin Aihan, begitulah nama gadis cantik di dalam gerbong utama karavan itu. Nama yang lembut namun membawa wibawa, sebagaimana asal-usulnya sebagai putri dari keluarga besar Qin, salah satu klan ternama dalam dunia kultivasi.
Keluarga Qin bukanlah keluarga biasa.
Mereka bukan klan yang menguasai pedang ataupun kekuatan militer, tetapi kekuatan mereka ada di balik botol-botol kecil yang menyimpan keajaiban. Pill, Elixir.
Obat-obatan spiritual yang bisa menyembuhkan luka, mempercepat kultivasi, hingga memulihkan Qi yang hampir habis.
Bahkan banyak sekte besar dan keluarga bangsawan bergantung pada suplai Pill dari keluarga Qin untuk memperkuat para murid dan pengikut mereka. Reputasi mereka menjalar ke berbagai kota, dan setiap kafilah keluarga Qin selalu dikawal ketat karena mereka tak hanya membawa harta berharga tetapi juga pengetahuan, pengaruh, dan jaringan distribusi yang besar.
Qin Aihan duduk diam, membiarkan tirai hitam membatasi dunia luar dari pandangan matanya. Namun pikirannya melayang, mengikuti tujuan utama perjalanan kali ini.
“Nine Treasures Paviliun City…”
Itulah kota besar yang tampak di kejauhan, berdiri megah di balik tembok tinggi dan gerbang besi raksasa. Kota itu adalah pusat perdagangan, budaya, dan kekuatan para kultivator di wilayah ini.
Sebuah tempat di mana sekte besar membangun cabang mereka, di mana para pedagang kaya dan pemburu harta berkumpul… dan di mana kekuatan bisa dibeli atau dijual.
Karavan keluarga Qin yang membawa berbagai Pill tingkat menengah hingga tinggi, saat ini dalam perjalanan menuju paviliun utama milik keluarga mereka di kota tersebut. Di sana, mereka akan mengadakan lelang terbatas untuk Pill langka yang hanya bisa diperoleh langsung dari tangan keluarga Qin elixir yang bisa menembus batasan kultivasi, dan bahkan menyembuhkan luka-luka pada tingkat jiwa.
Qin Aihan kembali membuka matanya perlahan, menatap permukaan Batu Roh di tangannya. Kilatan cahaya dari batu itu masih ada, dan dalam benaknya, bayangan pemuda tampan berjubah putih dengan corak naga emas itu kembali muncul.
"siapa kau sebenarnya...?"
Sementara karavan perlahan bergerak menuju gerbang besar Kota Nine Treasures Paviliun City, takdir antara seorang gadis bangsawan pembuat Pill dan pemuda misterius dari dunia lain mulai tertulis, dalam bab yang belum pernah dibaca siapa pun.
Malam mulai merambat perlahan, membungkus langit dengan taburan bintang yang redup tertutup awan tipis. Udara mulai dingin, dan kabut tipis menyelimuti jalanan tanah yang dilalui oleh karavan besar keluarga Qin. Feng Jian berjalan beberapa langkah di belakang rombongan itu, langkahnya tenang namun penuh kewaspadaan, matanya tak lepas mengamati sekitar, memanfaatkan bayang-bayang malam untuk tetap tak mencolok.
Di kejauhan, gerbang raksasa dari Kota Nine Treasures Paviliun City mulai tampak, menjulang tinggi dan megah dengan lampu-lampu spiritual menyala lembut di atas menara penjagaannya. Kota itu tak hanya besar, tetapi juga pusat kekuatan ekonomi, politik, dan kultivasi. Tak sembarang orang bisa masuk, apalagi di malam hari.
Seperti yang sudah diduga Feng Jian, karavan keluarga Qin segera dihentikan begitu mencapai depan gerbang kota. Dua penjaga berdiri di depan gerbang, bertubuh tinggi, besar, dan mengenakan baju zirah gelap dengan simbol klan militer Kota Paviliun. Mereka bukan penjaga biasa. Feng Jian bisa merasakan tekanan dari mereka, tekanan spiritual yang berat seperti batu menindih dadanya.
"Ini... setidaknya tingkat pertengahan Tahap Penyatuan Tubuh atau lebih." pikir Feng Jian, alisnya sedikit mengernyit. Walau ia telah memiliki sistem dan kekuatan misterius, ia masih sangat sadar bahwa di dunia ini kekuatan adalah segalanya. Aura kedua penjaga itu saja sudah cukup untuk membuat tulang belakangnya sedikit bergetar.
Salah satu penjaga mengangkat tangan, menghentikan karavan.
“Bayarannya?” tanya penjaga itu dengan suara berat dan dalam, matanya tajam menatap rombongan.
Tanpa berkata banyak, kusir utama karavan Qin, seorang pria tua dengan bekas luka di pipinya, mengangkat sebuah kantong kain dan melemparkannya ke arah pos penjaga. Dentingan logam spiritual terdengar ketika kantong itu terbuka sedikit, memperlihatkan 100 Batu Roh Tingkat Menengah bersinar lembut dalam cahaya malam.
Penjaga itu mengangguk, lalu memberi isyarat. Gerbang kota perlahan terbuka, suara kayu berat dan rantai besi berderit menyambut para pendatang.
Karavan mulai bergerak perlahan, memasuki kota megah itu satu per satu. Feng Jian mengikuti di belakang, langkahnya tenang namun dadanya bergemuruh.
“Benar… jika aku datang sendirian tanpa menyamar sebagai bagian dari karavan ini, kemungkinan besar aku akan ditahan, atau bahkan ditolak masuk.”
Matanya melirik sekilas ke arah para penjaga itu yang kini membelakanginya. “Dan jika mereka menyerang, aku… mungkin tak bisa melawan.”
Ia menarik napas dalam-dalam. Keputusan untuk bergabung diam-diam dengan karavan Qin adalah langkah cerdas.
Tanpa sistem yang membantunya berpikir cepat, mungkin sekarang ia masih terjebak di luar kota, atau bahkan mati di tangan penjaga atau bandit malam.
Feng Jian memandangi jalanan kota yang mulai terbuka di depan matanya, bangunan batu bercampur kayu dengan lampu kristal spiritual menggantung di setiap sudut.
Nine Treasures Paviliun City… sebuah kota baru, awal cerita baru, dan tempat di mana takdirnya akan mulai mengukir jejaknya.