Aku selalu tersakiti.
Tetapi, aku tidak membencinya.
Tidak. Seditikpun tidak.
Bahkan aku selalu berdoa untuknya.
"BANGSAT!!!, Ngapain kamu disitu? atau biar semua orang tahu kalau kamu adalah orang paling tersakiti? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juu_30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 Sebenarnya Aku Menyayangimu
Vasco Pov:
Minggu pagi yang biasanya cerah dan sejuk, kini diganti dengan butiran keras Airi hujan yang menetes kelangit sejak dari kemarin. Hawanya sangat dingin, masuk dan menusuk sampai dikulitku. Aku masih setia berada dalam selimut tebalku, enggan untuk keluar. Biasanya setiap hari minggu, aku selalu berlari keliling komplek untuk berolahraga.
Tidak untuk hari ini. Bahkan rumahku sekarang terasa ribut dengan tetesan air hujan dan angin yang mengenai atap.
"Ayah jadi ya ke pantai? "
Samar-samar aku mendengan suaraku dari lantai bawah. Aku teringat bahwa hari ini Ayah, Bunda, dan Vasca akan pergi ke Pantai. Tapi, tidak dengan hujan begini kan?
Aku bangun dari tempat tidurku, menyibakkan kain gorden hitam dikamarku dan melihat keluar kamar menatap jalanan kota dari jendela kamarku. Jalanan begitu sepi tidak seperti biasanya.
"Kenapa gelap banget ya... padahal udah jam 8 pagi". Tanyaku pada diri sendiri.
Aku pun bergegas keluar kamar mencoba memberi masukan kepada Ayah bahwa diluar masih hujan.
Tidak membuahkan hasil. Semakin aku melarang, semakin Adikku Vasca merengek minta untuk terus jalan.
" Okelah, kalau begitu hati-hati ayah, diluar hujan".
Ayah mengangguk dan Bunda tersenyum padaku. Senyumnya begitu tulus seperti biasanya, dan aku tidak akan melupakan senyum itu.
Mobil keluar dari garasi rumahku disertai dengan hujan deras dan teriakan bahagia dari adikku. Ya aku tau bahwa adikku itu sangat menyukai hujan, apapun situasinya.
Aku kembali masuk kedalam rumah, ketika melewati ruangan keluarga, aku berhenti sejenak dan memperhatikan foto keluargaku Ayah yang sedang Menggandeng Ibu dan kami bertiga berada ditengah mereka Rasanya sangat bahagia. Terlebih khusus saat melihat wajah dan senyuman Bunda.... aku bertanya dalam hatiku ada apa dengan aku hari ini?... Rasanya aku sangat merindukan senyumannya, padahal mereka baru saja pergi dengan mobil.
"Tuhan.... lindungi mereka". Do'aku dalam hati, berharap semuanya akan baik-baik saja.
Pukul 11: 30, hujan masih belum berhenti bahkan semakin ganas turun kebumi. Aku menunggu diatas balkon rumahku, tepat didepan kamarku, menatap kearah jalanan yang masih saja sunyi.
Kring.... kring... kring ... Telepon rumah berbunyi, " Siapa ya telepon hujan-hujan begini".
"Haloo selamat siang... apa benar ini dengan salah satu Putra dari Bapak Dirgantara? " Tanya seseorang diseberang sana.
"Ya benar, ini saya sendiri Vasco Dirgantara, ada apa ya? " Tanyaku bingung.
"Maaf mengganggu, kami dari rumah sakit Mahardika".
Deg..... aku gugup mendengar itu, sekaligus panik.... kenapa ada telepon dari rumah sakit?.... Aku terus merapalkan do'a berharap semuanya akan baik-baik saja.
" Kami mau memberitahukan bahwa keluarga anda mengalami kecelakaan tepat dijalanan yang sepi. Sekarang anda diminta untuk kerumah sakit menandatangani surat persetujuan operasi dari keluarga karena Ibu anda harus segera dioperasi".
Tidak... tidak.... ini tidak terjadi... ini hanya mimpi... aku tidak percaya ini.... tadi ayah sudah janji akan berhati-hati dan akan segera pulang. Sedikit lagi pasti mereka pulang. Batinku terus menerus tidak menerima kenyataan ini.
"Hallo... maaf, apakah anda mendengarkan suara kami? " Tanya seseorang disebelah sana karena tidak mendapatkan jawaba dari aku.
"I... iya.. saya akan segera kesana".Jawabku gugup sekaligus takut.
" Kenapa kak? " Tanya Adikku Vaiser penasaran melihatku yang sudah seperti orang kehilangan akal.
Aku berbalik menatapnya, hatiku begitu sakit. Aku memeluknya, sambil menitikkan air mata. Ya aku menangis dalam keheningan. Aku terpaksa menceritakan semua yang telah terjadi kepada adikku dan terus berharap supaya ia kuat, meskipun mustahil.
Aku dan Vaiser sudah berada didepan rumah sakit Mahardika, dan mencari ruangan ICU.
Tepat didepan ruangan itu, Seorang Suster keluar dengan peralatan medisnya.
"Suster.... bagaimana keadaan bunda saya?... Apakah baik-baik saja? " Tanyaku panik.
"Apakah anda adalah keluarga dari Bapa Dior Nickolas Dirgantara? " Tanya suster itu.
"Iya benar saya adalah Vasco putranya".Jawabku cepat.
" Maaf... kami tidak bisa menyelamatkan nyawa Ibu Anda karena mengalami cedera yang serius di otaknya, dan mengalami pendarahan... kami sudah berusaha tetapi Tuhan menghendaki lain".
"Tidak Sus.... ini tidak mungkin, Bunda pasti baik-baik saja.... Tolong Sus, selamatkan Bunda saya". Ucapku yang sudah tidak bisa membendungi air mataku.... hatiku hancur.... Ku lihat adikku Vaiser menangis histeris sambil memelukku.... Bunda aku membutuhkanmu disini.
Aku masuk kedalam ruangan bersama Adikku Vaiser... kucoba untuk tegarkan hatiku terlebih aku tidak mau terlihat lemah di mata Adikku Vaiser. Mungkin ini sudah jalannya Tuhan... sekarang aku hanya minta agar aku diberi kekuatan dan ketabahan..... karena ayah dalam keadaan koma, maka sebagai Putra pertama dalam keluarga Dirgantara, akulah yang bertanggungjawab atas Pemakaman Bundaku...
" Vasco Dirgantara.... anda diminta untuk keruangan Dokter, membahas apa yang akan dilakukan untuk kesehatan ayahmu". Kata seorang Suster kepadaku.
Aku mengangguk, mengiayakan apa yang Suster itu katakan.... sekarang aku hanya bersandar pada Ayah, yang sedang mempertaruhkan nyawanya diruangan ICU.
"Saudara Vasco Dirgantara, Kami sangat berprihatin atas malapetaka yang menimpa keluarga kamu.... Maaf, pihak rumah sakit tidak bisa membantu menyelamatkan nyawa IbuMu... dan kami berjanji semampu kami untuk menyembuhkan AyahMu... Ada banyak hal yang harus kita buat sekarang, karena ayahmu juga koma. Ayah kamu mengalami patah tulang didaerah punggung, dan juga tulang kepala yang retak... jadi kami minta Adik Vasco menandatangani surat persetujuan operasi". Kata sang Dokter.
" Iya Dok... lakukan apa saja yang bisa menyembuhkan Ayah saya.... apapun dan berapapun biayanya". Jawabku berharap kepada mereka.
Aku pun pamit untuk pergi melihat kondisi ayah diruangan ICU.Ketika hendak membuka pintu, Suara dokter kembali mengatakan sesuatu.
"Ruangan adik kamu Vasca Dirgantara ada di lantai 3 ruangan nomor 45, kamu boleh menjenguknya juga". Aku tersadar ketika Dokter menyebutkan nama Vasca Dirgantara... Dia adikku yang paling aku sayangi. Tetapi, aku sepenuhnya sadar bahwa nama Vasca Dirgantara adalah nama yang sudah membuat Ayah dan Bunda mengalami kecelakaan. Seandainya waktu itu, dia tidak memaksa untuk pergi, pasti semuanya akan baik-baik saja. Ya... semua karena dia.... Bunda pergi meninggalkan kami tampan pamit sepatah katapun, hanya senyum yang masih aku ingat sampai kapanpun. " Vasca.... aku membencimu... maaf mulai sekarang kami bukan adikku lagi... dan maaf kalau menurutku kamu itu pembunuh"... Batinku.... aku mengepalkan tanganku.... benci kepadanya.... benci dengan apa yang telah ia lakukan...... apapun itu aku membencinya.
Dengan napas yang memburu, aku masuk keruangan rawat ayah.... dan ketika aku membuka pintu.... aku melihat orang yang dulunya paling aku sayangi dan aku jaga tetapi sekarang paling aku benci dan ingin aku musnahkan.... ya diruangan itu ada Vasca Dirgantara.
🙏